Sukses

Kala 'Sihir' Harry Potter Berhasil Dongkrak Ekonomi dan Pariwisata Kota Edinburgh

Para penggemar film dan buku Harry Potter karya JK Rowling berhasil memberikan dampak dalam sektor pariwisata Kota Edinburgh, Skotlandia, yang menjadi latar belakang cerita tersebut.

Liputan6.com, Edinburgh - Edinburgh, kota yang menjadi latar belakang cerita Harry Potter karya penulis JK Rowling, telah berhasil menjadi daya tarik wisata bagi para penggemarnya.

Ibu kota Skotlandia ini berhasil meningkatkan perekonomian Inggris dan membantu menghasilkan miliaran poundsterling dalam penjualan global barang-barang yang berhubungan dengan Potter.

"Di sini Anda akan menemukan makam Voldemort," kata Sam Thorne, pemandu tur Harry Potter, seperti dilansir Malay Mail, Rabu (12/6/2024).

Tur yang dipimpin Thorne, diikuti sekitar 20 orang, mengunjungi sejumlah tempat dalam cerita Harry Potter termasuk pemakaman Greyfriars Kirkyard di mana beberapa batu nisan memuat nama yang mirip dengan beberapa karakter.

Kate Merson (43), wanita asal Amerika Serikat yang tinggal di Edinburgh mengaku mengikuti tur tersebut untuk memenuhi keinginan anaknya untuk menjelajahi cerita Hogwarts.

Rowling menulis tujuh buku Potter yang diterbitkan antara tahun 1997 dan 2007, menghasilkan delapan film bernilai miliaran dolar.

Ceritanya pun membuat para penggemar terpikat oleh Edinburgh, yang pemandangan dan pemandangannya menjadi inspirasi karakter dan lokasi yang fantastis.

"Ini menjadi ramai dan semakin ramai lagi. Semakin banyak orang yang dating dan meminta tur," tutur Thorne.

Tur "Potter Trail" miliknya berlangsung selama satu setengah jam, mengajak para peserta untuk melintasi sudut kota yang indah. Tur tersebut dibanderol seharga USD 26 atau sekitar Rp423 ribu per orang.

2 dari 4 halaman

Souvenir Harry Potter Laku Keras

Selain tertarik dengan perjalanan tur, para penggemar Harry Potter pun tak mau ketinggalan untuk mengoleksi barang-barang dan souvenir Harry Potter.

Salah satunya adalah Briya Maru, wanita asal India yang tinggal di Toronto, rela mengantri di tengah hujan deras di depan salah satu toko untuk membeli suvenir Potter.

"Merupakan simbol bagi saya untuk mendapatkannya dari sini, kota Harry Potter," kata dia.

Monica Alsina, salah satu pemilik toko, mengatakan bahwa bisnisnya berkembang pesat. Ia menjual berbagai souvenir Harry Potter, mulai dari tongkat Ajaib seharga 40 poundsterling atau sekitar Rp828 ribu hingga patung karakter edisi terbatas seharga 650 poundsterling atau sekitar Rp13,4 juta.

"Bisnis ini berjalan dengan baik. Harry Potter semakin popular," kata Alsina.

3 dari 4 halaman

Dongkrak Pariwisata Skotlandia

Harry Potter terbukti mendongkrak pariwisata dan ekonomi Edinburgh. Hal ini turut diakui oleh badan pariwisata setempat.

"Harry Potter adalah mesin pariwisata yang luar biasa di Skotlandia," kata Jenni Steele, juru bicara badan pariwisata VisitScotland.

Para penggemar Harry Potter biasanya juga akan mengunjungi sejumlah tempat yang menjadi lokasi syuting Harry Potter di Inggris, termasuk London dan sekitarnya, Cotswolds dan York.

Para penggemar juga cenderung mengunjungi taman studio film "The Making of Harry Potter", yang telah menarik 19 juta pengunjung sejak dibuka pada tahun 2012.

Harga tiket atraksi dekat London masing-masing minimal 53 poundsterling dan total pendapatan telah melampaui satu miliar dolar.

4 dari 4 halaman

Orientasi Seksual JK Rowling Berpengaruh

Kendati demikian, penggemar Harry Potter atau yang dijuluki Pottermania, dibayangi oleh pandangan Rowling, termasuk keyakinannya bahwa seks biologis tidak dapat diubah. Namun, ia menyangkal menjadi transfobia.

Di Edinburgh, pandangannya sulit diterima bagi sebagian orang.

"Ini merupakan masa yang sulit untuk menjadi penggemar Harry Potter karena komentarnya, terutama karena salah satu alasan mengapa dunia sihir begitu berarti bagi banyak orang adalah karena Harry dipandang sebagai orang luar," kata Thorne.

"Bagi orang-orang yang benar-benar merasakan hal itu, Harry Potter adalah sebuah bentuk pelarian bagi mereka, sebuah tempat di mana mereka bisa merasa diterima — rasanya seperti sebuah pengkhianatan."