Liputan6.com, Port-Au-Prince - Bandara internasional utama Haiti dibuka kembali pada hari Senin (20/5/2024) untuk pertama kalinya dalam hampir tiga bulan setelah kekerasan geng yang tiada henti memaksa pihak berwenang menutupnya.
Pembukaan kembali Bandara Toussaint-Louverture di ibu kota Port-au-Prince diharapkan dapat membantu meringankan kekurangan obat-obatan dan pasokan dasar lainnya. Geng menguasai 80 persen ibu kota.
Baca Juga
Maskapai penerbangan yang berbasis di Amerika Serikat (AS) diperkirakan baru akan mulai menggunakan bandara ini pada akhir Mei atau awal Juni.
Advertisement
Penerbangan penumpang komersial pertama sejak Maret berangkat ke Miami hampir dua jam terlambat dari jadwal, dengan penumpang yang berkeringat mengeluhkan kurangnya AC hingga lepas landas. Meskipun penerbangan tersebut diselenggarakan oleh maskapai penerbangan lokal Sunrise Airways, maskapai ini mengontrak maskapai penerbangan sewaan yang berbasis di Florida, World Atlantic, yang mendistribusikan handuk kertas kepada penumpang yang basah kuyup.
Sebelum Senin, satu-satunya bandara yang beroperasi di Haiti terletak di kota pesisir utara, Cap-Haitien. Lokasi tersebut berada di luar jangkauan banyak orang yang ingin melarikan diri karena jalan-jalan dari Port-au-Prince dikuasai oleh geng-geng yang menembaki mobil dan bus yang melewatinya. Demikian seperti dilansir kantor berita AP, Rabu (22/5).
Pemerintah AS telah mengevakuasi ratusan warganya dengan helikopter dari lingkungan perbukitan di Port-au-Prince, begitu pula organisasi nirlaba, ketika geng-geng mengepung beberapa bagian ibu kota.
Serangan dimulai pada 29 Februari, ketika orang-orang bersenjata menguasai kantor polisi, melepaskan tembakan ke bandara Port-au-Prince dan menyerbu dua penjara terbesar di Haiti, membebaskan lebih dari 4.000 narapidana.
Geng-geng sejak saat itu telah mengarahkan serangan mereka terhadap komunitas yang sebelumnya damai, menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Menurut PBB, lebih dari 2.500 orang telah terbunuh atau terluka di Haiti dari bulan Januari hingga Maret, meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Haiti Menanti Kedatangan Polisi Asing
Serangan di bandara Utama Haiti juga membuat mantan Perdana Menteri Ariel Henry tidak bisa pulang sejak dia melakukan perjalanan resmi ke Kenya. Dia telah mengundurkan diri dan perdana menteri baru kini telah ditunjuk, yaitu Fritz Belizaire.
Dalam beberapa pekan terakhir, pesawat militer AS telah mendarat di bandara Port-au-Prince dengan membawa perbekalan serta kontraktor sipil untuk membantu Haiti mempersiapkan kedatangan pasukan asing yang diharapkan dapat membantu meredam kekerasan geng.
Pada hari Minggu (19/5), Menteri Luar Negeri Kenya Korir Sing'oei mengatakan rencana untuk mengerahkan petugas polisi dari negara Afrika Timur itu berada pada tahap akhir.
"Saya dapat memberi tahu Anda dengan pasti bahwa penempatan akan dilakukan dalam beberapa hari, beberapa minggu ke depan," ujarnya.
Pada bulan Maret, Kenya dan Haiti menandatangani perjanjian untuk mencoba menyelamatkan rencana negara tersebut dengan mengerahkan 1.000 petugas polisi. Negara-negara lain yang diperkirakan akan mendukung pasukan Kenya termasuk Bahama, Barbados, Benin, Chad, dan Bangladesh. Belum jelas kapan mereka akan tiba.
Advertisement