Liputan6.com, Washington, DC - Columbia University membatalkan acara wisuda utamanya setelah berminggu-minggu terjadi protes pro-Palestina di kampus tersebut. Salah satu kampus Ivy League itu mengatakan mereka membatalkan upacara wisuda pada 15 Mei 2024 dan memilih perayaan yang lebih kecil untuk fokus menjaga keamanan.
Universitas yang terletak di Kota New York itu menyebutkan mereka mengambil keputusan tersebut setelah berkonsultasi dengan para pemimpin mahasiswa.
Baca Juga
Perguruan tinggi di seantero Amerika Serikat (AS) menghadapi gangguan upacara wisuda di tengah protes pro-Palestina, di mana para mahasiswa mendirikan perkemahan di lingkungan kampus.
Advertisement
"Siswa kami menekankan bahwa perayaan berskala kecil ini adalah yang paling berarti bagi mereka dan keluarga mereka," ungkap Columbia University, seperti dilansir BBC, Selasa (7/5).
"Sebagai hasilnya, kami akan memfokuskan sumber daya kami pada upacara-upacara tersebut dan menjaganya tetap aman, penuh hormat, dan berjalan lancar."
Telah terjadi demonstrasi di hampir 140 perguruan tinggi di 45 negara bagian dan Washington DC sejak protes dimulai di Columbia University pada pertengahan April.
Menurut hitungan kantor berita AP, sekitar 2.500 orang telah ditangkap di kampus-kampus di seluruh negeri.
Pekan lalu, pihak Columbia University meminta polisi mengusir pengunjuk rasa pro-Palestina dari kampusnya di Upper Manhattan, yang menyebabkan lebih dari 100 penangkapan. Para pengunjuk rasa menduduki Hamilton Hall, menamainya Hind's Hall, diambil dari nama seorang gadis Palestina berusia enam tahun yang terbunuh di Jalur Gaza.
Sebelumnya, pada 18 April pihak kampus juga meminta bantuan polisi untuk menangkap lebih dari 100 demonstran yang mendirikan puluhan tenda di lingkungan kampus Morningside.
Para pengunjuk rasa menyerukan perguruan tinggi tersebut untuk melakukan divestasi dari perusahaan yang terkait dengan Israel, namun sejumlah insiden antisemitisme diklaim terjadi selama aksi protes.
Pihak Columbia University telah meminta agar polisi New York tetap berada di kampus setidaknya sampai tanggal 17 Mei.
Pembersihan Perkemahan
Pada hari Senin, Presiden Harvard University Alan Garber memperingatkan para pengunjuk rasa harus mengakhiri perkemahan di kampus atau menghadapi skorsing.
Sementara itu, polisi anti huru hara menangkap puluhan pengunjuk rasa saat membersihkan perkemahan pro-Palestina di University of California San Diego. Penggerebekan pada hari Senin terjadi sehari setelah polisi di Los Angeles membersihkan perkemahan serupa di University of Southern California (USC).
Tidak ada penangkapan yang dilaporkan terjadi.
Pada hari Minggu, Presiden USC Carol Folt mengatakan tindakan harus diambil karena situasinya berkembang ke arah yang berbahaya.
Juga pada hari Minggu, upacara wisuda Northeastern University di Boston berlangsung dengan damai di Fenway Park di kota itu, di mana polisi siaga di lokasi. Sejumlah peserta wisuda memegang bendera Palestina dan meneriakkan kalimat pro-Palestina, sementara sejumlah lainnya mengibarkan bendera Israel.
Aksi serupa terjadi saat wisuda di University of Michigan di Ann Arbor pada hari Sabtu (4/5).
Advertisement
Kritik atas Penangkapan
Di Princeton University, setidaknya 17 mahasiswa mengatakan pada hari Jumat (3/5) bahwa mereka akan melakukan mogok makan sampai pejabat kampus menemui mereka untuk membahas divestasi dan boikot budaya terhadap Israel.
Mereka juga menuntut pihak kampus membatalkan hukuman terhadap mahasiswanya setelah polisi pekan lalu menangkap 13 orang karena masuk tanpa izin dalam upaya aksi duduk. Para mahasiswa dilarang masuk kampus dan menghadapi tindakan disipliner termasuk kemungkinan skorsing atau pengusiran.
Pada hari Jumat pula, anggota fakultas dari University of California, Los Angeles (UCLA) mengutuk penanganan protes mahasiswa. Anggota fakultas departemen sejarah mengirimkan dua surat yang mengecam pemerintah setelah polisi pekan lalu mengerumuni kampus untuk membersihkan sebuah perkemahan.
Sementara itu, sejumlah profesor sejarah University of Virginia mengeluarkan surat terbuka yang mengecam lembaga tersebut setelah polisi menangkap 25 orang pada hari Sabtu di kampus, di mana pengunjuk rasa pro-Palestina menolak memindahkan sebuah perkemahan.