Sukses

Dokter Bedah Palestina Dilarang Masuk Prancis

Ini bukan kali pertama dia ditolak masuk ke Kawasan Schengen.

Liputan6.com, Paris - Seorang ahli bedah terkenal keturunan Palestina-Inggris yang menjadi sukarelawan di rumah sakit di Jalur Gaza mengatakan dia ditolak masuk ke Prancis pada hari Sabtu (4/5/2024) untuk berbicara di Senat Prancis tentang perang Israel Vs Hamas.

Ghassan Abu Sitta ditempatkan di zona penahanan di Bandara Charles de Gaulle dan akan diusir, menurut Senator Prancis Raymonde Poncet-Monge, yang mengundangnya untuk berbicara di Senat.

"Ini memalukan," tulis Poncet-Monge di platform X alias Twitter.

Seorang pejabat Prancis seperti dilansir AP, Senin (6/5), mengatakan bahwa Abu Sitta ditolak karena dilarang masuk ke semua negara Kawasan Schengen berdasarkan permintaan Jerman. Pejabat tersebut, yang tidak berwenang untuk disebutkan namanya berdasarkan kebijakan pemerintah, tidak memberikan rincian atau informasi lebih lanjut.

Abu Sitta mengunggah di jejaring sosial bahwa dia ditolak masuk ke Prancis karena larangan satu tahun oleh Jerman untuk masuk ke Eropa. Jerman menolaknya masuk bulan lalu.

Prancis dan Jerman adalah bagian dari Kawasan Schengen. Abu Sitta pada hari Sabtu menyatakan bahwa dia akan dipulangkan ke London.

2 dari 2 halaman

Ke Prancis untuk Memenuhi Undangan

Kementerian Luar Negeri Prancis, Kementerian Dalam Negeri Prancis, polisi setempat, dan otoritas bandara Paris tidak mau mengomentari apa yang terjadi atau memberikan penjelasan.

Abu Sitta diundang oleh kelompok sayap kiri Prancis, Ekologis, di Senat untuk berbicara pada sebuah kolokium pada hari Sabtu tentang situasi di Jalur Gaza. Pertemuan tersebut mencakup kesaksian dari petugas medis, jurnalis, dan pakar hukum internasional yang memiliki pengalaman terkait Jalur Gaza.

Bulan lalu Abu Sitta juga ditolak masuk ke Jerman untuk ambil bagian dalam konferensi pro-Palestina. Dia mengatakan dia dihentikan di pemeriksaan paspor, ditahan selama beberapa jam, dan kemudian diberitahu bahwa dia harus kembali ke Inggris.

Dia menuturkan polisi bandara mengatakan kepadanya bahwa dia ditolak masuk karena alasan terkait "keselamatan orang-orang di konferensi dan ketertiban umum".

Abu Sitta, yang baru-baru ini menjadi sukarelawan Doctors Without Borders di Jalur Gaza, telah bekerja sejak akhir tahun 1980-an di wilayah Palestina. Dia juga pernah bekerja di zona konflik lainnya, termasuk di Irak, Suriah, dan Yaman.

Prancis telah menyaksikan ketegangan terkait konflik Timur Tengah hampir setiap hari sejak perang Israel Vs Hamas meletus pada 7 Oktober. Dalam beberapa hari dan minggu terakhir, polisi Prancis membubarkan mahasiswa di kampus-kampus yang melakukan demonstrasi dan aksi perkemahan serupa dengan yang terjadi di Amerika Serikat.

Video Terkini