Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim mempengaruhi makhluk hidup di permukaan Bumi. Tak hanya manusia, tumbuhan dan hewan juga turut merasakan dampak perubahan iklim.
Terumbu karang menjadi salah satu hewan yang terkena imbas perubahan iklim. Baru-baru ini National Oceanic and Armospheric Administrastion (NOAA) merilis penelitian bahwa terumbu karang berubah warna menjadi putih lebih cepat dalam beberapa tahun terakhir.
Fenomena ini disebut sebagai pemutihan terumbu karang. Pemutihan terumbu karang terjadi karena berbagai faktor, salah satunya peningkatan suhu air laut akibat perubahan iklim.
Advertisement
Baca Juga
NOAA mengatakan, terumbu karang di Laut Karibia dan Great Barrier Reef mengalami pemutihan terburuk dalam sejarah. Hal ini memicu kekhawatiran akan kerusakan karang permanen.
Melansir laman NOAA pada Rabu (29/05/2024), berikut fakta menarik fenomena pemutihan terumbu karang.
1. Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reefs) merupakan sekumpulan hewan karang yang saling terhubung. Terumbu karang bergantung pada tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae.
Hubungan keduanya saling menguntungkan, karang menyediakan tempat untuk zooxanthellae. Sementara, zooxanthellae memberi karbohidrat dan oksigen melalui fotosintesis.
Pertumbuhan yang cenderung tidak signifikan dan masif membuat terumbu karang membutuhkan waktu yang lama untuk terbentuk. Terumbu karang juga memiliki batasan lingkungan tumbuh.
Terumbu karang bisa hidup dengan baik pada suhu antara 26° hingga 28°C, kejernihan air yang tinggi, arus, dan salinitas yang cukup.
Â
Proses Pemutihan Terumbu Karang
2. Proses Pemutihan Terumbu Karang
Pemutihan terumbu karang terjadi saat suhu air laut mengalami kenaikan atau penurunan di luar batas optimum terumbu karang. Hal ini membuat terumbu karang dan zooxanthellae menjadi terganggu.
Terumbu karang akan mengeluarkan zooxanthellae saat mencapai keadaan stres. Hal ini menyebabkan warna asli terumbu karang yang cenderung putih terlihat, sehingga peristiwa ini disebut pemutihan terumbu karang (coral reefs bleaching).
Tidak hanya dipengaruhi oleh suhu lautan yang ekstrem, kejadian berupa peningkatan sedimentasi atau salinitas dalam kondisi ekstrem. Tumpahan minyak, polusi, oksigen rendah, serta penyakit juga sangat berpengaruh pada kondisi terumbu karang.
Terumbu karang yang ditinggal zooxanthellae akan kesulitan menyerap secara maksimal makanan yang dibutuhkan, proses fotosintesis juga menjadi terbatas. Jika keadaan segera membaik dan kembali pada kondisi normal maka terumbu karang kemungkinan dapat kembali pulih.
Namun jika keadaan berlanjut maka terumbu karang yang mengalami pemutihan perlahan-lahan akan mati. Kematian ini terjadi pada fenomena pemutihan karang ekstrem seperti di Australia utamanya Great Barrier Reef.
Australian Institute of Marine Science menyebutkan, hingga Juni 2016, pemutihan terumbu karang menyebabkan setidaknya 22 persen populasi terumbu karang di Great Barrier Reef mengalami kematian.
Â
Advertisement
Dampak
3. Dampak Pemutihan Terumbu Karang
Terumbu karang yang jumlahnya terbatas di lautan merupakan tempat perlindungan utama bagi setidaknya 25 persen ikan. Salah satu contohnya terumbu karang dapat menjadi tempat spesies seperti ikan kecil untuk berlindung sebelum bisa menjelajahi lautan luas.
Selain berkontribusi pada organisme dalam lautan, terumbu karang juga membantu dalam mengurangi dampak gelombang tinggi atau sebagai tembok penahan gelombang alami serta mengurangi tingkat abrasi pantai.
Populasi organisme laut tentunya akan menurun apabila salah satu bagian ekosistemnya terganggu. Penurunan populasi ini dapat mempengaruhi masyarakat yang berkecimpung di industri perikanan dan pariwisata.
4. Suhu laut di Dunia Terus Meningkat
Para ahli menilai pemutihan terumbu karang akan terus terjadi pada waktu mendatang. Sebab suhu air laut yang terus meningkat, terutama dalam satu dekade belakang.
Suhu permukaan laut di seluruh dunia telah memecahkan rekor dalam beberapa bulan terakhir, dengan beberapa lonjakan suhu terbesar dan paling persisten tercatat di Samudra Atlantik Utara, Teluk Meksiko, dan cekungan Karibia. Selama musim panas, suhu permukaan laut di lepas pantai Florida mencapai puncaknya lebih dari 33 derajat Celsius dan tetap tinggi selama berbulan-bulan.
(Tifani)