Liputan6.com, Washington, DC - Pemerintahan Joe Biden mengatakan pada hari Selasa (28/5/2024) pihaknya memantau dengan cermat penyelidikan atas serangan udara mematikan Israel ke kamp pengungsi Palestina Tel al-Sultan di Rafah.
Namun, Amerika Serikat (AS) menyatakan serangan Israel tersebut bukanlah operasi darat besar-besaran yang melanggar toleransinya.
Baca Juga
"Israel sudah mengatakan itu adalah kesalahan tragis," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan di Gedung Putih seperti dilansir CNA pada Rabu (29/5), ketika ditanya apakah serangan pada Minggu (26/5) itu termasuk dalam jenis 'kematian dan kehancuran' yang telah diperingatkan oleh para pejabat AS dapat mengakibatkan tertahannya lebih banyak bantuan ke Israel.
Advertisement
"AS tidak punya pengukur atau kuota."
Kirby kemudian menuturkan, "Kami juga telah mengatakan bahwa kami tidak ingin melihat operasi darat besar-besaran di Rafah yang akan menyulitkan Israel menyerang Hamas tanpa memicu kerusakan besar dan berpotensi menimbulkan banyak korban jiwa. Kami belum melihat hal itu."
Menurut Kirby, sebagian besar operasi militer Israel dilakukan di koridor pinggiran Rafah.
Ketika dikonfirmasi apakah maksudnya bahwa operasi darat Israel baru-baru ini di Rafah tidak akan mendorong penarikan lebih banyak bantuan militer AS, Kirby menjawab, "Saya yakin itulah yang saya sampaikan di sini."
Â
Klaim Israel
Sedikitnya 45 orang tewas dalam serangan Israel ke kamp pengungsi Tel al-Sultan, termasuk lansia, perempuan, dan anak-anak. Dua petinggi Hamas dilaporkan juga tewas dalam serangan itu..
Dalam penyelidikannya atas serangan tersebut, militer Israel mengatakan pesawat tempurnya menggunakan bom sekecil mungkin.
"Amunisi kami sendiri tidak akan mampu menyulut api sebesar itu," ujar juru bicara militer Israel Daniel Hagari seperti dilansir kantor berita AP, merujuk pada kebakaran hebat di lokasi serangan yang menewaskan warga Palestina.
Hagari menyebutkan bahwa kebakaran tersebut adalah insiden dahsyat yang tidak pihaknya duga dan terjadi karena keadaan yang tidak terduga.
Pembelaan serupa dilontarkan Kirby.
"Israel mengatakan mereka menggunakan bom seberat 17 kg, amunisi berpemandu presisi," kata Kirby. "Jika memang itu yang mereka gunakan maka hal ini jelas merupakan indikasi adanya upaya yang bijaksana, memiliki target, dan presisi."
Advertisement