Sukses

Serangan Udara Israel Bunuh 24 Warga Palestina di Gaza, Termasuk Kerabat Pemimpin Hamas

Perang Israel vs Hamas di Gaza masih berlanjut, dua serangan udara Israel dilaporkan menghantam dua sekolah di Kota Gaza, menewaskan sedikitnya 14 orang.

Liputan6.com, Gaza - Pasukan Israel menewaskan sedikitnya 24 warga Palestina dalam tiga serangan udara terpisah pada Selasa (25/6/2024) pagi di Kota Gaza, dan korban tewas termasuk saudara perempuan Ismail Haniyeh, ketua kelompok militan Islam Hamas, kata pejabat kesehatan dan dokter Gaza seperti dikutip dari South China Morning Post (SCMP).

Tank-tank Israel juga menekan lebih dalam ke wilayah barat Rafah di selatan wilayah kantong itu semalaman, meledakkan rumah-rumah, kata warga.

Dua serangan udara Israel menghantam dua sekolah di Kota Gaza, menewaskan sedikitnya 14 orang, kata dokter. Serangan lain terhadap sebuah rumah di kamp Shati (Pantai), salah satu dari delapan kamp pengungsi bersejarah di Jalur Gaza, menewaskan 10 orang lainnya.

Rumah di Shati adalah milik keluarga besar pemimpin politik Hamas Haniyeh, yang tinggal di Qatar, dan serangan udara itu juga membunuh salah satu saudara perempuannya serta kerabat lainnya, kata anggota keluarga dan dokter.

Haniyeh, yang memimpin diplomasi Hamas dan merupakan tokoh publik dari kelompok yang menguasai Gaza, telah kehilangan banyak kerabat dalam serangan udara Israel sejak 7 Oktober, termasuk tiga putranya.

Militer Israel mengatakan pasukannya telah menargetkan militan semalam di Kota Gaza yang terlibat dalam perencanaan serangan terhadap Israel. Para militan tersebut termasuk beberapa orang yang terlibat dalam penyanderaan dan beberapa lainnya yang ikut serta dalam serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober.

 

2 dari 4 halaman

Israel Klaim Targetkan Hamas

Angkatan Udara Israel menyerang dua bangunan “yang digunakan oleh teroris Hamas di Shati dan Daraj Tuffah di Jalur Gaza utara. Para teroris beroperasi di dalam kompleks sekolah yang digunakan oleh Hamas sebagai perisai untuk kegiatan terorisnya", kata pernyataan militer tersebut.

Sementara Hamas membantah menggunakan fasilitas sipil seperti sekolah dan rumah sakit untuk tujuan militer.

Kelompok tersebut menggambarkan serangan terhadap dua sekolah dan rumah di kamp Shati sebagai "pembantaian".

"Kami menganggap pemerintahan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab atas perang genosida yang berkelanjutan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dengan terus memberikan perlindungan politik dan militer kepada pemerintah Zionis dan tentara kriminalnya," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Secara terpisah, sayap bersenjata Hamas dan kelompok Jihad Islam sekutunya mengatakan dalam pernyataan bersama, pejuang mereka telah menembakkan bom mortir semalaman terhadap pasukan Israel di lingkungan Yibna di Rafah timur.

Di dekat Khan Younis, dokter mengatakan penembakan tank Israel telah melukai beberapa orang di sebuah kamp tenda di sebelah barat kota.

 

3 dari 4 halaman

Konflik Hizbullah di Lebanon

Sementara itu, lebih dari delapan bulan setelah pertempuran terjadi, mediasi internasional yang didukung oleh Amerika Serikat sejauh ini gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata. Hamas mengatakan perjanjian apa pun harus mengakhiri perang, sementara Israel mengatakan mereka hanya akan menyetujui penghentian sementara pertempuran sampai Hamas dilenyapkan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Minggu (24/6) bahwa fase pertempuran sengit melawan Hamas akan berakhir “segera”, dengan memberikan lebih banyak pasukan untuk ditempatkan di perbatasan utara Israel dengan Lebanon, di mana pertempuran dengan Hizbullah yang didukung Iran telah meningkat.

Penasihat keamanan nasional Israel Tzachi Hanegbi mengatakan pada hari Selasa (25/6) bahwa Israel akan menghabiskan beberapa minggu mendatang untuk mencoba menyelesaikan konflik dengan Hizbullah dan lebih memilih solusi diplomatik di sana. Penembakan telah menyebabkan evakuasi puluhan ribu orang di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon.

 

4 dari 4 halaman

Semua Bermula dari Serangan 7 Oktober 2023

Kampanye darat dan udara Israel di Gaza dipicu ketika militan pimpinan Hamas menyerbu Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.

Serangan Israel sebagai pembalasan telah menewaskan hampir 37.600 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina, dan telah menghancurkan Jalur Gaza yang kecil dan padat penduduknya.

Sejak awal Mei, pertempuran terfokus di Rafah, di tepi selatan Gaza yang berbatasan dengan Mesir, tempat sekitar setengah dari 2,3 juta penduduk di wilayah kantong tersebut berlindung setelah meninggalkan daerah lain.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Selasa (26/6) bahwa rumah sakit dan pusat kesehatan di daerah kantong tersebut mengalami kekurangan obat-obatan dan pasokan medis yang parah akibat serangan Israel yang terus berlanjut, kendali Israel dan penutupan semua penyeberangan serta penargetan sektor kesehatan di Gaza.

Persediaan obat-obatan yang diperlukan untuk keadaan darurat, anestesi, perawatan intensif dan operasi sangat terbatas, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Video Terkini