Sukses

Produk Rempah India Ditemukan Mengandung Pestisida Pemicu Kanker, Regulator Makanan Dunia Gelisah

Produk perusahaan eksportir rempah MDH dan Everest India ditemukan mengandung etilen oksida yang dapat memicu kanker.

Liputan6.com, New Delhi - Eksportir rempah-rempah India dilaporkan sedang diselidiki gara-gara hasil uji mengungkap tingkat pestisida pemicu kanker yang tinggi dalam produk mereka.

Melansir dari The Independent, Minggu (9/6/2024), hasil tes tersebut memicu kekhawatiran di kalangan regulator makanan global.

Dewan Rempah-rempah India (The Spice Board of India), regulator utama ekspor rempah-rempah di negara itu, mengatakan bahwa mereka telah mulai melakukan inspeksi di pabrik pengolahan dan manufaktur milik MDH dan Everest, dua merek terkemuka.

Investigasi ini dimulai lebih dari sebulan setelah Hong Kong menghentikan penjualan tiga jenis rempah dari MDH dan satu dari Everest, karena ditemukan kadar tinggi pestisida karsinogenik bernama etilen oksida.

Singapura memerintahkan penarikan kembali campuran rempah Everest, sementara Selandia Baru, Australia, dan Amerika Serikat mengatakan mereka sedang menyelidiki keluhan tentang kedua merek tersebut.

Pengawas makanan Inggris telah menerapkan langkah-langkah pengendalian ekstra terhadap semua impor rempah dari India, kata Badan Standar Makanan (Food Standards Agency) pada hari Rabu (22/5). 

"Kami telah mengadakan tiga konsultasi dengan industri," kata seorang pejabat senior The Spice Board of India yang dikutip oleh surat kabar Mint, yang menambahkan bahwa industri tersebut mengambil pendekatan serius terhadap masalah ini.

Sebuah laporan pada hari Selasa (20/5) di Financial Express mengatakan bahwa pengujian awal oleh pejabat India tidak menemukan bukti etilen oksida dalam rempah-rempah MDH, tetapi "dalam kasus Everest, beberapa sampel (dari 12) tidak sesuai."

"Kami telah memberi tahu mereka untuk mengambil tindakan korektif dan kami bekerja dengan mereka untuk memastikan mereka mematuhi peraturan," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut.

 

2 dari 4 halaman

Pengawasan Global yang Semakin Ketat Terhadap Rempah-rempah India

Dua perusahaan India telah menyatakan bahwa produk mereka aman untuk dikonsumsi, sementara MDH membantah menggunakan etilen oksida dalam campuran rempah-rempahnya. 

"Kami meyakinkan pembeli dan konsumen kami bahwa kami tidak menggunakan etilen oksida pada tahap penyimpanan, pengolahan, atau pengemasan rempah-rempah kami," kata MDH, menurut NDTV.

Sementara The Independent juga telah menghubungi Everest untuk berkomentar.

Etilen oksida, yang umumnya digunakan sebagai disinfektan, agen sterilisasi, dan insektisida untuk mengurangi kontaminasi mikroba, dianggap karsinogenik jika melebihi batas yang diizinkan.

Namun, batasan tersebut tidak distandarisasi di seluruh dunia. Hong Kong sepenuhnya melarang penggunaan etilen oksida dalam makanan, sementara Uni Eropa membatasi penggunaannya hingga 0,1 mg per kilogram.

Badan Perlindungan Lingkungan AS mengatakan bahwa paparan etilen oksida secara teratur selama bertahun-tahun meningkatkan risiko kanker, termasuk limfoma non-Hodgkin, mieloma, dan leukimia limfositik, serta kanker payudara.

Pengawasan global yang semakin ketat terhadap rempah-rempah India telah menimbulkan kekhawatiran tentang risiko yang dihadapi industri ekspor rempah negara tersebut, yang menurut The Spice Board of India bernilai $4 miliar yang setara dengan Rp63 triliun pada tahun 2022 sampai 2023.

Inisiatif Penelitian Perdagangan Global (The Global Trade Research Initiative), sebuah lembaga pemikir di New Delhi, memperkirakan bahwa hal ini kemungkinan akan memengaruhi lebih dari setengah dari semua pesanan luar negeri.

Sekitar 14,5 persen pengiriman rempah MDH ke Amerika Serikat telah dibatalkan sejak 2021 karena adanya bakteri salmonella, menurut analisis data FDA Amerika Serikat oleh Reuters.

3 dari 4 halaman

Warga AS yang Terpapar Pestisida pada Bahan Dasar Oat

Sebanyak 80% orang Amerika dinyatakan positif terpapar pestisida chlormequat yang berbahaya pada bulan Februari 2024.

Bahan kimia pertanian yang sangat beracun ini secara federal diizinkan untuk digunakan pada gangdum dan biji-bijian lain yang diimpor ke AS, menururt Environmental Working Group (EWG).

Mengutip dari laman NY Post, ketika diterapkan pada tanaman gandum dan biji-bijiaan, klormequat mengubah pertumbuhan tanaman, mencegahnya untuk membungkuk sehingga memudahkan panen, menurut EWG. 

Secara lebih rinci studi menyebut bahwa empat dari lima orang Amerika terpapar bahan kimia yang jarang ditemukan dalam makanan populer berbahan dasar oat. 

Produk tersebut mencakup Cheerois dan Quaker Oats yang dikaitkan dengan penurunan kesuburan, perubahan pertumbuhan janin, dan keterlambatan pubertas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh EWG tersebut diterbitkan di Journal of Expousre Science & Environmental Epidemiology.

"Yang sama meresahkannya, kami mendeteksi bahan kimia tersebut di 92% makanan berbahan dasar oat yang dibeli pada Mei 2023, termasuk Quaker Oats dan Cheerios," kata organisasi nirlaba tersebut dalam sebuah laporan yang diterbitkan bersamaan dengan temuan kelompok tersebut.

Poin data lain yang sangat mengkhawatirkan, pengujian EWG menemukan tingkat yang lebih tinggi dan deteksi klormequat yang lebih banyak pada sampel 2023 dibanding pada 2017.

"Ini menunjukkan bahwa paparan konsumen terhadap klormequat dapat meningkat," keterangan laporan tersebut. General Mills, produsen Cheerios dan PepsiCo yang membuat Quaker Oats, tidak segera menanggapi permintaan kelompok tersebut.

4 dari 4 halaman

Orang AS yang Sering Terpapar Pestisida

Klormequat terdeteksi pada 69% peserta penelitian pada 2017. Jumlah tersebut meningkat menjadi 74% antara tahun 2018 dan 2022, dan melonjak menjadi 90% pada 2023.

Karena klormequat biasanya meninggalkan tubuh dalam waktu 24 jam, konsentrasi tes positif yang tinggi menunjukkan bahwa orang Amerika sering terpapar pestisida, menurut laporan EWG yang sebelumnya dilaporkan oleh Daily Mail.

Meskipun penelitian tentang klormequat sedang berlangsung, EWG mencatat bahwa penelitian telah menunjukkan potensi dampaknya terhadap hewan, yang “menimbulkan pertanyaan apakah klormequat juga dapat membahayakan manusia,” kata EWG.

Dalam penelitian pada hewan, klormequat telah merusak sistem reproduksi dan mengganggu pertumbuhan janin pada hewan, "mengubah perkembangan kepala dan tulang serta mengubah proses metabolisme utama."

EWG juga menguji 20 lebih makanan berbahan dasar oat untuk mengetahui kandungan klormequat, ditambah tujuh produk organik, 13 produk non-organik, dan sembilan produk berbahan dasar gandum, kata EWG, meskipun tidak menentukan merek makanan mana yang diuji. 

Tingkat terdeteksi bahan kimia tersebut ditemukan pada 92% makanan berbahan dasar oat non-organik, sementara hanya dua sampel makanan berbahan dasar gandum, keduanya roti, memiliki kadar klormequat yang rendah. 

Hanya satu dari tujuh sampel organik yang memiliki kadar klormequat rendah.

Video Terkini