Liputan6.com, Sanaa - Kelompok Houthi pada hari Minggu (26/5/2024) membebaskan lebih dari 100 tahanan perang saudara Yaman. Demikian disampaikan Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
Pembebasan sepihak ini terjadi lebih dari setahun setelah pihak-pihak yang bertikai di Yaman membebaskan lebih dari 800 tahanan dalam pertukaran besar di negara itu pada April tahun lalu.
Baca Juga
ICRC menyebutkan bahwa pembebasan 113 tahanan terjadi Minggu pagi di ibu kota Sanaa yang dikuasai Houthi. Para tahanan yang dibebaskan termasuk di antara mereka yang dikunjungi dan dibantu secara teratur oleh ICRC dalam penahanan mereka di ibu kota Yaman.
Advertisement
"Kami berharap hal ini membuka jalan bagi pembebasan lebih lanjut, memberikan kenyamanan bagi keluarga yang menantikan reunifikasi dengan orang yang mereka cintai," kata ketua delegasi ICRC di Yaman Daphnee Maret, seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (28/5).
Salah satu tahanan yang dibebaskan karena masalah kesehatan, kata ICRC, dipindahkan dengan ambulans ke kampung halamannya di Yaman.
Langkah Positif
Pembebasan terbaru ini ditunda satu hari karena alasan logistik, kata Abdul-Qader al-Murtaza, seorang pejabat Houthi yang bertanggung jawab atas pembicaraan terkait pertukaran tahanan.
Ribuan orang diyakini masih ditahan sebagai tawanan perang sejak konflik meletus pada tahun 2014, sementara banyak lainnya hilang. ICRC memandang pembebasan hari Minggu sebagai langkah positif untuk menghidupkan kembali perundingan pertukaran tahanan.
"Kami siap memainkan peran kami sebagai perantara netral dalam memfasilitasi pembebasan, pemindahan, dan repatriasi tahanan," ungkap ICRC.
Yaman terjerumus ke dalam perang saudara yang menghancurkan ketika Houthi turun dari benteng mereka di utara dan merebut Sanaa serta sebagian besar wilayah utara Yaman, memaksa pemerintah ke pengasingan.
Koalisi yang dipimpin Arab Saudi termasuk Uni Emirat Arab melakukan intervensi pada tahun 2015 dalam upaya memulihkan pemerintahan yang diakui secara internasional.
Konflik tersebut dalam beberapa tahun terakhir telah berubah menjadi perang proksi antara Arab Saudi dan Iran, meski belakangan hubungan kedua negara membaik berkat mediasi China.
Advertisement