Sukses

Perundingan Nuklir Informal Pertama AS dan China dalam 5 Tahun Sorot Janji Tiongkok Hadapi Taiwan Tanpa Nuklir

Dua delegasi AS yang hadir diketahui menyebut para wakil dari Beijing memastikan AS bahwa mereka tidak akan menggunakan ancaman nuklir terhadap Taiwan.

Liputan6.com, Shanghai - Untuk pertama kalinya dalam lima tahun, Amerika Serikat (AS) dan China kembali melakukan perundingan senjata nuklir semi-formal.

Melansir laporan VOA Indonesia Senin (24/6/2024), dua delegasi AS yang hadir diketahui menyebut para wakil dari Beijing memastikan AS bahwa mereka tidak akan menggunakan ancaman nuklir terhadap Taiwan.

"Perwakilan China memberikan jaminan setelah rekan-rekan mereka dari AS mengungkapkan kekhawatiran bahwa China mungkin akan menggunakan, atau mengancam akan menggunakan, senjata nuklir jika menghadapi kekalahan dalam konflik terkait Taiwan. Beijing menganggap pulau yang diperintah secara demokratis itu sebagai wilayahnya, klaim yang ditolak oleh pemerintah di Taipei," kata pakar David Santoro, penyelenggara perundingan Jalur Dua di AS.

"Mereka mengatakan kepada pihak AS bahwa mereka benar-benar yakin mampu memenangkan pertarungan konvensional atas Taiwan tanpa menggunakan senjata nuklir," imbuh pakar David Santoro.

Pembicaraan Jalur Dua biasanya melibatkan mantan pejabat dan akademisi yang punya kemampuan mumpuni untuk memaparkan tentang kebijakan pemerintah mereka, meskipun mereka tidak berperan langsung dalam proses resmi. Negosiasi antar-pemerintah dikenal Jalur Satu.

Pembicaraan Jalur Dua adalah bagian dari dialog senjata nuklir dan postur selama dua dekade yang terhenti setelah pemerintahan Trump menarik dana pada 2019.

Adapun pihak Washington diwakili oleh sekitar belasan delegasi, termasuk mantan pejabat dan cendekiawan pada diskusi dua hari tersebut, yang berlangsung di ruang konferensi hotel Shanghai.

Beijing mengirimkan delegasi pakar dan analis, termasuk beberapa mantan perwira Tentara Pembebasan Rakyat.

Seorang juru bicara dari Departemen Luar Negeri menyatakan kepada Reuters bahwa mereka melihat potensi manfaat dari perundingan Jalur Dua. Meskipun Departemen tersebut tidak ikut serta dalamnya, seperti yang diungkapkan juru bicara tersebut.

Menurut juru bicara tersebut, diskusi semacam itu tidak dapat menggantikan perundingan formal di mana para peserta harus berbicara dengan kewenangan mengenai isu-isu yang sering kali sangat kompleks di lingkungan pemerintahan, terutama terkait dengan China.

Sejauh ini anggota delegasi China dan kementerian pertahanan Beijing tidak menanggapi permintaan komentar.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penggunaan Senjata Nuklir Jadi Strategi Militer

Sementara itu, diskusi tidak resmi terjadi antara negara-negara yang memiliki senjata nuklir saat AS dan China bertentangan dalam hal isu-isu utama ekonomi dan geopolitik, di mana pemimpin di Washington dan Beijing saling menyalahkan melakukan tindakan yang tidak jujur.

Menurut Pentagon, China juga menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir sebagai bagian dari strategi pencegahan jika kekalahan militer konvensional di Taiwan mengancam kekuasaan Partai Komunis China.

Pentagon memperkirakan bahwa persenjataan nuklir Beijing meningkat lebih dari 20 persen antara 2021 dan 2023. 

Pentagon mencatat bahwa persenjataan nuklir Beijing meningkat lebih dari 20 persen antara 2021 dan 2023. Mereka juga menyatakan pada Oktober bahwa China akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir sebagai bagian dari strategi pencegahan jika terjadi ancaman kekalahan militer konvensional di Taiwan yang dapat mengganggu kekuasaan Partai Komunis China.

China terus menggunakan kekuasaannya untuk menguasai Taiwan. Dalam empat tahun terakhir Beijing meningkatkan aktivitas militer di sekitar pulau tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.