Liputan6.com, Stockholm- Sebuah penelitian baru telah mengungkapkan bahwa membuat tato dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena limfoma, sebuah istilah umum untuk kanker yang dimulai pada sel-sel sistem getah bening.
Para peneliti di Lund University, Swedia melakukan penelitian yang melibatkan 11.000 partisipan dan menemukan bahwa tinta tato memacu perubahan inflamasi di dalam tubuh.
Baca Juga
Dilansir dari WION, Selasa (30/7/2024), penulis utama studi ini, Christel Nielsen, dari Lund University, Swedia mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Orang-orang mungkin ingin terus mengekspresikan identitas mereka melalui tato, oleh karena itu sangat penting bagi kita sebagai masyarakat untuk memastikan bahwa tato itu aman.”
Advertisement
“Sebagai seorang individu, sebaiknya Anda mengetahui bahwa tato dapat memengaruhi kesehatan Anda, dan bahwa Anda harus menghubungi penyedia layanan kesehatan jika Anda mengalami gejala yang Anda yakini akibat tato,” tambah pernyataan tersebut.
Bagaimana Penelitian ini Dilakukan?
Jumlah total peserta dalam penelitian ini adalah 11.905 orang. Dari jumlah tersebut, 2.938 orang diketahui telah mengembangkan limfoma antara usia 20 dan 60 tahun. Dari 2.938 orang ini, sebanyak 1.398 orang berhasil menyelesaikan survei penelitian. Perbandingannya, terdapat 4.193 peserta dalam kelompok kontrol yang juga terlibat dalam penelitian ini.
Dari 289 anggota kelompok limfoma, 21 persen ditemukan memiliki tato, dibandingkan dengan 18 persen dari 735 anggota kelompok kontrol yang tidak menerima diagnosis limfoma.
“Setelah memperhitungkan faktor-faktor lain yang relevan, seperti merokok dan usia, kami menemukan bahwa risiko terkena limfoma 21 persen lebih tinggi di antara mereka yang memiliki tato,” kata Nielsen dalam rilis berita.
“Penting untuk diingat bahwa limfoma adalah penyakit langka dan hasil penelitian kami berlaku di tingkat kelompok (Hasil yang diperoleh dari penelitian ini lebih bersifat umum). Hasilnya sekarang perlu diverifikasi dan diselidiki lebih lanjut dalam penelitian lain dan penelitian semacam itu sedang berlangsung,” ujar salah satu peneliti.
Apakah Ukuran Tato itu Berpengaruh?
Para peneliti tidak dapat menentukan apakah ukuran tato dapat berdampak pada kemungkinan berkembangnya limfoma di tubuh.
“Kita sudah tahu bahwa ketika tinta tato disuntikkan ke dalam kulit, tubuh menafsirkannya sebagai sesuatu yang asing yang seharusnya tidak ada di sana dan sistem kekebalan tubuh pun diaktifkan,” jelas Nielsen.
Tinta yang sudah menancap dalam kulit pun disalurkan ke kelenjar getah bening.
“Sebagian besar tinta tersebut dialirkan dari kulit, ke kelenjar getah bening di mana tinta tersebut disimpan,” tambahnya.
Advertisement
Bahaya yang Mengintai dari Tato
Infeksi dan alergi adalah salah dua risiko yang besar kemungkinan bakal menimpa orang-orang yang baru bikin tato.
Hal ini terungkap setelah peneliti dari Jerman dan Prancis melakukan sebuah penelitian, dengan melihat hasil autopsi empat orang pengguna tato.
Hasil temuan yang dituangkan ke dalam jurnal Scientific Report menyebut bahwa partikel beracun dari tinta tato yang bisa menembus kulit dan menyebar ke seluruh tubuh menjadi dalangnya, seperti dikutip dari situs Health pada Senin, (27/5/2019).
Penggunaan teknologi sinar x fluorescent berhasil membantu para peneliti mengidentifikasi nano-partikel titanium dioksida di kelenjar getah bening individu tersebut.
Kelenjar getah bening merpakan bagian dari sistem pembuluh limfatik yang berperan menghilangkan dan menyaring racun dari tubuh.
Para peneliti mengatakan bahwa kelenjar getah bening memang pasti akan menarik beberapa partikel tinta tato. Terbukti, para peneliti juga menemukan bahwa kelenjar getah bening empat orang pemilik tato itu membesar.
Penemuan Lanjutan
Penemuan ini dinilai sangat sulit. Nanopartikel yang ditemukan dalam kelenjar getah bening yang berukuran sangat kecil memiliki reaksi berbeda pada masing-masing tubuh sehingga menimbulkan ancaman kesehatan yang berbeda pula.
Bahkan, meskipun tidak dalam bentuk nanopartikel, tinta tato yang mengandung titanium dioksida, khususnya pigmen putih, memiliki kaitan dengan beberapa masalah seperti penyembuhan luka yang lama, kulit mengelupas, dan gatal.
Penelitian ini memang tidak memberikan bukti jelas tentang kaitan kesehatan mengenai penggunaan tato. Namun, penelitian ini merupakan studi pertama yang menunjukkan bahwa pigmen skala nanopartikel, yang sebagian terbuat dari elemen beracun dapat berakumulasi dan menyebar dalam tubuh.
Peneliti juga menekankan dampak kronis pada kesehatan seperti kanker tetapi sulit dikaitkan dengan tato karena waktu kemunculannya setelah beberapa tahun paparan. Penelitian lebih lanjut jelas diperlukan untuk menemukan implikasi sebenarnya dari penemuan ini.
"Untuk saat ini, jika Anda berpikir untuk membuat tato, ketahuilah bahwa banyak pertanyaan yang tidak dapat ditemukan jawabannya," kata peneliti utama German Federal Institute for Risk Assessment Ines Schreiver.
Advertisement