Liputan6.com, Peshawar - Tepat hari ini, 11 tahun yang lalu, pada 21 Juni 2013, 15 orang tewas dalam serangan penembakan dan bom bunuh diri di masjid di Pakistan.
Militan menembaki sebuah masjid untuk golongan Muslim Syiah saat para jamaah berkumpul untuk sholat Jum’at, kemudian seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan bahan peledak di dalam masjid yang menewaskan 15 orang.
Baca Juga
Polisi mengatakan serangan tersebut ditujukan untuk aliran minoritas di Pakistan, seperti yang dikutip dari Times of Israel, Jumat (21/6/2024).
Advertisement
Serangan tersebut terjadi di kota Peshawar, terletak di pinggiran wilayah kesukuan Pakistan, yang merupakan tempat perlindungan utama bagi para militan Islam.
Mereka memang telah menargetkan kota ini dengan sejumlah pengeboman dalam beberapa dekade yang lalu.
Tiga orang militan memulai serangan terhadap sebuah masjid di dalam sekolah agama Syiah dengan menembaki seorang polisi yang berjaga di luar, ujar pejabat polisi senior Shafiullah Khan. “Polisi tersebut mengalami luka parah,” jelas Khan.
Setelah itu, para militan memasuki masjid, di mana salah satu dari mereka meledakkan rompi bunuh dirinya. Dua militan lainnya berhasil melarikan diri, dan polisi segera meluncurkan operasi pencarian untuk menangkap mereka, jelas Khan.
Serangan tersebut mengakibatkan 15 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Menurut keterangan Khan.
Zawar Hussain, yang berada di dalam masjid saat serangan terjadi, menceritakan bahwa tembakan tersebut menimbulkan kepanikan di antara sekitar 300 jemaah yang hadir. Sesaat kemudian, terdengarlah suara ledakan dahsyat.
"Setelah ledakan itu, saya terjatuh. Orang-orang berteriak meminta tolong," kata Hussain. "Saya melihat mayat dan jemaah yang terluka parah di mana-mana."
Kondisi yang Menyedihkan
Rekaman video dari televisi lokal memperlihatkan darah berceceran di lantai dan dinding masjid. Pecahan kaca tersebar di lantai, sementara lubang-lubang di dinding dan langit-langit menunjukkan dampak dari ledakan bahan peledak yang dipasang dalam bantalan bola untuk memaksimalkan kerusakan dan korban jiwa.
Di rumah sakit setempat, kerabat menangis sedih saat petugas penyelamat membawa korban yang terluka, banyak di antaranya dengan pakaian berlumuran darah.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman tersebut.
Kaum radikal Sunni, yang menganggap Syiah sebagai aliran sesat, telah meningkatkan serangan terhadap kelompok minoritas ini di Pakistan selama beberapa tahun sebelum kejadian ini.
Advertisement
Organisasi Militan Sunni Ekstremis di Pakistan Mengaku Bertanggung Jawab atas Bom Bunuh Diri Tersebut
Pada hari Sabtu, (15/6/2013), sebuah bom yang diduga menargetkan golongan Syiah menghancurkan sebuah bus yang membawa mahasiswi di kota barat daya Quetta, Pakistan, menewaskan 14 orang.
Militan kemudian kembali menyerang rumah sakit tempat para korban luka dibawa yang menyebabkan lebih banyak korban jiwa.
Kelompok militan Lashkar-e-Jhangvi mengaku bertanggung jawab atas serangan di Quetta dan diduga berada di balik serangan di Peshawar pada hari Jumat.
Kelompok ini sering menyerang komunitas Syiah di Pakistan dalam beberapa tahun sebelum kejadian di Peshwar, terutama di provinsi Baluchistan, di mana Quetta adalah ibu kotanya.
Meskipun mayoritas Sunni dan Syiah hidup berdampingan secara damai di Pakistan, negara ini memiliki sejarah panjang serangan sektarian oleh kelompok radikal dari kedua belah pihak.
Pada tahun 1980-an dan 1990-an, Pakistan menjadi arena perang proksi antara Iran yang mayoritas Syiah dan Arab Saudi yang Sunni, dengan kedua negara menyalurkan dana kepada kelompok-kelompok sektarian yang secara teratur saling menargetkan.
Serangan Bersenjata Terus Menerus Dilakukan
Sebagian besar serangan dalam beberapa tahun sebelumnya dilakukan oleh kaum Sunni radikal terhadap kaum Syiah. Tahun 2012 merupakan salah satu yang paling mematikan bagi kaum Syiah dalam sejarah Pakistan, menurut Human Rights Watch, yang mengatakan bahwa lebih dari 400 muslim Syiah terbunuh.
Tahun 2013 tampaknya menjadi lebih mematikan lagi. Dua serangan yang dilakukan oleh Lashkar-e-Jhangvi di Quetta pada awal tahun menewaskan hampir 200 orang.
Kekerasan sektarian ini menjadi tantangan yang signifikan bagi pemerintah di Pakistan, yang mengambil alih kekuasaan di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Nawaz Sharif saat itu.
Para aktivis hak asasi manusia dan anggota komunitas Syiah mengkritik pemerintah sebelumnya karena tidak melakukan cukup banyak usaha untuk menghentikan serangan-serangan tersebut.
Pemerintah yang baru telah berjanji untuk berusaha lebih keras, namun beberapa kritikus mempertanyakan apakah Sharif akan menindaklanjutinya atau tidak.
Karena partainya hanya melakukan sedikit tindakan untuk menumpas Lashkar-e-Jhangvi dan kelompok-kelompok militan lainnya di provinsi asalnya, Punjab, di Pakistan tengah, meskipun partai tersebut telah menguasai pemerintahan provinsi selama 5 tahun.
Juga pada hari Jumat, (21/6) sebuah serangan bersenjata terjadi di luar sebuah masjid di kota Karachi, di mana empat orang bersenjata yang mengendarai dua sepeda motor menembak mati seorang anggota parlemen provinsi dan putranya. Anggota parlemen tersebut, Sajid Qureshi, berasal dari Gerakan Muttahida Qaumi (MQM), partai politik yang berpengaruh di Karachi.
Karachi dikenal dengan sejarah kekerasan yang kompleks yang melibatkan politik, agama, dan kriminalitas. Kekerasan ini sering kali terkait dengan geng-geng yang dituduh memiliki keterkaitan dengan partai-partai politik utama di kota, termasuk MQM.
Advertisement