Sukses

Putin Tiba di Vietnam: Persahabatan 2 Negara yang Tak Lekang oleh Waktu

Di tengah kunjungan Putin ke Vietnam, Amerika Serikat justru melontarkan kritikan karena menilai telah memberikan kesempatan bagi presiden Rusia tersebut untuk mempromosikan perang agresinya di Ukraina.

Liputan6.com, Hanoi - Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Vietnam, Hanoi dalam agenda lawatannya ke Asia. Perjalanan tersebut dilakukan setelah kunjungannya ke Korea Utara.

Amerika Serikat mengkritik kunjungan tersebut karena menilai telah memberikan kesempatan bagi Presiden Putin untuk mempromosikan perang agresinya di Ukraina.

Sementara itu, Vietnam dianggap masih menghargai hubungan historis yang dimilikinya dengan Rusia meskipun berupaya meningkatkan hubungannya dengan Eropa dan AS, dikutip dari BBC, Kamis (20/6/2024).

Menjulang di atas taman kecil di Ba Dinh, kawasan politik Hanoi, patung Lenin setinggi lima meter menggambarkan revolusioner Rusia itu dalam pose heroik.

Pada hari ulang tahunnya setiap tahun, delegasi pejabat senior Vietnam dengan khidmat meletakkan bunga dan menundukkan kepala di depan patung tersebut, hadiah dari Rusia saat masih menjadi Uni Soviet.

Hubungan Vietnam dengan Rusia sangat erat dan telah terjalin selama beberapa dekade, dengan dukungan militer, ekonomi, dan diplomatik yang vital yang diberikan oleh Uni Soviet kepada negara komunis baru di Vietnam Utara pada tahun 1950-an.

Vietnam menggambarkan hubungan kedua negara penuh dengan kesetiaan dan rasa terima kasih.

Setelah Vietnam menginvasi Kamboja pada tahun 1978 untuk menggulingkan rezim Khmer Merah, negara itu diisolasi dan diberi sanksi oleh Tiongkok dan Barat, serta sangat bergantung pada bantuan Soviet.

Banyak warga Vietnam dengan usia lebih tua, termasuk sekretaris jenderal partai komunis yang berkuasa, Nguyen Phu Trong, belajar di Rusia dan mempelajari bahasanya.

2 dari 3 halaman

Cara Vietnam Jaga Hubungan ke Negara Barat

Saat ini, ekonomi Vietnam telah berubah karena integrasinya ke pasar global. Rusia telah jauh tertinggal dari Tiongkok, Asia, AS, dan Eropa sebagai mitra dagang.

Namun, Vietnam masih menggunakan peralatan militer buatan Rusia, dan bergantung pada kemitraan dengan perusahaan minyak Rusia untuk eksplorasi minyak di Laut China Selatan.

Invasi Ukraina memberi Vietnam tantangan diplomatik, tetapi sejauh ini berhasil diatasi. Vietnam memilih untuk abstain dari berbagai resolusi di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengutuk tindakan Rusia, tetapi tetap menjaga hubungan baik dengan Ukraina dan bahkan mengirimkan sejumlah bantuan ke Kyiv.

Mereka juga berbagi warisan dari era Soviet; ribuan warga Vietnam telah bekerja dan belajar di Ukraina.

Semua ini sejalan dengan prinsip kebijakan luar negeri Vietnam yang telah lama dianut, yaitu berteman dengan semua orang tetapi menghindari semua aliansi formal.

Itulah sebabnya Vietnam dengan mudah meningkatkan hubungannya dengan AS.

 

3 dari 3 halaman

Pandangan Negatif AS Terkait Kunjungan Putin ke Vietnam

Di sisi lain, AS memberi penilaian negatif terhadap kunjungan resmi Presiden Putin ke Vietnam dengan alasan bahwa kunjungan itu merusak upaya internasional untuk mengisolasinya.

Selain hubungan historis khusus dengan Rusia, sentimen publik di Vietnam terhadap perang di Ukraina lebih ambivalen daripada di Eropa.

Ada kekaguman terhadap Putin sebagai orang kuat yang menentang Barat, dan skeptisisme, yang sebagian dipicu oleh komentar media sosial, terhadap klaim AS dan Eropa untuk menegakkan hukum internasional.

Hal ini juga berlaku di negara-negara Asia lainnya, di mana perang Ukraina dipandang sebagai krisis yang jauh.

Di Thailand, misalnya punya opini terbagi seperti di Vietnam. Orang Thailand juga menghargai hubungan yang lebih lama antara monarkinya dan Tsar Rusia pra-revolusioner, dan pemerintah Thailand mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia saat ini, menghargai kontribusi yang diberikan jutaan orang Rusia terhadap industri pariwisatanya.