Sukses

Sambut Hari Kebebasan Pers Sedunia, Kedubes Ukraina Gelar Nobar Tragedi Chernobyl

Acara World Press Freedom Day di Museum Sumpah Pemuda bersama Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Dr. Vasyl Hamianin ini bekerja sama dengan Ketum dan Sekjen Ikatan Wartawan Online (IWO),

Liputan6.com, Jakarta - Bertepatan dengan Hari World Press Freedom Day atau Hari Kebebasan Pers Sedunia yang jatuh tepat pada tanggal 6 Mei 2024, Kedutaan Besar Ukraina untuk Indonesia menggelar sebuah acara perayaan di Museum Sumpah Pemuda Jakarta, Senin (6/5/2024).

Acara ini dihadiri oleh Dr. Vasyl Hamianin, Duta Besar Ukraina dan Dwi Kristianto, Ketua Umum Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia.

Dalam kesempatan ini, Dwi Kristianto menyampaikan harapannya untuk para wartawan Online yang ada di Indonesia. 

"Saat ini jurnalis berada di persimpangan jalan, karena begitu maraknya media sosial yang melanda dunia kita (jurnalisme)," ujarnya. 

Jodi menyampaikan bahwa adanya Ikatan Wartawan Online menjadi wadah untuk melakukan kegiatan jurnalistik dan memberikan informasi, edukasi, dan hal positif lainnya bagi masyarakat secara unik. 

"Mengetahui sesuatu hal informasi, kalau saya menginformasikan kepada hal-hal yang penting, jurnalis menginformasikan kepada hal-hal yang penting, itu menjadi suatu, bukan hanya informasi saja, tapi itu menjadi suatu produk berita, produk jurnalistik," ujar ketum IWO tersebut. 

"Saya berharap, teman-teman pers dan teman-teman wartawan seluruh dunia dalam hal ini, tetap melakukan tugas jurnalistiknya dengan profesional," tambahnya. 

Dwi Kristianto juga menambahkan produk jurnalistik yang diproduksi atau dihasilkan berupa karya jurnalistik sesuai dengan kode etik jurnalistik dan menjadi pakem di dunia jurnalistik. 

"Saya yakin dan percaya, meskipun media sosial informasi itu merambat ke kehidupan kita masing-masing, tetapi produk jurnalistik, baik sekarang sampai masa yang akan datang masih bisa menjadi acuan bagi masyarakat dalam mengambil suatu keputusan."

 

 

2 dari 4 halaman

Ikut Bahas Masalah Humanisme dalam Peliputan Tragedi Chernobyl

Dalam rangka peringatan Hari Kebebasan Pers Internasional sekaligus Peringatan 38 Tahun Tragedi Chernobyl, Ketum IWO menyampaikan harapannya pada agar para wartawan bisa mengambil hal-hal positif terkait tragedi Chernobyl. 

"Saya harap dari acara ini kita bisa mengambil hal-hal yang positif untuk ke depannya, bagaimana peliputan-perliputan itu juga harus meliputi rasa humanisme (kemanusiaan) semua," tutur Dwi Kristianto.

"Bukan hanya jurnalis saja yang melakukan tugasnya, tetapi masyarakat yang diliput itu juga bisa merasakan bagaimana tragedi pengambilan informasi itu dengan baik dan tenang, sehingga masyarakat bisa memberikan informasi itu juga dengan baik dan tenang." 

Ketum IWO tersebut berharap para jurnalis masih bisa menjadi gawang yang pertama dalam membangun peradaban, menjadi pilar keempat demokrasi, baik di Indonesia maupun negara lain, khususnya di Ukraina, sehingga ke depannya produk jurnalistik, pers, wartawan, masih mendapatkan respek dari masyarakat. 

Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Dr. Vasyl Hamianin menyampaikan bahwa hari kebebasan media ini dideklarasikan oleh PBB yang berkaitan dengan krisis ekologi. 

"Jadi idenya adalah untuk mengingatkan masyarakat bahwa jurnalis dan orang-orang hebat yang menyampaikan kebenaran dari tempat paling berbahaya di dunia, menyampaikan kebenaran kepada masyarakat di dunia ini sangat penting," ujar Dr. Vasyl Hamianin. 

3 dari 4 halaman

Mengenang Peringatan 38 Tahun Tragedi Chernobyl

Adapun Chernobyl berlokasi sekitar 130 kilometer di utara Kiev, Ukraina, dan sekitar 20 kilometer di selatan perbatasan dengan Belarusia. Dikutip dari laman resmi World Nuclear Association, Jumat (25/2/2022), area itu digambarkan sebagai hutan bertipe Belarusia dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah.

Dr. Vasyl Hamianin menjelaskan bahwa bencana Chernobyl mungkin menjadi bencana terbesar yang disebabkan oleh manusia yang tejadi di dunia, yaitu pembangkit listrik tenaga nuklir. 

"Chernobyl adalah sebuah bencana, tetapi masalahnya adalah menurut saya penjajah Rusia berusaha melakukan yang terbaik untuk mengulanginya, atau mungkin melakukan yang lebih buruk lagi, karena sekarang pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa berada di bawah kendali Rusia," tutur Dubes Vasyl. 

"Coba untuk menonton film tersebut, dan Anda akan mengerti apa yang terjadi dan memahami hal yang lebi penting lagi dan apapun yang terjadi dalan rezim kediktatoran sangatlah berbahaya dan merugikan rakyat," ujar Dr. Vasyl Hamianin. 

"Mereka ingin menyembunyikannya dari orang-orang di dunia. Dan hasilnya lebih dari 2 juta. Coba saya lihat angkanya, karena jumlahnya jutaan. Sepertinya 3,5 juta orang mengalami kerusakan, terkena dampak radiasi."

Pada kesempatan ini, Dubes Vasyl mengucapkan raasa terima kasihnya kepada para jurnalis yang mengunjungi Ukraina pada masa perang besar dan berbahaya. 

"Para jurnalis, keberanian seorang jurnalis bukan hanya sekedar berada di titik nol yaitu menyampaikan kebenaran, karena terkadang dibutuhkan keberanian yang lebih besar untuk menyampaikan kebenaran kepada orang-orang yang tidak ingin mengetahuinya," tambahnya. 

4 dari 4 halaman

Apa itu Tragedi Chernobyl?

Chernobyl berlokasi sekitar 130 kilometer di utara Kiev, Ukraina, dan sekitar 20 kilometer di selatan perbatasan dengan Belarusia. Dikutip dari laman resmi World Nuclear Association, Jumat (25/2/2022), area itu digambarkan sebagai hutan bertipe Belarusia dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah.

Komplek pembangkit tenaga nuklir itu sebelumnya memiliki empat reaktor nuklir berdesain RBMK-1000 dari Uni Soviet. Reaktor yang meledak adalah Chernobyl 4. Ledakan itu menyebabkan 30 operator dan petugas pemadam kebakaran meninggal dunia dalam tiga bulan. Beberapa korban lainnya meninggal dunia setelah beberapa waktu.

Ledakan itu menyebabkan bahan radioaktif dalam jumlah besar dan tidak terkendali terlepas ke lingkungan. Sejumlah material radioaktif, khususnya iodine-131 yang berumur pendek dan caesium-137 yang berumur panjang, juga terlepas ke udara selama 10 hari berturut-turut. Insiden itu menimbulkan gangguan sosial dan ekonomi yang serius bagi sebagian besar penduduk di Belarusia, Rusia, dan Ukraina. 

Berdasarkan laporan Komite Negara untuk Pengawasan Keamanan Industri dan Tenaga Nuklir pada 1991, akar penyebab kecelakaan itu adalah tindakan operator di masa lalu. Laporan itu menyebut bahwa operator telah menempatkan reaktor nuklir dalam kondisi tidak stabil yang membahayakan, bahkan hampir dipastikan menyebabkan kecelakaan.

Tetapi, mereka juga disebut tidak melanggar kebijakan operasi yang vital. Pasalnya, tidak ada kebijakan resmi yang diatur perusahaan mengenai signifikansi keselamatan vital yang spesifik, seperti mempertahankan reaktivitas operasi minimum atau karakteristik reaktivitas reaktor yang membuat operasi berdaya rendah menjadi sangat membahayakan.