Sukses

Perang Hamas Vs Israel: 200 Jenazah Ditemukan dalam Kuburan Massal di RS Nasser Gaza

Kuburan massal di RS Nasser di Khan Younis bukan satu-satunya yang diciptakan Israel di Jalur Gaza.

Liputan6.com, Gaza - Pertahanan Sipil Palestina di Jalur Gaza pada hari Minggu (21/4/2024) mengatakan mereka menemukan ratusan jenazah warga Palestina dalam kuburan massal di halaman Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza Selatan. Setidaknya 200 jenazah telah diambil dari dua kuburan massal di kompleks medis tersebut hingga Minggu siang waktu setempat.

Sementara pencarian berlanjut, tim penyelamat memperkirakan setidaknya ada 400 jenazah.

Media lokal melaporkan beberapa jenazah yang ditemukan telah dipenggal dan kulit serta organnya telah diambil. Demikian seperti dilansir Middle East Eye, Senin (22/4).

Menurut Al Jazeera, jenazah anak-anak, wanita lanjut usia, dan pria muda termasuk di antara mereka yang ditemukan.

Tim penyelamat mengatakan tangan beberapa jenazah diikat ke belakang, diduga mereka dieksekusi dan dikuburkan di tempat.

Ketika berita tentang penemuan kuburan massal menyebar, banyak orang berdatangan ke rumah sakit dengan harapan bisa menemukan anggota keluarganya yang hilang.

Kuburan massal ditemukan beberapa minggu setelah pasukan Israel mengakhiri invasi tiga bulan ke Khan Younis, di mana pasukan darat berulang kali menyerang Rumah Sakit Nasser.

Naser, yang merupakan rumah sakit terbesar kedua di Jalur Gaza dan menjadi "tulang punggung" sistem kesehatan di Gaza Selatan, tidak dapat digunakan setelah serangan mematikan Israel pada Februari, saat di mana sekitar 10.000 orang berlindung di kompleks medis itu.

Pada Maret, BBC merilis rekaman terverifikasi yang menunjukkan orang-orang ditahan dan berlutut di dalam kompleks setelah penggerebekan. Mereka juga memverifikasi rekaman yang mendokumentasikan 21 kejadian serangan yang menargetkan staf dan pasien selama pengepungan.

Pejabat kesehatan menuturkan tidak ada listrik dan tidak cukup staf di rumah sakit untuk merawat sekitar 200 pasien yang masih tinggal di sana setelah pengepungan.

Menurut juru bicara otoritas kesehatan Jalur Gaza Ashraf al-Qudra, generator di rumah sakit mati, sehingga pasokan air terputus, sementara limbah membanjiri ruang gawat darurat, sehingga staf yang tersisa tidak mungkin merawat pasien dalam perawatan intensif. Dia menambahkan, kurangnya pasokan oksigen, yang juga disebabkan oleh tidak adanya aliran listrik, menyebabkan kematian sedikitnya tujuh pasien.

Israel mengklaim rumah sakit tersebut menampung anggota Hamas, klaim yang sering mereka gunakan ketika menyerang rumah sakit di Jalur Gaza meskipun tidak menghasilkan bukti yang dapat dipercaya.

2 dari 2 halaman

Banyak Kuburan Massal

Ini bukan kuburan massal pertama yang digali di fasilitas medis di Jalur Gaza.

Penemuan ini menyusul penemuan lain pada awal bulan ini di Kompleks Medis al-Shifa di Kota Gaza, yang dulunya merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza. Al-Shifa hancur setelah serangan dua minggu oleh pasukan Israel pada akhir Maret.

Beberapa jenazah ditemukan pada hari Senin di halaman rumah sakit, menurut reporter Al Jazeera dari tempat kejadian, termasuk setidaknya satu orang yang mengenakan pakaian dalam yang diyakini "dieksekusi baru-baru ini".

Setelah pasukan Israel mundur dari rumah sakit tersebut pada 1 April usai menghancurkan sebagian besar kompleks medis, tim dari beberapa lembaga dikerahkan ke al-Shifa untuk mengeluarkan dan mengidentifikasi jenazah.

Pencarian dimulai setelah orang-orang yang selamat mengisahkan mereka menyaksikan eksekusi warga Palestina oleh pasukan Israel selama penggerebekan.

Pejabat militer Israel mengaku bahwa pasukannya telah membunuh 200 orang dan menangkap 900 orang selama serangan 15 hari di Rumah Sakit al-Shifa. Namun, Pertahanan Sipil Jalur Gaza mengatakan terdapat sekitar 300 orang tewas.

Klaim Israel menyebutkan pihaknya melakukan serangan tanpa merugikan warga sipil dan personel medis. Organisasi medis dan saksi mata dengan tegas menolak pernyataan Israel tersebut.

Ahmad al-Maqadmeh, seorang ahli bedah plastik Palestina, dan ibunya, Yusra al-Maqadmeh, seorang dokter umum, termasuk di antara mereka yang tewas tidak jauh dari kompleks Rumah Sakit al-Shifa.