Sukses

Pejuang Literasi di NTT, Mama Yane: Anak Saya Christian Sudah Bisa Baca, Besar Nanti Ia Ingin Jadi Polisi

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tengah berjuang meningkatkan literasi, termasuk upaya mendukung anak-anak agar bisa membaca.

Liputan6.com, Kupang - Mama Yane mengaku bangga, anak laki-lakinya Christian yang merupakan siswa dari Sekolah Dasar (SD) Inpres 1 Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) kini sudah bisa membaca dan menulis.

"Dia sudah bisa baca dan tulis. Dia bilang cita-citanya ingin jadi seorang polisi," kata mama Yane usai menjadi perwakilan orang tua siswa yang memberi testimoni terkait program Reading Camp di SD Inpres 1 Kupang, Rabu (26/6/2024) pagi.

Rasa bangga mama Yane ini beralasan. Pasalnya, Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tengah berjuang meningkatkan literasi, termasuk upaya mendukung anak-anak agar bisa membaca.

"Saya sangat senang karena guru-guru di sini mau mendidik dia (Christian). Dari yang belum mengenal huruf hingga kini lancar membaca. Dia di rumah pun demikian. Kadang ada saja rasa malasnya, namanya juga anak kecil," kata mama Yane.

"Tapi itu anak selalu semangat kalau pergi ke sekolah. Satu hari pun dia tidak pernah tidak datang."

Sementara itu, Yeri Selfin Pandy juga mengaku senang bahkan ia sempat merasa terharu melihat anak-anak yang dulunya belum bisa membaca kini sudah bisa.

Yeri Selfin Pandy adalah seorang guru di SD Inpres 1 Kupang, NTT yang sudah mengabdikan dirinya di sekolah tersebut, meski statusnya masih honorer.

Ia pula yang mengajari Christian dan anak-anak lainnya untuk membaca dan berlatih di program Reading Camp.

"Di awal tentu saya merasa sedih. Ketika anak-anak sudah berhasil, saya tidak bisa mengungkapkan rasa senang saya. Ketika mereka sudah membaca lancar," kata Yeri.

Ibu guru Yeri mengaku menemui banyak kesulitan dalam mengajar. Namun, mengingat profesinya sebagai pendidik, maka hal itu ia kesampingkan dan fokus dalam mengajar anak-anak.

"Profesi saya sebagai seorang guru itu adalah mengajar. Ada memang suka duka. Tapi suka duka itu saya gabungkan dengan semangat. Jadi saya bisa mendidik anak dengan baik."

"Bayangkan saat anak-anak belum mengenal huruf, pasti kita harus berusaha sekuat tenaga. Tapi dengan semangat dan bimbingan yang ada saya berhasil membawa mereka ke level 4 yaitu membaca lancar."

2 dari 4 halaman

Apa Itu Program Reading Camp di SD Inpres 1 Kupang?

Reading Camp adalah program dari SD Inpres 1 Kupang yang bertujuan untuk menumbuhkan minat baca anak hingga mereka unggul dalam bidang literasi.

SD Inpres 1 Kupang merupakan mitra dari INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) yang merupakan program kemitraan antara Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian Agama, serta Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Menurut Kepala SD Inpres 1 Kupang Nere Setiawan Lede, program Reading Camp dalam pelaksanaannya sangat penting dan punya sejumlah keunggulan.

"Pertama memiliki assesment yang sederhana. Tanpa perlu pengawasan dari pengembang, guru-guru secara kemampuan mereka bisa menggunakan alat itu," kata Nere.

"Selain itu punya siklus sederhana yang mampu memantau perkembangan anak. Dan sekolah bisa mengimplementasi program ini secara mandiri."

Pada akhir November 2022, Nere berinisiatif melakukan pelaksanaan Reading Camp ini. Dengan membentuk tim assesment dari guru-gur dan mahasiswa dari tim mengajar saat itu supaya mendapatkan data yang akurat.

"Dari 480 siswa dari kelas 1-6, hasilnya 31 persen dari siswa atau 152 orang belum terampil dalam membaca empat level kemampuan. Level satu belum mengenal huruf, level dua belum mengenal kosa kata, level tiga belum mengenal kalimat dan level empat belum membaca lancar dan pemahaman," kata Nere.

3 dari 4 halaman

Hasil dan Perkembangan Reading Camp di SD Inpres 1 Kupang

Kepala SD Inpres 1 Kupang Nere Setiawan Lede lebih lanjut memaparkan hasil assesment di Mei 2023 menunjukkan perkembangan.

"Hasilnya kini tinggal 10 persen siswa atau 49 anak yang belum terampil membaca. Itu menjadi dasar kita untuk melanjutkan Reading Camp di tahun 2024," kata Nere.

"Kira-kira dari Januari-Juni dengan siklusnya, pelaksanaan akan mengedepankan assesment pembelajaran. Setelah mendapatkan datanya, nama siswa maka sekolah akan melakukan komunikasi dengan orang tua."

"Komunikasi ini penting karena kami akan mengembalikan anak ke orang tua pada sore hari."

Ada pula tahap assesment informatif, apakah ada pergerakan dan perubahan kemampuan, kata Nere.

"Kemudian, ada pendampingan lain lagi lanjut dengan assesment berikutnya."

"Reading Camp ini kami anggap mampu menghadapi masalah siswa yang belum bisa membaca."

 

4 dari 4 halaman

INOVASI di Nusa Tenggara Timur

Sementara itu, INOVASI telah bermitra dengan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur dan sejumlah pemerintah kabupaten sejak tahun 2017.

Selama Fase 1 dan 2, INOVASI bekerja dengan pemerintah kabupaten di Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur (dan kemudian diperluas ke Nagekeo, Timor Tengah Selatan, dan Kupang) untuk mengimplementasikan inisiatif peningkatan kualitas guru secara kontekstual dalam literasi kelas awal, membaca bukudan literasi, transisi bahasa ibu ke bahasa asing, numerasi, disabilitas dan inklusi, pendidikan karakter, dan gender.

Secara paralel, INOVASI juga memberikan dukungan perencanaan dan kebijakan, seperti dalam integrasi Desain Besar dan Peta Jalan Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT ke dalam RPJMD dan Renstra Dinas Pendidikan di Sumba Barat, Sumba Timur, dan Nagekeo.

Contoh nyata program INOVASI di Nusa Tenggara Timur adalah strategi untuk mempercepat pembelajaran literasi yangberbeda di Nusa Tenggara Timur melalui pendirian 'Kamp Baca'.

Di Reading Camp ini, INOVASI mendorong penggunaan buku-buku anak untuk menumbuhkan budaya membaca di Taman Bacaan Masyarakat.

Di Nusa Tenggara Timur, INOVASI bermitra dengan Yayasan Taman Bacaan Pelangi, sebuah organisasi yang bekerja untuk menyediakan perpustakaan bagi anak-anak di Indonesia Timur. Sebanyak 24 perpustakaan anak telah dibuat oleh INOVASI bekerja sama dengan yayasan tersebut.

Contoh lainnya adalah Program Pendidikan Multibahasa Berbasis Bahasa Ibu (PMBBI) di Kabupaten Sumba Timur dan Nagekeo.