Sukses

Geng Kriminal Kembali Bikin Onar Setelah Perdana Menteri Baru Haiti Diumumkan

Anggota geng di Haiti membakar rumah-rumah dan terlibat baku tembak dengan polisi selama beberapa jam.

Liputan6.com, Port-au-Prince - Kelompok kriminal di Haiti kembali melancarkan serangan ke sejumlah kawasan permukiman di Port-au-Prince.

Mereka membakar rumah-rumah dan terlibat baku tembak dengan polisi selama beberapa jam, sementara ratusan warga melarikan diri dari aksi kekerasan itu pada Kamis (2/5/2024).

Ini adalah salah satu serangan terbesar sejak diumumkannya perdana menteri Haiti yang baru, dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (4/5).

Serangan yang bermula pada Rabu (1/5) malam terjadi di permukiman Solino dan Delmas di barat daya bandara internasional utama yang sudah ditutup selama hampir dua bulan akibat terus berkecamuknya aksi kekerasan.

Dengan menggengam erat tangan anak-anak mereka, sejumlah keluarga berjalan menuju tempat-tempat penampungan yang sudah penuh sesak, atau ke rumah teman atau keluarga yang berada di bagian kota yang lebih aman.

Orang-orang yang rumahnya selamat dari serangan tersebut membawa kipas angin, kompor, kasur, dan kantong plastik berisi pakaian saat mereka melarikan diri dengan berjalan kaki, atau mengendarai sepeda motor, atau dengan bus kecil berwarna-warni, yang dikenal dengan sebutan tap-tap.

Sementara yang lainnya berjalan dengan tangan kosong karena telah kehilangan segalanya dalam aksi kekerasan di Haiti.

Kawasan yang biasanya dipadati lalu lintas dan pejalan kaki itu kini bagaikan kota mati tak lama setelah matahari terbit, dan diselimuti kesunyian yang mengerikan. Sementara itu sebuah truk polisi yang berlapis baja lalu lalang melintasi mobil-mobil dan dinding-dinding batako yang hangus terbakar.

2 dari 2 halaman

Kekisruhan di Haiti

Serangan itu terjadi di daerah yang dikuasai oleh Jimmy Chérizier, seorang mantan polisi elite yang dikenal sebagai Barbecue, pemimpin federasi geng yang berpengaruh dan dikenal dengan nama "G9 Family and Allies."

Chérizier dan beberapa pemimpin kelompok lainnya dituding bersalah atas serangan terkoordinasi sejak 29 Februari lalu di ibu kota Port-au-Prince.

Sekelompok orang bersenjata membakar kantor-kantor polisi, melepaskan tembakan ke arah bandara internasional utama, dan menyerbu dua penjara terbesar di Haiti untuk membebaskan lebih dari empat ribu narapidana.

Serangan itu memaksa mundur Perdana Menteri Ariel Henry dan memicu pembentukan dewan transisi kepresidenan yang secara tak terduga mengumumkan seorang perdana menteri baru Selasa (30/4), yaitu mantan menteri olah raga Fritz Bélizaire.

Warga Haiti kembali menyampaikan tuntutan mereka agar pemimpin baru memprioritaskan keamanan warga di tengah berkuasanya sejumlah kelompok kriminal, dan juga memberi persenjataan yang lebih baik pada Kepolisian Nasional Haiti.