Sukses

Lewat World Water Forum ke-10, Indonesia Tekankan Pentingnya Akses Air bagi Wilayah Konflik

Indonesia menekankan bahwa air merupakan kebutuhan dasar dan bagian dari hak asasi manusia, terutama bagi mereka yang berada di wilayah konflik.

Liputan6.com, Jakarta - Melalui World Water Forum ke-10, Indonesia sebagai tuan rumah akan menekankan pentingnya akses air bersih terhadap negara-negara yang tengah dilanda konflik berkepanjangan seperti wilayah Gaza dan Ukraina.

"Situasi di Gaza, di Yaman, di Ukraina dan di beberapa bagian dunia lain saat ini juga mengalami krisis air dan konflik tersebut mempersulit akses warga untuk memperoleh air bersih dan sanitasi yang layak," kata Tri Tharyat, Dirjen Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI, dalam pernyataan pers mengenai "World Water Forum ke-10" secara virtual, Senin (29/4/2024).

Maka dari itu, dalam forum yang bakal diselenggarakan di Bali, 18-25 Mei 2024, Indonesia akan mendorong agar negara-negara tersebut mendapatkan hak mereka untuk bisa mengakses air bersih.

"Bapak Presiden Joko Widodo di berbagai kesempatan juga telah menggaungkan pentingnya perhatian dunia terhadap tema dari WWF ke-10 yakni "Water for Shared Prosperity", jadi "Air untuk Kesejahteraan Bersama. Dan apa yang akan dan telah dilakukan Indonesia setidaknya kita berharap ada empat hal konkret yang akan dihasilkan melalui yang disebut hydro diplomacy atau diplomasi Indonesia di bidang air," sambung dia.

2 dari 4 halaman

Air Tak Boleh Dijadikan Alat Perang

Lebih lanjut, Tri juga menyebut bahwa sejumlah negara sepakat bahwa air sebagai kebutuhan dasar manusia tidak boleh dijadikan sebagai alat perang.

"Bagaimanapun, hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan hukum internasional di bidang perang yang telah disepakati dalam berbagai konvensi, termasuk Konvensi Jenewa dan juga deklarasi universal Hak Asasi Manusia," lanjut Tri.

"Harapannya tentu negara-negara, terutama yang terlibat dalam konflik, menghindarkan diri dari penyalahgunaan atau air untuk kepentingan perang."

Krisis air global, sebut Tri, menjadi salah satu isu yang penting untuk dibahas karena sangat berpengaruh dan memiliki keterkaitan erat dengan tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang kemiskinan, kelaparan, kesehatan maupun pendidikan.

3 dari 4 halaman

Indonesia Tak Ingin Hanya Sekadar Jadi Tuan Rumah

Tri juga mengatakan bahwa Indonesia tidak sekadar hanya ingin menjadi tuan rumah acara, nemun juga berharap hasil yang konkret dari forum tersebut.

"Jadi, outcomes dari WWF ke-10 nanti secara singkat akan kita harapkan meninggalkan legacy di empat bidang. Ini termasuk penetapan Hari Danau Sedunia, Pengelolaan Sumber Daya Air di Pulau Kecil, dan Penetapan Isu Ketahanan Air dan Iklim," jelas Tri.

Lebih lanjut, hasil konkret lainnya juga akan ditindaklanjuti melalui skema kerja sama selatan-selatan dan melalui skema segitiga.

"Yang kita lakukan ini terutama untuk membantu negara-negara berkembang lainya di wilayah Pasifik yang sama-sama kita ketahui dan juga secara geografis berbentuk negara-negara kepulauan kecil, tapi juga kita bekerjasama dan membantu negara-negara berkembang lainya, terutama di kawasan Afrika, untuk sama-sama mengatasi masalah global ini, terkhususnya dalam konteks ini adalah masalah air," tutur Tri.

 

4 dari 4 halaman

Lebih dari 100 Negara Akan Hadir

Dalam perhelatan World Water Forum yang akan berlangsung kurang dari sebulan lagi, Tri menyebutkan bahwa Indonesia dan World Water Council telah mengundang 193 anggota UNESCO dan lebih dari 100 negara telah mengonfirmasi akan hadir.

"Karena deadline waktunya masih cukup, jadi kita masih membuka waktu untuk pendaftaran baik untuk tingkat menteri maupun untuk tingkat kepala negara," sebut Tri.

Selain itu, lebih dari 50 organisasi internasional juga turut diundang.

"Selain pemerintah, organisasi internasional dan organisasi regional terkait juga memiliki perhatian serius untuk isu-isu air global," sambungnya.

Video Terkini