Sukses

Rahasia Sukses Rwanda Bangkit dari Bayang Genosida hingga Catat Pertumbuhan Ekonomi Pesat

Sejak tragedi mematikan yang terjadi pada tahun 1994, Republik Rwanda berhasil bangkit dan mencatat pertumbuhan ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah pahit dan kelam terkait genosida sekitar 30 tahun lalu selalu menjadi bayang-bayang bagi Republik Rwanda. Hal tersebut juga diakui oleh Duta Besar Rwanda untuk Indonesia Abdul Karim Harerimana.

"Sejarah kita saat ini sangatlah pahit. Negara kami mengalami genosida terhadap etnis Tutsi. Dan yang membuatnya lebih pahit lagi, genosida direncanakan dan dilaksanakan oleh orang Rwanda," kata Dubes Abdul saat berkunjung ke kantor Emtek di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (26/6/2024).

Meski demikian, pembantaian massal yang telah menewaskan lebih dari 800 ribu orang dengan mayoritas warga etnis Tutsi itu tak membuat Rwanda terpuruk secara berlarut-larut. Sejak saat itu, Rwanda membuat kemajuan luar biasa dan mencatat pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Dilansir laman resmi PBB, Data Moneter Internasional (IMF) mencatat Rwanda merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8 persen per tahun selama dekade terakhir.

Bank Dunia mengatakan Rwanda adalah tempat terbaik ketiga untuk memulai bisnis di Afrika, setelah Mauritius dan Afrika Selatan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Rahasia Bangkitnya Rwanda

Dubes Abdul pun mengungkap sejumlah hal yang bisa mendorong Rwanda bangkit dari sejarah gelap. Pertama, pentingnya persatuan.

"Front Patriotik Rwanda (RPF) adalah organisasi politik yang sebenarnya dalam bahasa kami disebut keluarga. Yang disebut kelompok etnis, Hutu, Tutsi, Twa, yang diciptakan oleh penjajah. Dalam pikiran RPF, mereka tidak ada," jelas dia.

"Kita adalah satu umat. Kita bersaudara. Kami adalah orangtua dari anak dan cucu kami. Jadi, kami adalah satu keluarga. Masalah apa pun yang terjadi dapat kami selesaikan secara kekeluargaan."

Ia mengatakan bahwa setelah menghentikan genosida, hal yang pertama dilakukan RPF adalah menyerukan seluruh lapisan masyarakat Rwanda untuk bersatu, berdamai dan berkomitmen hal tersebut tidak akan terjadi lagi.

3 dari 5 halaman

Jadi Negara Mandiri

Kedua, sambungnya, tidak mengandalkan bantuan dari luar.

"Kita belajar selama genosida bahwa Anda harus bergantung pada diri sendiri karena jika Anda ingin menunggu bantuan, bantuan mungkin datang sangat terlambat. Lalu, ketika kamu mempunyai masalah, cobalah untuk memperbaikinya sendiri," ungkap Dubes Abdul.

Ia menekankan bahwa jika seseorang ingin bergerak maju, maka lakukanlah dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri.

"Sekalipun ada suara-suara yang datang dari sana-sini mencoba mematahkan semangatmu, dengarkan mereka, tetapi lakukan apa yang menurutmu baik," katanya.

4 dari 5 halaman

Pentingnya Rekonsiliasi

Ketiga, lanjut dia, pentingnya rekonsiliasi.

Ia pun mengenang pertemuan besar yang dilakukan antara tahun 1998-1999, melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

"Kita belajar tentang apa yang menyebabkan permasalahan di negeri ini, apa solusi untuk permasalahan ini," katanya.

Salah satu hasil dari pertemuan tersebut adalah Vision 2020, sebuah kerangka kerja untuk pembangunan Rwanda, yang menyajikan prioritas-prioritas utama dan menyediakan alat panduan bagi Rwanda untuk masa depan. Hal ini mendukung identitas Rwanda yang jelas, sekaligus menunjukkan ambisi dan imajinasi dalam mengatasi kemiskinan dan perpecahan.

5 dari 5 halaman

Infografis 20 Negara Ekonomi Terbesar Dunia 2023 Versi IMF

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini