Sukses

Lansia di Jepang Ciptakan Aplikasi Pengingat untuk Manula, Ingatkan Bawa Dompet hingga Alat Bantu Dengar

Aplikasi tersebut memudahkan kelompok lansia untuk mengirim pesan ataupun menjadi pengingat sebelum bepergian. Ini penjelasan keunggulannya.

Liputan6.com, Tokyo - Salah satu masalah kesehatan yang paling umum dialami oleh lansia adalah masalah ingatan. Mereka kerap lupa di mana terakhir kali meletakkan kacamata hingga lupa membawa dompet saat hendak bepergian.

Hal tersebut juga yang dialami Tomiji Suzuki, lansia 89 tahun di Jepang, hingga akhirnya ia mengembangkan aplikasi dengan memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) yang berfungsi sebagai pengingat bagi lansia saat mereka hendak meninggalkan rumah, entah itu dompet, alat bantu dengar atau kartu berobat.

Dia terinspirasi untuk membuat aplikasi yang menampilkan suara cucunya, setelah dia menyadari lupa memakai gigi palsunya saat hendak menaiki kereta.

"Hal-hal seperti ini terjadi pada orang lanjut usia," katanya sambil tertawa, seraya menambahkan bahwa usianya menjadi keuntungan dalam mengemukakan ide untuk program tersebut.

"Tidak peduli seberapa keras mereka berusaha, saya rasa generasi muda tidak memahami kebutuhan dan harapan para lansia," lanjutnya, seperti dilansir Japan Times, Jumat  (14/6/2024).

Hampir sepertiga penduduk Jepang berusia 65 tahun ke atas, menjadikannya negara tertua di dunia setelah Monako. Satu dari 10 penduduk Jepang berusia 80 tahun. Seperti halnya di negara-negara maju lainnya, anjloknya angka kelahiran telah menimbulkan kekhawatiran akan krisis demografi yang akan terjadi karena tidak adanya cukup pekerja untuk mengimbang bertambahnya jumlah pensiunan.

Tomiji dulunya bekerja di sebuah rumah perdagangan, tetapi kemudian mengembangkan minat dalam bidang komputasi dan mengambil kursus pemrograman di awal tahun 2010-an.

"Saya suka menciptakan sesuatu," katanya.

"Ketika saya mengetahui bahwa saya dapat mengembangkan aplikasi sendiri — dan jika saya melakukannya, Apple akan memasarkannya ke seluruh dunia, begitu saja — rasanya seperti ide yang bagus."

2 dari 4 halaman

Proses Pengembangan Aplikasi

Dalam proses membuat aplikasi "Outing Prep Voice Slide Show", yang dirilis pada bulan April, Tomiji menanyakan sekitar 1.000 pertanyaan terkait coding di ChatGPT.

"Saya beruntung…. Seandainya saya meninggal setahun, atau dua tahun lalu, saya tidak akan bertemu (ChatGPT)," ujarnya.

Dia menggambarkan chatbot AI generatif sebagai "guru yang hebat" dan bahkan telah menerbitkan buku tentang penggunaannya sebagai mentor pemrograman.

Tomiji mengatakan pekerjaan lamanya mengekspor mobil ke Asia Tenggara dan wilayah lain telah membantunya mengajukan pertanyaan yang tepat.

"Di masa muda saya, perusahaan perdagangan menggunakan telegram untuk berkomunikasi — Anda harus berhati-hati dalam mengirimkan pesan yang jelas, dalam satu kalimat pendek."

Aplikasi "Pee Count Record" yang mendapat 30 unduhan setiap minggunya menjadi populer, meskipun tidak ada upaya yang dikeluarkan untuk pemasaran.

Pengembangan aplikasi tersebut terinspirasi dari pengalamannya usai menjalani operasi hernia dua tahun lalu, di mana perawat menanyakan berapa kali dia buang air kecil.

"Saya tidak dapat mengingatnya tanpa mencatatnya," katanya.

Ia pun memutuskan untuk membuat aplikasi untuk membantu melacaknya.

3 dari 4 halaman

Terbukti Membantu Para Lansia

Kakak Tomiji, Kinji Suzuki (92), menggunakan beberapa aplikasi buatan adiknya sendiri, termasuk "Voice Input Assist."

"Ini berguna karena ketika Anda menjadi tua, mengetik menjadi merepotkan," katanya sambil mendemonstrasikan cara menggunakan alat pengenalan suara untuk mengirim e-mail.

Selain itu, Etsunobi Onuki (75), seorang pemilik toko langganan Tomiji juga mengaku terbantu dengan aplikasi tersebut.

Dia menggunakan aplikasi penguatan otot mulut yang dibuat oleh Suzuki yang disebut "Latihan A-I-U-Be" setelah pengguna diminta untuk mengeluarkan suara.

"Saya selalu melakukannya sambil duduk di bak mandi," kata Onuki, yang juga penggemar aplikasi buatan Tomiji, yang mencegahnya meninggalkan kunci rumahnya di toko saat toko tutup.

"Saya ingin merekomendasikan aplikasi ini kepada pelanggan saya," ungkapnya lantaran banyak dari mereka berusia 70an dan 80an dan sering lupa membawa kartu registrasi ke toko.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Bagi Para Lansia

Tomiji adalah anggota kelompok nasional yang disebut Senior Programming Network (SPN) dan mengatakan bahwa anggota lain telah membantunya sepanjang perjalanannya.

Pendiri SPN Katsushiro Koizumi (51) percaya bahwa "lansia dan AI memiliki chemistry yang baik."

Dia mendesak para anggota untuk melangkah lebih jauh dan menanamkan alat AI generatif yang sedang berkembang ke dalam aplikasi mereka, yang dapat digunakan oleh orang lanjut usia.

"Pengguna dapat mengoperasikan aplikasi hanya dengan berbicara dalam bahasa alami," tutur dia, menyadari kesulitan orang lanjut usia untuk menahan tombol, atau menarik dan melepas ikon, pada layar ponsel yang kecil.