Sukses

Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Perang di Gaza pecah setelah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada 7 Oktober.

Liputan6.com, Bogota - Presiden Gustavo Petro mengatakan pada Rabu (1/5/2024) bahwa Kolombia akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, di bawah pemerintahan PM Benjamin Netanyahu.

Petro menilai, apa yang dilakukan oleh Netanyahu sebagai aksi "genosida" dalam perang di Gaza, dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (2/5).

"Hubungan diplomatik dengan Israel akan terputus karena pemimpin negaranya yang melakukan genosida," kata Petro.

Perang di Gaza pecah setelah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada 7 Oktober. Serangan tersebut mengakibatkan kematian sekitar 1.170 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data Israel.

Sementara Hamas menyandera sekitar 250 orang, 129 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 34 orang Israel yang diduga tewas.

Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 34.568 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.

Pada Rabu (1/5), Petro mengatakan kepada ribuan pendukungnya bahwa dunia tidak dapat menerima aksi genosida atau pemusnahan seluruh rakyat.

"Jika Palestina mati, maka umat manusia pun mati," katanya yang disambut tepuk tangan meriah dari massa, beberapa di antaranya mengibarkan spanduk pro-Palestina.

 

2 dari 2 halaman

Respons Israel

Israel menanggapinya dengan menggambarkan Petro sebagai orang yang "anti-Semit dan penuh kebencian", dan mengatakan sikapnya sama saja dengan memberikan hadiah kepada Hamas.

"Presiden Kolombia telah berjanji untuk memberi penghargaan kepada para pembunuh yaitu Hamas. Hari ini dia mewujudkannya," kata Menteri Luar Negeri Israel Katz di X.

"Sejarah akan mengingat bahwa Gustavo Petro memutuskan untuk membela monster paling keji yang pernah dikenal umat manusia, yang membakar bayi, membunuh anak-anak, memperkosa wanita, dan menculik warga sipil tak berdosa," tambah Katz.

Sementara Hamas memuji langkah Kolombia sebagai sebuah simbol kemenangan.

"Kami sangat mengapresiasi posisi Presiden Kolombia Gustavo Petro yang kami anggap sebagai kemenangan atas pengorbanan rakyat Palestina," kata Hamas dalam sebuah pernyataan, dan mendesak negara-negara Amerika Latin lainnya untuk mengikuti jejaknya.

Kolombia bergabung dengan Bolivia, Belize, dan Afrika Selatan dalam memutuskan atau menangguhkan hubungan dengan Israel. Beberapa negara lain juga dilaporkan telah menarik diplomatnya.