Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) mencabut larangan penyediaan senjata dan pelatihan kepada unit militer kontroversial Ukraina, Brigade Azov, yang merupakan kunci pertahanan Kota Mariupol. Hal tersebut dikonfirmasi Kementerian Luar Negeri AS pada hari Selasa (11/6/2024).
Brigade Azov adalah salah satu unit tempur yang paling efektif dan populer di Ukraina, di mana asal muasalnya adalah batalion sukarelawan yang menarik para pejuang dari kalangan sayap kanan dan mendapat kritik atas beberapa taktik yang mereka gunakan. AS telah melarang resimen tersebut menggunakan senjatanya, dengan alasan ideologi neo-Nazi dari beberapa pendirinya.
Baca Juga
Anggota Brigade Azov saat ini, yang telah dimasukkan ke dalam Garda Nasional Ukraina sebagai Brigade Pasukan Khusus ke-12, menolak tuduhan ekstremisme dan hubungan apa pun dengan gerakan sayap kanan. Namun, Kremlin disebut telah memanfaatkan asal usul resimen tersebut dalam upayanya untuk menjadikan invasi Rusia sebagai pertempuran melawan pengaruh Nazi di Ukraina.
Advertisement
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia mengambil pandangan sangat negatif terhadap keputusan AS. Dia menggambarkan Azov sebagai formasi bersenjata ultranasionalis dan menuduh pihak berwenang AS "siap menggoda neo-Nazi". Demikian seperti dilansir kantor AP, Rabu (12/6).
Undang-undang AS melarang pemberian peralatan dan pelatihan kepada unit militer asing atau individu yang diduga melakukan pelanggaran hak asasi manusia berat. Kementerian Luar Negeri AS mengatakan mereka tidak menemukan bukti adanya pelanggaran semacam itu.
"Ini adalah halaman baru dalam sejarah unit kami," tulis Brigade Azov di Instagram. "Azov menjadi lebih kuat, lebih profesional, dan bahkan lebih berbahaya bagi penjajah."
"Memperoleh senjata dan pelatihan Barat dari AS tidak hanya akan meningkatkan kemampuan tempur Azov, namun yang paling penting, berkontribusi pada pelestarian nyawa dan kesehatan personel."
Dicap Teroris oleh Rusia
Hingga keputusan Kementerian Luar Negeri AS dikeluarkan, Brigade Azov dilarang mengirim pejuangnya ke latihan militer Barat atau mengakses senjata yang dibeli dengan dana AS. Pencabutan larangan tersebut kemungkinan akan meningkatkan kapasitas tempur brigade tersebut pada saat yang sulit selama perang melawan invasi Rusia. Ukraina menderita kekurangan amunisi dan personel yang terus-menerus.
Bertahun-tahun sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, Human Rights Watch menyampaikan kekhawatirannya terhadap Brigade Azov dan menulis bahwa tuduhan yang kredibel mengenai pelanggaran berat telah dilakukan terhadap para anggota kelompok itu.
Rusia telah berulang kali menggambarkan Azov sebagai kelompok Nazi dan menuduhnya melakukan kekejaman, namun secara terbuka hanya memberikan sedikit bukti mengenai tuduhan tersebut. Pada tahun 2022, pengadilan tinggi Rusia secara resmi menetapkan Brigade Azov sebagai kelompok teroris.
Brigade tersebut tumbuh dari sebuah kelompok yang disebut Batalyon Azov, yang dibentuk pada tahun 2014 sebagai salah satu dari banyak resimen sukarelawan yang dibentuk untuk melawan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur. Unit ini dengan cepat menjadi unit resmi terpisah di bawah kementerian dalam negeri dan kemudian menjadi unit Garda Nasional.
Tentara Azov memainkan peran penting dalam pertahanan Mariupol, bertahan dalam pengepungan dan kekurangan amunisi selama berminggu-minggu di pabrik baja, meskipun ada serangan dahsyat dari pasukan Rusia pada tahun 2022.
Â
Advertisement