Sukses

Utang Negara-negara di Afrika Makin Parah Akibat Bunga Pinjaman dari China

Pengamat menyebut mekanisme yang digunakan untuk memberikan pinjaman Tiongkok ke negara-negara Afrika punya potensi risiko yang tinggi.

Liputan6.com, Beijing - Negara-negara di Afrika dikhawatirkan terjebak di dalam utang dari China. Utang tersebut dinilai oleh Elisha Blessing dari Ladoke Akintola University of Technology sebagai sebuah perangkap yang sudah dimulai sejak dua dekade terakhir.

Dalam kajian terbarunya, muncul kekhawatiran mengenai keberlanjutan dan implikasi jangka panjang dari pinjaman Tiongkok, yang mengarah pada munculnya konsep yang dikenal sebagai "diplomasi perangkap utang."

Di kajian tersebut juga memaparkan terkait gambaran umum tentang meningkatnya kehadiran China di Afrika, yang didorong oleh Prakarsa Belt and Road serta pengejaran kepentingan strategis, termasuk akses ke sumber daya alam dan pasar baru.

Elisha Blessing juga mengeksplorasi mekanisme yang digunakan untuk memberikan pinjaman Tiongkok ke negara-negara Afrika, dengan menekankan perluasan utang yang cepat dan potensi risiko yang terkait dengannya.

Sementara itu, dikutip dari laman dailymirror, Selasa (2/7/2024) utang tersembunyi yang terselubung di bawah kontrak infrastruktur dan estimasi pendapatan palsu yang dipromosikan oleh kontraktor China dan sangat merugikan negara tuan rumah.

Banyak negara Afrika telah mengakumulasi utang yang signifikan dari pinjaman Tiongkok untuk proyek infrastruktur dengan suku bunga tinggi dan persyaratan yang ketat, yang menyebabkan kesulitan utang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

China Jadi Kreditor Bilateral Bagi Negara di Afrika

Selama bertahun-tahun, Beijing telah menjadi kreditor bilateral terbesar bagi negara-negara Afrika, menyediakan pinjaman keuangan untuk proyek pembangunan kepada lebih dari tiga puluh mitra Afrika, termasuk Angola, Ethiopia, Kenya, Djibouti, Kamerun, Zambia, dan Republik Kongo, di antara banyak lainnya.

Dengan dalih proyek pembangunan yang diberikan sebagai sekutu, China dinilai menutupi bantuan ekonominya kepada negara-negara yang secara finansial tidak stabil. Negara-negara seperti Zambia, Kongo, Ethiopia, dan Kenya telah terdorong ke dalam krisis ekonomi karena pinjaman berbunga tinggi yang diberikan oleh bank-bank pembangunan Tiongkok.

Sementara itu, bagi Pakistan, sekutu terdekat Tiongkok di kawasan tersebut dan tempat investasi terbesarnya dalam bentuk Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan (CPEC), dampaknya sangat parah.

 

3 dari 3 halaman

Utang Luar Negeri Pakistan

Menurut sebuah studi terkemuka yang dilakukan oleh Aid Data, Tiongkok telah membiayai proyek-proyek infrastruktur ini melalui pinjaman dari bank-bank pembangunan Tiongkok, yang meningkatkan total utang luar negeri Pakistan.

Hal ini juga menyebabkan defisit perdagangan Pakistan melebar secara signifikan sejak dimulainya CPEC.

Dengan suku bunga tinggi dan persyaratan yang tidak jelas, kemampuan Pakistan untuk membayar utangnya dan risiko ketergantungan utang pada Tiongkok telah menyebabkan berbagai proyek gagal memenuhi tenggat waktu penyelesaian.

Dalam contoh klasik ketidakandalan Tiongkok sebagai mitra, negara ekonomi besar itu menolak membantu Islamabad dalam permintaannya untuk merundingkan ulang perjanjian pembelian listrik, yang semakin memperburuk ekonomi negara yang sudah terpuruk itu.

Hal ini tidak hanya merugikan dalam hal ekonomi yang merosot tetapi juga mengakibatkan keretakan di antara kedua sekutu. Dengan skenario saat ini yang membayangi semua investasi Tiongkok di Pakistan, tampaknya hanya masuk akal untuk menganggap CPEC sebagai kegagalan yang membawa bencana.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.