Sukses

Delegasi Korea Utara Kunjungi Iran, Ada Apa?

Korea Utara terakhir kali mengirimkan pejabat seniornya ke Iran kurang dari lima tahun lalu.

Liputan6.com, Teheran - Delegasi tingkat tinggi ekonomi Korea Utara sedang dalam perjalanan ke Iran. Demikian dilaporkan media pemerintah Korea Utara pada hari Rabu (24/4/2024), menandai pertemuan pertama kedua negara sejak pandemi COVID-19.

"Delegasi Korea Utara yang dipimpin oleh Yun Jung Ho, menteri hubungan ekonomi eksternal Korea Utara, terbang pada hari Selasa untuk melakukan perjalanan ke Iran," kata Kantor Berita resmi Korea Selatan (KCNA), seperti dilansir AP, Kamis (25/4).

KCNA tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Korea Utara dan Iran termasuk di antara sedikit negara di dunia yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina dan keduanya pula dituduh menyediakan peralatan militer kepada Rusia.

Terakhir kali Korea Utara mengirimkan pejabat seniornya ke Iran adalah pada Agustus 2019. Saat itu delegasi Korea utara melakukan kunjungan selama seminggu. Kedua negara melakukan pertukaran diplomatik yang aktif hingga Korea Utara menutup perbatasannya dalam upaya mencegah pandemi COVID-19, sebelum dibuka kembali pada tahun 2023.

2 dari 2 halaman

Korea Utara, Iran, dan Rusia Kian Erat?

Korea Utara selama berbulan-bulan dinilai berupaya meningkatkan visibilitas hubungannya dengan Rusia dan China agar dapat keluar dari isolasi diplomatik dan bergabung dalam front persatuan melawan Amerika Serikat (AS) Cs.

Pada tahun 2023, Kim Jong Un mengunjungi Timur Jauh Rusia untuk menghadiri pertemuan puncak yang jarang terjadi dengan Presiden Vladimir Putin. Awal bulan ini, Kim Jong Un menjamu pejabat tinggi China Zhao Leji, yang menduduki peringkat ketiga dalam hierarki Partai Komunis yang berkuasa. Itu adalah pertemuan tingkat tertinggi antar negara selama bertahun-tahun.

Pada hari Rabu, Kim Yo Jong, adik perempuan Kim Jong Un, mengecam putaran terakhir latihan militer gabungan AS-Korea Selatan dan menegaskan bahwa sekutu tidak akan pernah mematahkan tekad Korea Utara untuk membangun "otot militer kami yang luar biasa dan paling kuat".

Pernyataan tersebut muncul seminggu setelah Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menyerukan masyarakat internasional waspada terhadap kemungkinan kerja sama militer antara Korea Utara, Iran, dan Rusia.

"Kami prihatin dengan … Iran yang menyediakan senjata kepada Rusia dan Rusia juga mendukung upaya membantu (Korea Utara) memperluas penelitian mereka dalam mengembangkan senjata. Dan tentu saja, hal yang sama juga terjadi pada Iran," ujarnya.