Sukses

Konflik di Laut China Selatan: AS, Australia, Jepang dan Filipina Sepakat Memperdalam Kerja Sama Pertahanan

China meyakini bahwa penguatan aliansi AS di Asia bertujuan untuk membendungnya dan mengancam stabilitas regional.

Liputan6.com, Washington, DC - Para menteri pertahanan dari Amerika Serikat (AS), Australia, Jepang, dan Filipina berjanji memperdalam kerja sama ketika mereka berkumpul pada hari Kamis (2/5/2024) di Hawaii. Ini merupakan pertemuan gabungan kedua kalinya di tengah kekhawatiran mengenai operasi China di Laut China Selatan.

Pertemuan tersebut terjadi setelah keempat negara bulan lalu mengadakan latihan angkatan laut gabungan pertama mereka di Laut China Selatan, sebuah rute pelayaran utama di mana China terlibat sengketa wilayah dengan sejumlah negara.

Pasca pertemuan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan bahwa latihan tersebut memperkuat kemampuan negara-negara untuk bekerja sama, membangun ikatan di antara pasukan mereka, dan menggarisbawahi komitmen bersama mereka terhadap hukum internasional di wilayah yang disengketakan.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan dia dan para mitranya membahas tentang meningkatkan tempo latihan pertahanan mereka.

"Pertemuan-pertemuan yang kami selenggarakan hari ini mewakili pesan yang sangat penting bagi kawasan ini dan dunia mengenai empat negara demokrasi yang berkomitmen terhadap tatanan berbasis aturan global," kata Marles pada konferensi pers bersama dengan rekan-rekannya seperti dilansir AP, Sabtu (4/5).

Austin menjamu para mitranya di markas Komando Indo-Pasifik AS di Kamp H.M. Smith. Sebelumnya pada hari itu, dia mengadakan pertemuan bilateral terpisah dengan Australia dan Jepang, diikuti dengan pertemuan trilateral dengan Australia dan Jepang.

2 dari 2 halaman

Kepentingan Nasional AS

Para menteri pertahanan dari empat negara mengadakan pertemuan pertama mereka di Singapura tahun lalu.

AS memiliki perjanjian pertahanan yang sudah berumur puluhan tahun dengan ketiga negara tersebut. AS sendiri tidak mengajukan klaim atas Laut China Selatan, namun telah mengerahkan kapal angkatan laut dan jet tempurnya dalam apa yang mereka sebut sebagai operasi kebebasan navigasi yang menantang klaim China atas hampir seluruh perairan tersebut.

Kebebasan navigasi dan penerbangan di perairan tersebut, kata AS, adalah kepentingan nasionalnya.

Selain China dan Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei Darussalam juga memiliki klaim yang tumpang tindih atas wilayah Laut China Selatan yang kaya sumber daya.

China menolak mengakui keputusan arbitrase internasional tahun 2016 yang membatalkan klaim ekspansifnya atas dasar sejarah.

Bentrokan antara China dan Filipina khususnya telah berkobar sejak tahun lalu. Awal pekan ini, kapal penjaga pantai China menembakkan meriam air ke dua kapal patroli Filipina di lepas pantai Scarborough Shoal, sehingga merusak keduanya.

Konfrontasi yang terjadi berulang kali di laut lepas telah memicu ketakutan akan konflik yang lebih besar yang dapat menempatkan China dan AS pada jalur yang bertentangan.

AS telah berulang kali memperingatkan bahwa mereka wajib membela Filipina – sekutu tertua AS di Indo Pasifik – jika pasukan, kapal atau pesawat Filipina mengalami serangan bersenjata, termasuk di Laut China Selatan.