Sukses

Israel Disebut Buang Limbah Cemari Aliran Air Al-Auja Spring, Kesehatan Warga Palestina di Desa Al-Auja Kian Terancam

Para penjajah membuang limbah ke aliran Mata Air Al-Auja, dengan tujuan untuk mencemarinya dan membuat warga Palestina tidak dapat mengambil manfaat darinya, kata pengawas umum organisasi Al-Baidar.

Liputan6.com, Jericho - Israel dikabarkan membuang sampah ke Al-Auja Spring atau aliran Mata Air Al-Auja, di utara Kota Jericho, untuk menghilangkan air minum bagi warga.

"Para penjajah membuang limbah ke aliran Al-Auja Spring, dengan tujuan untuk mencemarinya dan membuat warga Palestina tidak dapat mengambil manfaat darinya dan berjalan-jalan di sekitarnya," kata pengawas umum organisasi Al-Baidar untuk membela hak-hak orang Bedouin, Hassan Mlihat, kepada WAFA seperti dikutip Rabu (3/7/2024).

Mlihat menambahkan bahwa polisi pendudukan hari ini mengeluarkan tiket pelanggaran kepada pengemudi traktor pertanian dari masyarakat Bedouin di sekitar, yang datang untuk mengambil air dengan mengisi tangki mereka untuk keperluan minum dan menyiram ternak mereka.

Dia menunjukkan bahwa membuang sampah dan membuangnya ke mata air merupakan ancaman terhadap kesehatan masyarakat dalam jangka pendek dan panjang, serta bahaya lingkungan yang akan terjadi.

Mlihat menegaskan, tindakan tersebut melanggar hukum Organisasi Kesehatan Dunia dan hukum humaniter internasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, menurut pemberitaan Middle East Monitor, penduduk Desa Al-Auja menderita akibat kampanye penghancuran dan penganiayaan Israel serta serangan dan pelanggaran berulang kali yang dilakukan oleh pemukim dan tentara pendudukan.

Penduduknya tidak diberi akses terhadap layanan dasar oleh otoritas pendudukan karena lokasinya di "Area C" Tepi Barat yang diduduki, yang merupakan tanah Palestina di bawah kendali administratif dan militer Israel.

Sejak Naksa tahun 1967, Israel telah menduduki Tepi Barat Sungai Yordan, yang dicari oleh Palestina sebagai inti negara merdeka. Mereka telah membangun pemukiman ilegal khusus Yahudi di sana.

Israel telah meningkatkan serangan di Tepi Barat sejak perang Gaza dimulai pada bulan Oktober 2023. Catatan PBB menunjukkan setidaknya 553 orang di wilayah Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober, seperempat dari mereka adalah anak-anak.

Berdasarkan hukum internasional, Tepi Barat dan Yerusalem Timur merupakan wilayah pendudukan. Oleh karena itu, semua pembangunan pemukiman adalah ilegal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Nyawa Anak-Anak di Gaza Palestina Terancam karena Air Bersih Langka: Hampir Tidak Ada Setetes pun

Terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi di tengah pemboman tanpa henti yang dilakukan Israel menimbulkan risiko besar bagi anak-anak di Gaza, demikian peringatan badan PBB UNICEF. Sejumlah besar pengungsi yang digiring ke  Gaza selatan akibat perang Israel-Hamas hanya mendapatkan 1,5 hingga 2 liter air per hari.

Melansir Al Jazeera, Kamis (21/12/2023), angka itu jauh di bawah kebutuhan yang direkomendasikan untuk bertahan hidup, kata badan PBB tersebut pada Rabu, 20 Desember 2023. Krisis ini menempatkan sejumlah besar anak-anak yang rentan pada risiko penyakit, tambahnya.

 Didorong serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah kantong tersebut, ratusan ribu orang, sekitar setengah dari mereka diperkirakan adalah anak-anak, telah diungsikan ke kota Rafah sejak awal Desember 2023. Mereka sangat membutuhkan makanan, air, tempat tinggal, dan obat-obatan, kata UNICEF.

Ketika permintaan terus meningkat, sistem air dan sanitasi di kota berada dalam kondisi yang sangat kritis. UNICEF mengatakan, tiga liter dibutuhkan setiap hari untuk bertahan hidup. Jumlahnya bertambah jadi 15 liter jika kebutuhan air mencuci dan memasak juga dihitung.

"Akses terhadap air bersih dalam jumlah yang cukup adalah masalah hidup dan mati, dan anak-anak di Gaza hampir tidak mempunyai setetes air pun untuk diminum," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell. "Anak-anak dan keluarga mereka harus menggunakan air dari sumber yang tidak aman dan memiliki kandungan garam atau polusi yang tinggi."

"Tanpa air bersih, akan lebih banyak lagi anak-anak yang meninggal karena kekurangan dan penyakit dalam beberapa hari mendatang," sebut dia.   

 

3 dari 4 halaman

Faktor Risiko Dramatis bagi Anak-Anak

Penggunaan air yang tidak aman dan kurangnya kebersihan merupakan faktor risiko yang "dramatis" bagi anak-anak, yang lebih rentan terhadap penyakit yang ditularkan melalui air, dehidrasi, dan malnutrisi, menurut UNICEF.

Pengiriman bantuan kemanusiaan tidak memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Gaza untuk bertahan hidup. Kondisinya semakin diperburuk dengan fakta bahwa sebagian besar fasilitas sanitasi telah hancur atau tidak dapat menampung sejumlah besar pengungsi Palestina yang berkumpul di lokasi-lokasi tertentu.

"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Gaza, namun peralatan dan pasokan yang kami sediakan masih jauh dari cukup," kata Russell. "Pemboman yang terus-menerus, serta pembatasan bahan baku dan bahan bakar yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut menghambat kemajuan penting."

"Kami sangat membutuhkan pasokan ini untuk memperbaiki sistem air yang rusak," ia mendesak. Para dokter dan staf medis telah memperingatkan penyebaran penyakit dan epidemi, sejak dimulainya kampanye pemboman "tanpa pandang bulu" Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. 

4 dari 4 halaman

Jalur Gaza Krisis Air Bersih, Presiden WWC: Tak Seorang Pun Boleh Kekurangan Air Selama Perang

Presiden World Water Council (WWC) Loic Fauchon menegaskan bahwa tidak ada seorang pun di dunia, termasuk para pengungsi di wilayah konflik, yang boleh mengalami kesulitan akses terhadap air bersih.

"Tidak seorang pun boleh merasakan kekurangan air selama perang, baik perang saudara maupun perang internasional. Tidak satu pun," ungkap Loic dalam pernyataan pers bersama media di sela-sela World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Bali, Selasa (21/5/2024).

"Konvensi Jenewa tidak dihormati di banyak konflik. Kalau Anda bicara soal apa yang terjadi di Jalur Gaza, ini juga terjadi di Ukraina."

Sementara WWC tidak memiliki kewenangan, Loic mendesak badan yang bertanggung jawab seperti PBB, organisasi dunia lainnya dan negara-negara untuk segera mendorong upaya konkret dalam menyelesaikan krisis air di Jalur Gaza.

"Pihak-pihak terkait harus segera mengambil inisiatif yang jelas, tidak hanya melalui pidato, tapi benar-benar merealisasikannya," tutur Loic.

Loic sendiri mengaku pernah mengunjungi Jalur Gaza pada tahun 1997 untuk mempelajari pasokan air di wilayah tersebut.

"Itu sudah lama sekali bersama dengan Presiden Yasser Arafat dan saya berjanji untuk melanjutkan diskusi antara menteri Israel dan Palestina," ujarnya.

Selengkapnya klik di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini