Sukses

Ingin Mendaki Gunung Fuji di Jepang? Tiketnya Sudah Bisa Dibeli Online

Sementara itu, setiap hari setidaknya 1.000 tiket masuk Gunung Fuji di Jalur Yoshida tetap dapat dibeli langsung.

Liputan6.com, Tokyo - Sistem pemesanan online untuk jalur paling popular mendaki Gunung Fuji diumumkan pada Senin (13/5/2024) oleh otoritas Jepang yang tengah berupaya melawan kepadatan wisatawan di gunung berapi aktif tersebut.

Gunung tertinggi di Jepang itu menjadi semakin ramai selama musim pendakian di musim panas, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan keselamatan dan kerusakan lingkungan.

Untuk mengurangi kemacetan di Jalur Yoshida, rute pilihan bagi sebagian besar pendaki, wilayah Yamanashi berencana membatasi tiket masuk harian menjadi 4.000 orang, yang akan dikenakan biaya sebesar USD 13 per orang atau sekitar Rp209.183 ribu (nilai tukar Rp16.091).

Demi mengatasi kekhawatiran sebagian pendaki akan ditolak setelah batas harian tercapai, tahun ini pemesanan online diperkenalkan untuk pertama kalinya.

"Sistem ini akan menjamin orang-orang dapat masuk melalui gerbang baru, memungkinkan mereka membuat rencana terlebih dahulu," ungkap pejabat dari pemerintah daerah Yamanashi Katsuhiro Iwama kepada AFP, seperti dilansir CNA, Selasa (14/5).

Pemesanan online dibuka pada 20 Mei untuk musim pendakian Juli hingga September. 

2 dari 2 halaman

Problem bagi Warga Lokal

Gunung Fuji tertutup salju hampir sepanjang tahun, namun pada musim panas lebih dari 220.000 pengunjung berjalan dengan susah payah mendaki lerengnya yang curam dan berbatu, banyak di antaranya mendaki sepanjang malam untuk melihat Matahari terbit.

Beberapa berusaha mencapai puncak setinggi 3.776m tanpa henti dan akibatnya menjadi sakit atau terluka.

Wisatawan juga berbondong-bondong ke daerah sekitarnya untuk mengambil foto gunung megah tersebut, yang dipandang sebagai simbol Jepang. Namun, bagaimanapun, popularitas Gunung Fuji menjadi persoalan tersendiri bagi penduduk setempat.

Di salah satu spot foto ikonik yang memperlihatkan Gunung Fuji di belakang gerai Lawson, para pejabat yang kesal memasang penghalang berupa jaring hitam besar untuk menghalangi pandangan.

Langkah tersebut diambil setelah warga yang bekerja dan tinggal di dekatnya mengeluhkan sebagian besar turis asing masuk tanpa izin, membuang sampah sembarangan, dan menyeberang jalan secara berbahaya untuk mendapatkan gambar yang sempurna.

Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang mencapai rekor tertinggi, di mana pada Maret pengunjung bulanannya melebihi tiga juta untuk pertama kalinya.

Penduduk distrik geisha di Kyoto juga telah melarang wisatawan memasuki gang-gang pribadi setelah adanya keluhan bahwa beberapa wisatawan secara kasar meminta selfie dengan para penghibur yang mengenakan kimono.