Sukses

Siswa SMAN 3 Kupang Timur Jadi Agen Pengendali Perubahan Iklim Lewat Game GENERAKSI

GENERAKSI merupakan permainan yang mampu mengembangkan kemampuan dan pengetahuan, terutama remaja untuk berpikir kritis terhadap cara kreatif dalam mengatasi masalah perubahan iklim.

Liputan6.com, Kupang - Chesya Lobo, siswi kelas XI SMAN 3 Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur beserta teman-teman sebayanya berteriak girang tak kala menebak makna gerak tubuh satu sama lain saat bermain game GENERAKSI.

GENERAKSI merupakan permainan yang mampu mengembangkan kemampuan dan pengetahuan, terutama remaja untuk berpikir kritis terhadap cara kreatif dalam mengatasi masalah perubahan iklim.

Game ini dimainkan oleh beberapa anak yang nantinya akan memerankan sejumlah tokoh seperti masyarakat, peneliti, pekerja hingga menjadi sosok mafia.

Cara mainnya, sekelompok warga harus tiba di garis finish terlebih dahulu. Dengan cara membuat jalan keluar. Namun tantangannya, di dalam game tersebut, warga juga harus berusaha menahan laju suhu Bumi agar tidak naik.

Jika suhu Bumi naik lebih dari ambang batas, maka game dinyatakan berakhir. Berakhirnya game juga ditentukan oleh sosok mafia. Apabila mafia berhasil keluar terlebih dahulu dari pada warga, maka game selesai dan para agen pengendali perubahan iklim juga kalah.

Ini adalah game yang melibatkan sekelompok orang melawan satu orang yaitu mafia.

Game ini menarik, lantaran melibatkan gestur tubuh dalam menebak langkah-langkah aktif mengatasi perubahan iklim dan diisi dengan strategi khusus dalam pembentukan jalan bagi peserta untuk melaju ke tangga selanjutnya.

"Seru sekali memainkan game GENERAKSI karena ada tantangan biar cepat sampai. Ditambah lagi, dalam game bukan sendiri, tapi sama-sama. Jadi pertama kita buka jalan, ada rasa ingin cepat sampai dan tertantang sekali," kata remaja yang akrab disapa Chesya, pada Kamis (27/6/2024) di SMAN 3 Kupang Timur.

"Biasanya, pulang sekolah saya main dengan teman-teman."

Chesya mengaku bahwa dengan permainan ini dirinya bisa belajar. Hal-hal yang sebelumnya tak ia ketahui dalam upaya mempersiapkan diri dalam mengatasi bencana jika benar-benar terjadi.

"Ada hal-hal misalnya yang tidak saya ketahui terdahulu, tentang apa yang harus dihadapi dalam menghadapi bencana, contohnya banjir pasti ada tanda-tanda. Jadi lewat permainan ini saya belajar lagi apa penyebabnya."

"Jadi kita bisa lebih giat lagi untuk menjaga kebersihan lingkungan. Soalnya, kebersihan lingkungan inikan jadi salah satu faktor utama untuk menjaga wilayah agar tak kena banjir."

Chesya juga mengaku pernah mempraktekan pesan-pesan dalam game GENERAKSI di kehidupan pribadinya, seperti upaya menghemat energi.

"Mungkin yang paling sederhana yang didapatkan dengan cara mematikan lampu, alat-alat yang digunakan agar tidak boros energi."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tahapan dan Proses Pembuatan Game GENERAKSI

Game GENERAKSI ini tercipta lewat kolaborasi antara institusi dari dua negara yaitu Indonesia dan Australia.

Mulai dari PREDIKT Tangguh Indonesia, Charles Darwin University, Universitas Nusa Cendana, Universitas Multimedia Nusantara, ChildFund Indonesia, dan Masyarakat Penanggulangan Indonesia (MPBI), Harkaway Primary School, bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud), didukung oleh KONEKSI.

Menurut Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Multimedia Nusantara Fonita Theresia Yoliando yang terlibat dalam projek ini menyebut proses pembuatan game ini dilakukan dengan melewati sejumlah tahapan.

"Dalam prosesnya, di awal sekali kami melakukan riset melalui based line study. Kita ke NTT dan keempat kabupaten serta melakukan workshop bersama stakeholder. Kita harus mengetahui dulu nih dari pemangku kebijakan kondisi yang terjadi seperti apa," kata Fonita.

"Kemudian, kita datangi sekolah-sekolahnya melalui visual diaries, ini adalah metode dimana kita bisa mendapatkan gambaran dari anak-anak secara langsung melalui visual."

"Kita mencari tahu lingkungan mereka, sifat mereka, kemudian preferensi mereka seperti apa saat bermain. Dari sana, kita ramu jadi tiga draf permainan."

Dari tiga tersebut, Fonita menyebut game tersebut dibawa lagi ke NTT untuk menjalankan metode co-creation. Artinya, lewat cara ini anak-anak secara tidak langsung juga terlibat dalam pembuatan game tersebut.

"Dari sana kita tahu, oh game yang seperti ini ternyata tidak cocok. Game yang tidak terlalu ribet mereka tidak suka. Tapi game yang bersifat kompetitif dan simulatif mereka suka," kata Fonita.

"Setelah itu kita ramu kembali dan jadilah fase kedua dengan melakukan rapid testing (pengujian cepat dan berulang)." 

3 dari 4 halaman

Kehadiran KONEKSI di Kupang, Nusa Tenggara Timur

Sementara itu Head of Planning, Performance and Learning KONEKSI Secretariat Stewart Norup menyampaikan tujuan utama pihaknya dalam pengembangan game GENERAKSI yang berkaitan dengan pendidikan perubahan iklim.

"Tujuannya meningkatkan kesadaran dan memberdayakan generasi muda untuk ke depannya. Karena ke depannya mereka yang akan merasakan dan mengalami perubahan iklim," kata Stewart Norup.

Stewart juga mengungkap alasan mengapa proyek KONEKSI ini dilakukan di Kupang, NTT dan bukan anak-anak yang tinggal diperkotaan.

Menurutnya, anak-anak di wilayah pedesaan lebih rentan terhadap tantangan masalah perubahan iklim.

"Mereka ini tidak bisa disamakan sebetulnya. Tapi mereka yang di daerah pedesaan lebih rentan mengadaptasi tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh perubahan iklim ini," kata Stewart.

4 dari 4 halaman

Seputar Tentang KONEKSI

KONEKSI adalah program unggulan Pemerintan Australia di bidang pengetahuan dan inovasi di Indonesia. KONEKSI bertujuan untuk mencapai hubungan yang langgeng antara Indonesia dan Australia yang mengedepankan kepentingan bersama dan mendukung pembangunan Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan.

KONEKSI mendukung kemitran antara organisasi pengetahuan Australia dan Indonesia untuk melaksanakan dan menyebarluaskan penelitian berkualitas tinggi, multidisiplin, dan terapan mengenai masalah sosial-ekonomi yang kompleks yang mencerminkan prioritas dan kepentingan bersama kedua negara.

Pada Maret 2023, KONEKSI meluncurkan panggilan untuk proposal hibah penelitian kolaboratif antara organisasi Australia dan Indonesia. Pemerintah Australia dan Indonesia bersama-sama menyepakati tema prioritas Lingkungan dan Perubahan Iklim (ECC) dan berfokus pada penelitian terkait kebijakan dan inovasi terkait mitigasi perubahan iklim, adaptasi perubahan iklim, dan ketahanan perubahan iklim.

Proses seleksi hibah penelitian kolaboratif ECC berjalan sangat kompetitif. Dari 610 aplikasi yang diterima, KONEKSI memilih 105 untuk melanjutkan ke tahap dua dan mengajukan aplikasi hibah penuh.

Pada tahap akhir, 38 proyek dipilin sebagai penerima hibah penelitian kolaboratif berdasarkan penilaian independen oleh peninjau ahli.

KONEKSI juga menampilkan 38 kemitraan pengetahuan sebagai penerima perdana Hibah Penelitian Kolaboratif Lingkungan dan Perubahan Iklim, mengakui keahlian mereka, kemitraan yang adil dan dampakya terhadap mitigasi, adaptasi, dan ketahanan perubahan iklim.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.