Liputan6.com, San Francisco - Penelitian baru mengungkapkan bahwa anak-anak mungkin akan lebih sering dirawat di rumah sakit karena komplikasi asma yang parah selama gelombang panas.
Hal tersebut merupakan masalah yang diperkirakan hanya akan semakin buruk dengan perubahan iklim, seperti dikutip dari Euronews, Selasa (4/6/2024).
Para peneliti di University of California, San Francisco, mengamati data kesehatan dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit antara bulan Juni dan September, periode musim hangat di wilayah tersebut, dari tahun 2017 hingga 2020. Mereka kemudian membandingkannya dengan data suhu dari rumah pasien.
Advertisement
Para peneliti tersebut mendefinisikan gelombang panas dalam 18 cara berbeda, dengan melihat rentang suhu selama periode tersebut.
Jika suhu berada di dalam 99% teratas, 97,5% teratas, 95% teratas, dan seterusnya akan dianggap sebagai gelombang panas. Mereka juga melihat dari segi lamanya waktu suhu tinggi tersebut berlangsung.
Penulis studi menemukan bahwa gelombang panas siang hari berhubungan dengan peluang 19% lebih tinggi bagi anak-anak dengan asma untuk dirawat di rumah sakit.Â
Durasi gelombang panas yang lebih lama meningkatkan dua kali lipat peluang kunjungan ke rumah sakit.
Para peneliti tidak menemukan hubungan apa pun dengan gelombang panas di malam hari.
"Kami menemukan bahwa baik kejadian suhu tinggi harian maupun suhu ekstrem yang berlangsung beberapa hari meningkatkan risiko kunjungan rumah sakit karena asma," kata penulis koresponden Morgan Ye dari University of California, San Francisco School of Medicine.
"Mengerti dampak dari peristiwa yang sensitif terhadap iklim seperti panas ekstrem pada populasi yang rentan adalah kunci untuk mengurangi beban penyakit akibat perubahan iklim.
Â
Gelombang Panas yang Berisiko pada Kesehatan
Pemanasan global menyebabkan gelombang panas yang lebih panjang dan ekstrem serta meningkatkan risiko kesehatan bagi banyak orang.
Morgan Ye menambahkan bahwa ana-anak dan keluarga dengan kapasitas adaptasi yang lebih rendah, seperti mereka yang tidak memiliki kemampuan finansial untuk mengurangi risiko kesehatan akibat perubahan iklim, kemungkinan akan mengalami beban terberat.
Bahkan di bagian pesisir California ini di mana suhu mungkin tidak mencapai tingkat ekstrem seperti yang terlihat di tempat lain dan gelombang panas ekstrem yang lebih ringan pun dapat berdampak signifikan pada kesehatan.
"Kita terus melihat kenaikan suhu global akibat perubahan iklim yang dihasilkan manusia, dan kita dapat mengharapkan peningkatan masalah kesehatan seiring dengan peningkatan gelombang panas yang lebih sering dan lebih parah."
Advertisement
Orang yang Memiliki Kesulitan Pernapasan Paling Rentan
Pasien dengan gangguan pernapasan termasuk yang paling rentan.
Tahun 2023, peneliti di Copenhagen University memperingatkan bahwa kehidupan orang-orang dengan asma dan penyakit paru obstruktif kronis akan menjadi lebih sulit akibat perubahan iklim.
Para peneliti mengatakan bahwa pasien pernapasan berisiko dari dampak seperti udara panas dan lembab, polusi dari kejadian seperti kebakaran hutan, paparan ozon dari hujan dan badai petir, serta kelembaban dari badai hujan dan banjir.
Laporan dalam Jurnal Respirasi Eropa menyatakan bahwa meskipun perubahan iklim memengaruhi kesehatan semua orang, orang dengan masalah pernapasan adalah kelompok yang paling berisiko dan terancam dengan efek-efek ini yang menjadi ancaman serius.
"Ini merupakan orang-orang yang sudah mengalami kesulitan bernapas dan mereka jauh lebih sensitif terhadap perubahan iklim kita. Gejala mereka akan menjadi lebih buruk, dan bagi beberapa orang hal ini dapat berujung fatal," kata Profesor Zorana Jovanovic Andersen, ketua Komite Lingkungan dan Kesehatan European Respiratory Society, pada waktu itu.
Â
Kenali Asma pada Anak-anak
Asma sering dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum mencapai usia 5 tahun. Banyak anak mengalami asma, yang merupakan penyakit kronis yang paling umum pada masa anak-anak.
Seperti dikutip dari medlineplus.gov, asma dapat menyebabkan anak-anak jarang tidak masuk sekolah dan harus dirawat di rumah sakit.
Namun, asma dapat dikontrol dengan pengobatan.
Penyebab pasti asma masih belum diketahui, faktor genetika dan lingkungan kemungkinan berperan dalam menentukan anak-anak mana yang menderita asma.
Serangan asma dapat terjadi ketika anak-anak terpapar pemicu asma. Pemicu asma adalah sesuatu yang dapat memicu atau memperburuk gejala asma.
Berbagai pemicu dapat menyebabkan berbagai jenis asma:
Asma alergi disebabkan oleh alergen, suatu zat yang menyebabkan reaksi alergi. Reaksi alergi tersebut bisa berasal dari tungau debu, jamur, hewan peliharaan, serbuk sari dari rumput, pohon, dan gulma, kotoran dari hama seperti kecoa dan tikus.
Sementara asma nonalergi disebabkan oleh pemicu yang bukan alergen, seperti menghirup udara dingin, penggunaan obat-obatan tertentu, bahan kimia rumah tangga, infeksi seperti pilek dan flu, polusi udara luar, serta asap rokok.
Asma yang dipicu oleh olahraga terjadi selama aktivitas fisik, terutama ketika udara sedang tidak hujan. Pemicu asma mungkin berbeda untuk setiap anak dan dapat berubah seiring waktu.
Advertisement