Liputan6.com, Beirut - Hizbullah memiliki senjata dan kemampuan intelijen baru yang dapat membantunya menargetkan posisi yang lebih penting di wilayah Israel jika terjadi perang habis-habisan. Demikian peringatan pemimpin kelompok militan tersebut pada hari Rabu (19/6/2024).
Pernyataan Hassan Nasrallah muncul ketika konflik lintas batas yang berlangsung selama berbulan-bulan antara Hizbullah dan Israel mencapai titik didih dan sehari setelah utusan Amerika Serikat (AS) bertemu dengan para pejabat Lebanon dalam upaya terbarunya untuk meredakan ketegangan.
Baca Juga
"Kami sekarang memiliki senjata baru. Tapi saya tidak akan menguaknya," kata dia dalam pidato yang disiarkan televisi untuk mengenang seorang komandan penting Hizbullah yang tewas dalam serangan udara Israel di Lebanon selatan pekan lalu, seperti dilansir AP, Kamis (20/6).
Advertisement
"Ketika keputusan sudah diambil, mereka (senjata baru) akan diperlihatkan di garis depan."
Hizbullah telah menggunakan drone peledak buatan lokal untuk pertama kalinya sejak dimulainya perang Israel Vs Hamas di Jalur Gaza pada Oktober 2023, serta rudal permukaan ke udara untuk mengusir jet Israel.
Nasrallah mengatakan pada tahun 2021 bahwa Hizbullah memiliki 100.000 pejuang, namun sekarang dia mengklaim jumlahnya jauh lebih tinggi, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Dia juga mengatakan dia telah menolak tawaran dari negara-negara sekutu dan milisi di wilayah tersebut yang dapat menambah puluhan ribu anggota milisinya.
Sebuah video berdurasi hampir 10 menit yang diduga direkam oleh drone pengintai Hizbullah dan dirilis pada hari Selasa menunjukkan bagian dari Haifa – sebuah kota yang jauh dari perbatasan Israel-Lebanon. Dalam pidatonya pada hari Rabu, Nasrallah mengatakan Hizbullah memiliki lebih banyak rekaman – sebuah ancaman nyata bahwa mereka dapat menjangkau lokasi-lokasi jauh di Israel.
Panglima militer Israel Letjen Herzi Halevi, yang mengunjungi tentara pertahanan udara Israel di dekat perbatasan dengan Lebanon pada hari Rabu, mengatakan Israel menyadari kemampuan Hizbullah yang ditunjukkan dalam video tersebut dan memiliki solusi untuk ancaman ini.
"Kami tentu saja memiliki kemampuan yang jauh lebih besar," ujarnya. "Kami akan menghadapi mereka pada waktu yang tepat."
Siprus Menolak Dilibatkan Perang Israel Vs Hizbullah
Hizbullah, sekutu kelompok militan Hamas, telah melakukan serangan terhadap Israel hampir setiap hari sejak perang di Jalur Gaza meletus pada 7 Oktober, dengan tujuan menarik pasukan Israel menjauh dari Jalur Gaza.
Serangan Hizbullah meningkat setelah Israel memperluas serangannya ke Kota Rafah di Gaza Selatan pada bulan Mei dan meningkat lebih jauh pada bulan Juni setelah serangan Israel menewaskan komandan tinggi Hizbullah Taleb Sami Abdullah, militan paling senior yang tewas sejauh ini dalam perang Israel Vs Hamas.
Juga pada hari Selasa, tentara Israel mengatakan mereka telah menyetujui dan memvalidasi rencana serangan di Lebanon, meskipun keputusan untuk benar-benar melancarkan operasi semacam itu harus datang dari kepemimpinan politik negara itu.
Peringatan dari kedua belah pihak menyusul kunjungan penasihat senior Presiden AS Joe Biden, Amos Hochstein, yang bertemu dengan para pejabat di Lebanon dan Israel dalam upaya terbarunya untuk meredakan ketegangan. Hochstein mengatakan kepada wartawan di Beirut pada hari Selasa bahwa ini adalah "situasi yang sangat serius" dan solusi diplomatik untuk mencegah perang yang lebih besar sangatlah mendesak.
Nasrallah sendiri sudah menekankan bahwa perang yang lebih luas dengan Lebanon akan memiliki implikasi regional dan Hizbullah akan menyerang negara lain di kawasan yang membantu Israel dalam upaya perang tersebut, termasuk Siprus, yang menjadi tuan rumah bagi pasukan Israel untuk melakukan latihan.
Sebagai tanggapan, Presiden Siprus Nikos Christodoulides mengatakan negara kepulauannya sama sekali tidak terlibat dalam operasi militer apa pun di wilayah tersebut.
"Siprus adalah bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah," tutur Christodoulides, seraya menunjuk pada koridor maritim Siprus-Gaza yang digunakan untuk menyalurkan bantuan ke wilayah Palestina.
Israel memandang Hizbullah sebagai ancaman paling langsung. Keduanya terlibat perang selama 34 hari pada tahun 2006, yang berakhir dengan jalan buntu. Kemampuan militer Hizbullah telah berkembang secara signifikan sejak saat itu dan Amerika Serikat serta Israel memperkirakan kelompok tersebut, bersama dengan faksi militan Lebanon lainnya, memiliki sekitar 150.000 rudal dan roket.
Advertisement