Liputan6.com, Beijing - Para ilmuwan China diklaim mampu menciptakan berlian 3 karat secara eksklusif dari unsur karbon yang berasal dari bunga peony merah.
Dikutip dari laman Oddity Central, Selasa (23/4/2024) benda yang diklaim berlian ini diluncukan di Louyang, Provinsi Henan, China.
Baca Juga
Berlian tersebut lalu disumbangkan ke Taman Peony Nasional Luoyang oleh Luoyang Time Promise Co., sebuah perusahaan yang berspesialisasi dalam berlian buatan.
Advertisement
Pada akhir bulan lalu, sebuah kebun peoni kota setuju untuk memasok peoni yang diperlukan perusahaan berlian untuk membuat berlian unik.
“Berlian itu bernilai 300.000 yuan. Tanaman ini dibudidayakan dari bunga peony menggunakan teknologi ekstraksi karbon biogenik kami, dikenai suhu dan tekanan tinggi, lalu dibudidayakan,” kata Wang Jing, CEO Luoyang Time Promise Co.
Meskipun teknologi yang digunakan untuk mengubah unsur karbon yang berasal dari bunga peony menjadi berlian cukup rumit, perusahaan Tiongkok tersebut mengungkapkan bahwa unsur karbon dari berbagai sumber.
Mulai dari menggunakan rambut, tulang, dan bahkan bagian lain dari bunga. Lalu diekstraksi dalam perangkat yang dirancang khusus untuk memutus ikatan kimia.
Kemudian, elemen-elemen tersebut digabungkan kembali menjadi struktur berlian dan terbentuklah berlian yang sebenarnya.
Ilmuwan: Ada 1.000 Triliun Ton Berlian Tersembunyi di Bawah Bumi
"Diamond", Bahasa Inggris berlian, berasal dari Yunani adamas yang berarti 'tak bisa dihancurkan'. Batu mulia itu kerap dijadikan simbol cinta atau kejayaan.
Sejak ditambang sekitar 6.000 tahun di India, berlian dianggap sebagai mineral berharga. Nilainya pun selangit karena langka.
Namun, studi terbaru mengungkapkan bahwa bagian inti Bumi ternyata dipenuhi berlian. Beratnya sekitar 1 quadrillion atau 1.000 triliun ton.
Studi yang dimuat di jurnal Geochemistry, Geophysics, Geosystems edisi Juni 2018 tersebut juga mengungkapkan bahwa ada 1.000 kali lebih banyak berlian di bawah permukaan Bumi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Namun, berlian-berlian tersebut tak bisa dijangkau. Setidaknya saat ini. Batu-batu berharga tersebut berada 145 hingga 240 kilometer di bawah permukaan planet manusia, di 'akar' kraton Bumi.
Kraton memiliki kerak tebal dan akar litosferik yang dalam yang memanjang sejauh beberapa ratus kilometer di dalam mantel Bumi.
Istilah kraton digunakan untuk membedakan bagian stabil kerak benua dari daerah yang lebih aktif secara geologi, dengan yang tidak stabil.
Advertisement
Temukan Lewat Gelombang Seismik di Bawah Bumi
Sekelompok peneliti dari sejumlah universitas di seluruh dunia menemukan cadangan berlian dalam jumlah besar itu dengan perantaraan gelombang seismik di bawah Bumi.
Getaran atau vibrasi gelombang seismik diketahui bisa berubah, berdasarkan komposisi, temperatur, dan kepadatan berbagai macam batuan yang dilaluinya.
Para peneliti menggunakan data-data tersebut untuk membuat citra konstruksi interior Bumi yang tak terjangkau oleh manusia karena lokasinya yang terlalu dalam.
Kemudian, para ilmuwan menemukan, getaran bawah tanah, yang dihasilkan dari proses alami seperti gempa bumi dan tsunami, cenderung bertambah cepat saat melalui akar kratonik.
Menggunakan catatan aktivitas seismik yang disimpan oleh lembaga pemerintah seperti Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), tim membuat model tiga dimensi kecepatan gelombang yang merambat melalui kraton-kraton besar.
Kemudian, mereka membuat 'virtual rock' atau batuan virtual -- dari berbagai kombinasi mineral yang berbeda dan menghitung seberapa cepat gelombang seismik akan berjalan melaluinya.
Efek Kecepatan Faktual
Dari perbandingan antara kecepatan faktual yang diamati di bawah tanah dengan hasil prediksi dalam model virtual rock menunjukkan, 1 hingga 2 persen dari akar kraton terdiri dari berlian.
Sementara, sisanya terdiri atas peridotit atau tipe utama batuan di mantel atas Bumi, dan sedikit batuan eclogite yang asalnya dari kerak samudra.
"Ketika gelombang melewati Bumi, berlian akan mengirimkan gelombang tersebut lebih cepat daripada batuan atau mineral lain yang kurang kaku," kata Joshua Garber, seorang mahasiswa pascadoktoral di UC Santa Barbara sekaligus penulis utama studi tersebut, seperti dikutip dari situs sains LiveScience.
Ia menambahkan, penjelasan terbaik dari fenomena tersebut adalah keberadaan berlian. "Namun, kami tak bisa memastikannya. Sebab, adalah hal yang sangat sulit untuk secara langsung mendapatkan sampel dari bagian tersebut," kata Garber.
Namun, bukannya tak mungkin mendapatkan sampel. Sebab, terkadang ada bagian akar kraton yang dibawa ke permukaan Bumi oleh erupsi magma.
Meski demikian, sejumlah peneliti lain menyarankan beberapa penjelasan alternatif. Yakni, ada kemungkinan, batuan kratonik tersebut lebih dingin dari apa yang ditunjukkan oleh literatur. Itu berarti, batuan tersebut akan lebih kaku. Dengan demikian, gelombang seismik akan merambat lebih cepat saat melaluinya -- meski tanpa keberadaan berlian atau eclogite.
Namun, Garber menambahkan, berdasarkan data, skenario yang terakhir kurang memungkinkan.
"Pemahaman kita tentang bagian dalam Bumi terus meningkat dengan lebih banyak pengukuran, eksperimen, dan terkadang mendapatkan sampel," kata Garber. "Saya menduga, kita akan terus dibuat terkejut dengan apa yang kita temukan."
Advertisement