Sukses

Ilmuwan: Kemunculan Topan Remal di Bangladesh Efek dari Perubahan Iklim

Topan Remal menghancurkan ribuan rumah, menghancurkan tembok pembatas antara daratan dan laut serta menyababkan banjir di sejumlah kota.

Liputan6.com, Dhaka - Ilmuwan mengatakan, topan mematikan yang menimbulkan kerusakan di Bangladesh adalah salah satu topan yang paling cepat terbentuk dan bertahan paling lama.

Ia menyebut, masalah perubahan iklim sebagai penyebab topan tersebut bisa terbentuk, dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (29/5/2024).

Topan Remal yang melanda dataran rendah Bangladesh dan negara tetangga India pada Minggu (26/5) malam, menyebabkan sedikitnya 23 orang tewas.

Topan Remal juga menghancurkan ribuan rumah, menghancurkan tembok pembatas antara daratan dan laut serta membuat sejumlah kota banjir.

“Dalam hal durasi, ini adalah salah satu yang terlama dalam sejarah yang terjadi negara ini,” kata Azizur Rahman, direktur Departemen Meteorologi Bangladesh.

Ia juga menambahkan bahwa badai tersebut telah menghantam negara tersebut selama lebih dari 36 jam.

Bencana angin topan telah menewaskan ratusan ribu orang di Bangladesh dalam beberapa dekade terakhir.

Kini, jumlah bencana juga kian meningkat. Dari satu kali dalam setahun menjadi tiga kali. Peneliti menyebut ini terjadi akibat dampak perubahan iklim.

Badai terpantau yang bergerak lambat. Oleh sebab itu berlangsung lebih lama dan membawa kehancuran yang lebih besar, kata ahli.

“Saya telah melihat banyak badai dalam hidup saya, namun tidak ada yang seperti topan ini,” kata Asma Khatun, seorang janda berusia 80 tahun yang tinggal bersama putranya.

“Dulu badai datang silih berganti. Sekarang sepertinya tak kunjung reda. Hujan deras yang tak henti-hentinya dan angin kencang membuat kami terjebak berhari-hari”.

 

2 dari 2 halaman

Jutaan Orang Terkena Dampak

Rahman mengatakan, topan tersebut memicu hujan besar, dengan curah hujan di beberapa kota.

Gelombang badai menerobos beberapa tanggul, yang berarti air laut membanjiri lahan pertanian, merusak peternakan ikan air tawar yang umum di sepanjang pantai dan merusak air minum.

Menteri Bencana Bangladesh, Mohibbur Rahman, mengatakan 3,75 juta orang terkena dampak topan tersebut, lebih dari 35.000 rumah hancur, dan 115.000 lainnya rusak.