Liputan6.com, Tel Aviv - Israel telah menutup penyeberangan ke Jalur Gaza, Kerem Shalom, setelah Hamas menembakkan roket. Melansir BBC, Senin (6/5/2024), Israel mengatakan serangan itu menewaskan tiga tentaranya dan melukai beberapa lainnya.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan 10 proyektil telah ditembakkan dari daerah dekat penyeberangan Rafah di Gaza Selatan, sekitar 3,6 km dari Kerem Shalom.
Baca Juga
IDF mengklaim roket-roket ditembakkan dari lokasi sekitar 350 meter dari tempat perlindungan sipil, sebelum mereka menghancurkan peluncur dan situs militer di dekatnya. IDF melabeli serangan roket sebagai contoh nyata eksploitasi sistematis organisasi teroris terhadap fasilitas dan ruang kemanusiaan serta penggunaan penduduk sipil Gaza sebagai tameng manusia.
Advertisement
Penyeberangan Kerem Shalon adalah salah satu dari sedikit rute untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan, termasuk makanan dan pasokan medis, ke Jalur Gaza.
Dalam perkembangan lainnya, Hamas menyatakan bahwa putaran terakhir perundingan gencatan senjata di Kairo, Mesir, berakhir pada Minggu (5/5). Prospek tercapainya kesepakatan suram, di mana pada saat bersamaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah menolak tekanan internasional untuk menghentikan perang dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengklaim Hamas tidak serius dengan perundingan.
Tidak hanya itu, seperti dilaporkan kantor berita AP, Gallant juga memperingatkan bahwa operasi besar akan terjadi dalam Waktu dekat ke Rafah dan sejumlah titik di seluruh Jalur Gaza. Merespons serangan yang menewaskan tiga tantara Israel, Gallant menuduh Hamas menargetkan pasukannya yang berkumpul di perbatasan Jalur Gaza sebagai persiapan invasi Rafah.
Proposal gencatan senjata terbaru dalam perundingan diyakini melibatkan jeda 40 hari dalam pertempuran dengan imbalan pembebasan sandera dan sejumlah tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Hamas mengatakan pihaknya memandang usulan tersebut dari sudut pandang positif, namun poin utama yang menjadi kendala adalah apakah kesepakatan gencatan senjata bersifat permanen atau sementara.
Kelompok itu bersikeras bahwa setiap perjanjian harus memberikan komitmen khusus untuk mengakhiri perang, namun Netanyahu menolaknya pada hari Minggu.
"Negara Israel tidak dapat menerima (tuntutan Hamas), kami tidak siap menerima situasi di mana brigade Hamas keluar dari bunker mereka, kembali menguasai Gaza, membangun kembali infrastruktur militer mereka, dan kembali mengancam warga Israel ... di seluruh wilayah Israel," ujar Netanyahu.
"Itu akan menjadi kekalahan telak bagi negara Israel."
Tekanan bagi Pemerintahan Netanyahu
Perang Hamas Vs Israel terbaru dimulai setelah Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, yang diklaim menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang. Pada hari yang sama, Israel melancarkan serangan balasan ke Jalur Gaza hingga hari ini, mengakibatkan kematian lebih dari 34.600 warga Palestina di sana, sementara lebih ari 77.900 lainnya terluka.
Netanyahu disebut menghadapi tekanan dari koalisi sayap kanan untuk terus melanjutkan serangan yang telah lama dijanjikan ke Rafah, tempat sekitar 1,4 juta warga Jalur Gaza berlindung setelah melarikan diri dari pertempuran di bagian utara dan tengah wilayah tersebut. .
AS enggan mendukung operasi militer Israel ke Rafah, yang dapat menimbulkan korban sipil dalam jumlah besar.
Di dalam negeri, pemerintah Israel juga menghadapi tekanan lain yang meningkat. Dari 252 sandera yang diculik oleh Hamas pada 7 Oktober, 128 masih belum ditemukan – dan di antara mereka, setidaknya 34 orang diperkirakan tewas.
Â
Advertisement