Sukses

Korea Utara Berhenti Kirim Balon Isi Sampah ke Korea Selatan

Ratusan balon berisi berbagai sampah, termasuk kotoran hewan, dikirim Korea Utara ke Korea Selatan sebagai tindakan balasan.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara mengumumkan akan berhenti mengirimkan balon-balon pembawa sampah ke Korea Selatan.

Pengumuman tersebut disampaikan beberapa jam setelah Korea Selatan mengatakan akan segera "menghukum" Korea Utara dengan tindakan tak tertahankan atas aktivitas balon udara dan provokasi lainnya baru-baru ini.

Para pengamat mengatakan Korea Selatan kemungkinan akan memulai kembali penggunaan pengeras suara di garis depan ke Korea Utara yang mencakup kritik terhadap situasi hak asasi manusia yang buruk, berita dunia, dan lagu-lagu K-pop. Korea Utara sangat sensitif terhadap siaran semacam itu karena sebagian besar dari 26 juta penduduknya tidak memiliki akses resmi terhadap program TV dan radio asing.

Belum jelas apakah Korea Selatan akan melanjutkan tindakan hukumannya menyusul pengumuman Korea Utara.

Pada Minggu (2/6/2024) malam, Wakil Menteri Pertahanan Korea Utara Kim Kang Il mengatakan Korea Utara akan menghentikan sementara aktivitas balonnya. Dia menuturkan bahwa itu adalah tindakan balasan terhadap penyebaran selebaran dari Korea Selatan.

"Kami membuat klan ROK (Republik Korea) mendapatkan cukup pengalaman tentang betapa tidak menyenangkannya perasaan mereka dan seberapa besar upaya yang diperlukan untuk menghilangkan kertas bekas yang berserakan," kata Kim Kang Il dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah Korea Utara, seperti dilansir kantor berita AP, Senin (3/6).

Dia mengatakan jika para aktivis Korea Selatan sekali lagi menyebarkan selebaran propaganda anti-Pyongyang melalui balon maka Korea Utara akan kembali menerbangkan balon untuk membuang sampah yang jumlahnya ratusan kali lipat dari jumlah selebaran Korea Selatan.

Sebelumnya pada hari Minggu, militer Korea Selatan mengatakan bahwa lebih dari 700 balon yang diterbangkan dari Korea Utara ditemukan di berbagai wilayah negara tersebut, selain sekitar 260 balon yang ditemukan beberapa hari sebelumnya.

"Di dalam balon tersebut terdapat kotoran hewan, puntung rokok, potongan kain, kertas bekas dan vinil, namun tidak ada bahan berbahaya," demikian menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.

Adapun Kim Kang Il mengklaim Korea Utara menerbangkan 3.500 balon yang membawa 15 ton kertas bekas.

2 dari 2 halaman

Eskalasi Ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan

Direktur Keamanan Nasional Korea Selatan Chang Ho-jin mengatakan pada Minggu pagi bahwa pihaknya memutuskan mengambil tindakan tak tertahankan terhadap Korea Utara sebagai reaksi terhadap peluncuran balonnya, dugaan gangguan sinyal navigasi GPS di Korea Selatan, dan simulasi serangan nuklir dalam beberapa hari terakhir.

Chang Ho-jin menyebut kampanye balon udara Korea Utara dan dugaan gangguan sinyal GPS sebagai tindakan provokasi yang tidak masuk akal dan tidak rasional yang tidak dapat dibayangkan oleh negara pada umumnya. Dia menuduh Korea Utara bertujuan untuk menimbulkan kecemasan dan kekacauan publik di Korea Selatan.

Korea Utara sering kali menanggapi dengan marah terhadap selebaran Korea Selatan karena berisi pesan propaganda yang mengkritik pemerintahan otoriter Korea Utara dan berita dari luar. Pada tahun 2020, Korea Utara meledakkan kantor penghubung kosong yang dibangun Korea Selatan di wilayahnya sebagai bentuk kemarahan atas aktivitas balon Korea Selatan.

Para ahli mengatakan kampanye balon yang dilakukan Korea Utara, yang dilaporkan merupakan yang pertama dalam tujuh tahun terakhir, dimaksudkan untuk memicu perpecahan internal di Korea Selatan karena kebijakan keras pemerintah konservatif terhadap Korea Utara. Mereka mengatakan Korea Utara juga diperkirakan akan semakin meningkatkan ketegangan menjelang pemilihan Pilpres Amerika Serikat pada bulan November.

Sejak tahun 2022, Korea Utara telah secara tajam meningkatkan laju uji coba senjata untuk membangun persenjataan nuklir yang lebih besar. Pekan lalu, negara tersebut menembakkan rentetan senjata berkemampuan nuklir ke laut dalam sebuah latihan yang menyimulasikan serangan pendahuluan terhadap Korea Selatan.