Sukses

Joe Biden dan Donald Trump Mulai Debat Capres AS 2024 Pertama Tanpa Jabat Tangan, Perang Israel Vs Hamas di Gaza Salah Satu Fokusnya

Adapun kedua kandidat terakhir kali bertemu dalam debat capres AS pada tahun 2020, di mana mereka juga tidak berjabat tangan karena protokol COVID-19.

Liputan6.com, Georgia - Presiden AS Joe Biden dan mantan Presiden AS Donald Trump berhadapan dalam debat Capres AS 2024 yang pertama pada Kamis (27/6/2024) pukul 21.00 waktu Atlanta atau Jumat (28/6/2024) pukul 08.00 WIB.

Dalam pertarungan pertama mereka pada siklus Pemilu AS 2024, baik Joe Biden dan Donald Trump terlihat dalam siaran langsung CNN tidak berjabat tangan saat memasuki tahap debat.

Adapun kedua kandidat terakhir kali bertemu dalam debat pada tahun 2020, di mana mereka juga tidak berjabat tangan karena protokol COVID-19.

Sebelum debat, dua staf lama Biden mengatakan mereka memperkirakan Biden "mungkin tidak" akan mengulurkan tangan, dan salah satu dari mereka berkata: "Dia tidak perlu melakukannya pada tahun 2020, mengapa harus mengubahnya sekarang?"

Salah satu yang jadi fokus dalam debat capres AS kali ini adalah Perang Israel vs Hamas di Gaza.

Perang tersebut telah memicu kemarahan di seluruh jalan-jalan Israel, dengan puluhan ribu orang bergabung dalam protes mengenai kesepakatan penyanderaan, dan isu-isu lainnya.

Saat ditanya perihal apa yang telah dilakukan Biden terkait upaya meredam perang Israel vs Hamas di Gaza, ia menjawab pemerintahan Biden secara konsisten menawarkan dukungan penuhnya kepada Israel dan haknya untuk membela diri. Sejumlah pejabat dan pemimpin AS, termasuk Presiden Joe Biden, telah melakukan perjalanan ke Israel untuk menunjukkan solidaritas, mendiskusikan kebutuhan pertahanan dan keamanan, dan mendorong kesepakatan mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Pada bulan Mei, Joe Biden juga menyebut mengajukan proposal tiga fase Israel yang akan memadukan pembebasan sandera dengan "gencatan senjata penuh dan menyeluruh," sebuah rencana yang menurutnya memberikan harapan terbaik untuk membawa perdamaian di Gaza. Namun Netanyahu mengatakan bahwa kondisi untuk mengakhiri perang di Gaza "belum berubah," sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai proposal perdamaian yang diajukan oleh Biden.

Sementara sikap Donald Trump belum merinci bagaimana pendekatannya terhadap perang jika terpilih kembali dan bagaimana kebijakannya akan berbeda dari kebijakan Biden. Dia hanya memberikan komentar yang tidak jelas sambil mengkritik Biden dan berargumentasi bahwa serangan 7 Oktober tidak akan terjadi jika dia menjadi presiden.

Donald Trump juga melontarkan beberapa komentar publik yang kritis terhadap Netanyahu. Dia mengkritik perdana menteri dan badan intelijen Israel karena tidak siap menghadapi serangan itu.

Dalam sebuah wawancara pada bulan April, ia mengatakan bahwa Israel perlu “menyelesaikan apa yang mereka mulai” dan “menyelesaikannya dengan cepat,” sambil terus berargumentasi bahwa Israel “kalah dalam perang humas” karena visual yang keluar dari Gaza.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Joe Biden: Satu-Satunya yang Ingin perang Berlanjut Adalah Hamas

Ketika ditanya apa yang akan dia lakukan agar Israel dan Hamas mengakhiri perang di Gaza, Biden menggembar-gemborkan rencana yang mencakup pertukaran sandera dengan imbalan tahanan Palestina dan kelanjutan “gencatan senjata dengan persyaratan tambahan.”

"Satu-satunya yang ingin perang terus berlanjut adalah Hamas,"" kata Biden. "Kami masih berusaha keras agar mereka menerima."

Adapun pada bulan Mei, Biden menyusun proposal tiga tahap, yang menurutnya telah diajukan Israel, untuk meredakan perang di Gaza, dan menyatakan, “Sudah waktunya perang ini berakhir.”

Ini mungkin langkah terjauh yang dilakukan Biden dalam memberi tahu Israel bahwa tujuan operasinya di Gaza telah tercapai, dan bahwa waktunya telah tiba untuk menghentikan pertempuran sebagai bagian dari kesepakatan penyanderaan – tetapi desakan presiden tersebut masih belum membuahkan hasil. gencatan senjata, hampir sebulan kemudian.

3 dari 3 halaman

Perang Israel Vs Hamas di Gaza Pecah Sejak 7 Oktober 2023

Perang antara Israel dan Hamas telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023, ketika kelompok militan Islam tersebut menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya. Sebagai tanggapan, Israel melancarkan perangnya di Gaza untuk memulihkan para sandera, menghancurkan kemampuan Hamas untuk memerintah di sana dan memastikan serangan lain tidak dapat dilancarkan dari wilayah Palestina.

Israel telah membunuh lebih dari 37.000 warga Palestina di Jalur Gaza sejak itu, menurut otoritas kesehatan di Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa organisasi kemanusiaan lainnya telah menyuarakan kekhawatiran mengenai meluasnya kekurangan gizi, kelaparan dan risiko kelaparan, kurangnya bantuan dan pasokan medis, runtuhnya sistem perawatan kesehatan dan pengungsian massal jutaan warga sipil.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim telah membunuh lebih dari 14.000 pejuang Hamas. CNN tidak dapat memverifikasi angka tersebut secara independen. Namun, Hamas belum hancur, dan tidak semua sandera berhasil diselamatkan. Netanyahu mengatakan pada akhir pekan bahwa “fase intens perang dengan Hamas (di Gaza) akan segera berakhir,” dan bahwa fokus militer kemudian dapat beralih ke perbatasan utara Israel dengan Lebanon, tempat pertempuran dengan kelompok Hizbullah yang didukung Iran telah terjadi. intensif dalam beberapa minggu terakhir. Namun Netanyahu bersumpah bahwa Israel akan terus beroperasi di Gaza sampai kelompok militan Hamas dilenyapkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini