Sukses

Serangan Israel Tewaskan 9 Orang di Rafah, Kebanyakan Korban Masih Anak-anak

Sembilan orang korban tewas atas serangan Israel, kebanyakan dari mereka masih anak-anak. Kini, ada 1,4 juta warga yang tinggal di Rafah.

Liputan6.com, Rafah - Serangan udara Israel ke sebuah rumah di Rafah menewaskan sembilan orang, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.

Insiden penyerangan tersebut dilaporkan oleh kantor berita Wafa.

Sekitar 1,4 juta warga Palestina berlindung di Rafah, dan tentara Israel memerintahkan evakuasi di beberapa area kota yang padat penduduk, di perbatasan selatan Jalur Gaza, dikutip dari laman Al Jazeera, Minggu (12/5/2024).

Tak hanya wilayah Rafah, setidaknya 10 orang tewas dalam serangan udara Israel terhadap rumah keluarga Ashram di Sabra, Gaza.

Dari 10 orang tewas, ada seorang gadis yang turut jadi korban.

Penyerangan terjadi ketika pesawat tempur Israel mengebom rumah keluarga Al-Louh di kamp pengungsi Deir el-Balah, Wafa melaporkan.

"Kami telah melaporkan berlanjutnya pemboman Israel di Jalur Gaza. Kami akan segera memberikan pembaruan lainnya kepada Anda," demikian pernyataan kantor berita tersebut.

Israel Perintahkan Warga Palestina Tinggalkan Rafah

Israel memerintahkan puluhan ribu warga Palestina untuk meninggalkan Rafah, seiring meningkatkan operasi militer di Gaza selatan.

Perintah tersebut diumumkan dengan menyebarkan selebaran yang dijatuhkan dari udara dan sejumlah unggahan di media sosial, meminta penduduk di distrik timur untuk pindah ke al-Mawasi, wilayah pesisir sempit yang disebut Israel sebagai "zona kemanusiaan yang diperluas".

Usai perintah tersebut diumumkan, sejumlah wilayah di Rafah yang penuh penduduk dan pengungsi belakangan ini, kini terlihat seperti kota hantu.

 

2 dari 2 halaman

Israel Tetap Lanjutkan Operasi Militer di Rafah, Meski Ditentang AS

Dilansir BBC, Israel mengatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan operasi yang direncanakan di Rafah meskipun AS dan sekutu lainnya memperingatkan bahwa serangan darat dapat menyebabkan korban sipil dalam jumlah besar dan krisis kemanusiaan.

Pada Sabtu (11/5), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, gencatan senjata di Gaza dapat dilakukan secepatnya pada hari berikutnya jika Hamas membebaskan sanderanya.

"Israel mengatakan, itu terserah Hamas, jika mereka ingin melakukannya, kita bisa mengakhirinya besok. Dan gencatan senjata akan dimulai besok," ujarnya pada acara penggalangan dana di Seattle.

Salah satu pengungsi, yang menerima perintah evakuasi mengaku tidak tahu harus mengungsi ke mana.

"Kami tidak tahu ke mana harus pergi. Jumlah kami sekitar 80 orang," katanya kepada program Gaza Lifeline di BBC Arab.

"Saya tidak punya uang untuk kembali ke Khan Younis. Beberapa tetangga mengatakan, untuk datang dan menyewa tempat dengan harga sewa yang sangat murah. Tapi saya tidak punya uang bahkan untuk menyewa mobil."