Sukses

Korban Tewas Banjir Brasil Meningkat Jadi 143 Orang, 125 Lainnya Hilang

Jumlah tersebut naik dari angka 136 orang.

Liputan6.com, Brasilia - Korban tewas akibat banjir di Negara Bagian Rio Grande do Sul, Brasil, bertambah menjadi 143 orang. Demikian disampaikan badan pemerintah pertahanan sipil setempat pada Minggu (12/5/2024), ketika hujan lebat terus mengguyur negara bagian tersebut.

Sebanyak 125 orang lainnya masih belum ditemukan di Rio Grande do Sul, di mana sungai-sungai mengalami peningkatan level air. Layanan cuaca Metsul menyebut situasi ini sangat mengkhawatirkan.

Pada Sabtu (11/5) malam, pemerintah mengumumkan pengeluaran darurat sekitar 12,1 miliar reais untuk menangani krisis yang telah menyebabkan lebih dari 538.000 orang di negara bagian tersebut, dari total populasi sekitar 10,9 juta jiwa, mengungsi.

"Lebih dari 60 miliar reais dana federal telah tersedia untuk negara bagian," kata pemerintah federal pada hari Sabtu, seperti dilansir Reuters, Senin (13/5).

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan negaranya akan membangun kembali apa yang hancur.

"Kita tahu tidak semuanya bisa pulih, ibu kehilangan anaknya dan anak kehilangan ibunya," kata Lula di platform media sosial X, bertepatan dengan peringatan Hari Ibu.

2 dari 2 halaman

Dampak Perubahan Iklim

Pada hari Sabtu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pemerintahannya telah melakukan kontak dengan pemerintah Brasil untuk memberikan bantuan.

"Pikiran dan doa kami tertuju pada orang-orang yang terkena dampak tragedi ini dan para pekerja pertolongan pertama yang berupaya menyelamatkan dan memberikan perawatan medis kepada keluarga dan individu," tutur Biden.

Hujan lebih banyak turun pada hari Minggu dan diperkirakan terjadi pada hari Senin. Kurang dari dua minggu setelah hujan mulai turun, negara bagian itu kembali waspada dengan risiko kenaikan air lagi hingga mencapai rekor tertinggi di Danau Guaiba, dekat ibu kota Porto Alegre.

Rio Grande do Sul berada pada titik pertemuan geografis antara atmosfer tropis dan kutub, yang telah menciptakan pola cuaca dengan periode hujan lebat atau kekeringan.

Ilmuwan lokal yakin pola ini semakin intensif akibat perubahan iklim.