Sukses

Letnan Jenderal Jennie Carignan Jadi Wanita Pertama Pimpin Militer Kanada, Ibu 4 Anak

Letnan Jenderal Jennie Carignan mengambil alih kepemimpinan militer pada momen penting yang ditandai dengan geopolitik yang rumit dan meningkatnya ancaman.

Liputan6.com, Montreal - Perdana Menteri Kanada pada Rabu (3/7/2024) mengumumkan penunjukan Letnan Jenderal Jennie Carignan sebagai wanita pertama yang memimpin militer negara anggota G7 dan NATO.

Seorang prajurit yang sangat dihormati dan ibu dari empat anak, dua di antaranya bertugas di Angkatan Bersenjata Kanada, Carignan akan dipromosikan menjadi jenderal dan mengambil alih jabatan Jenderal Wayne Eyre yang sudah pensiun sebagai kepala Staf Pertahanan pada sebuah upacara pada 18 Juli.

"Saya yakin, sebagai Kepala Staf Pertahanan Kanada yang baru, dia akan membantu Kanada menjadi lebih kuat, lebih aman, dan siap mengatasi tantangan keamanan global," kata Perdana Menteri Justin Trudeau seperti dikutip dari AFP, Kamis (4/7).

Pada konferensi pers di Montreal, ia menambahkan bahwa Carignan mengambil alih kepemimpinan militer pada momen penting yang ditandai dengan "geopolitik yang rumit dan meningkatnya ancaman."

Angkatan Bersenjata Kanada juga bergulat dengan budaya beracun yang digambarkan dalam laporan eksternal tahun 2022 sebagai "permusuhan terhadap perempuan... (dan) kondusif terhadap insiden pelecehan dan penyerangan seksual yang lebih serius."

Carignan ditugaskan selama tiga tahun terakhir untuk mereformasi budaya ini menjadi lebih hormat dan inklusif, menyusul ratusan tuduhan pelanggaran seksual, termasuk beberapa tuduhan terhadap petinggi.

Perempuan merupakan 16 persen dari militer Kanada, menurut data pemerintah.

 

2 dari 4 halaman

Rekam Jejak Jenderal Jennie Carignan di Militer Kanada

Letnan Jenderal Jennie Carignan dibesarkan di kota pertambangan Asbestos, Quebec, sebagai putri seorang polisi dan guru. Dia bergabung dengan militer pada tahun 1986, tiga tahun sebelum Kanada mengizinkan perempuan dalam peran tempur.

Berlatih sebagai insinyur tempur -- peran di mana tentara membersihkan bom dan mendirikan serta menghancurkan struktur medan perang -- ia naik pangkat dengan cepat, menghancurkan prasangka tentang pejuang wanita.

Carignan kemudian menjadi wanita pertama yang memimpin unit tempur Kanada, yang ditugaskan ke Afghanistan di mana dia nyaris menghindari pembom bunuh diri serta alat peledak rakitan yang menghancurkan kendaraan dalam konvoinya.

Carignan juga pernah bertugas di Bosnia-Herzegovina dan Suriah, memimpin misi pelatihan NATO di Irak dari 2019 hingga 2020, dan memimpin Divisi Kanada ke-2 – resimen militer terbesar dengan lebih dari 10.000 tentara.

3 dari 4 halaman

Kamala Harris Jadi Perempuan Pertama yang Berkuasa sebagai Presiden AS, Meski Singkat

Posisi pertama bagi wanita dalam jabatan pernah dialami Wakil Presiden AS Kamala Harris saat jadi perempuan pertama yang --meski singkat-- mendapatkan kekuasaan sebagai presiden Amerika Serikat, untuk sementara menggantikan Presiden Joe Biden yang menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.

Harris. 57, memegang kendali selama 85 menit, sementara Biden ditempatkan di bawah anestesi untuk kolonoskopi rutin pada hari Jumat.

Dokter Biden merilis pernyataan setelah operasi, mengatakan dia sehat dan mampu melaksanakan tugasnya.

Pemeriksaan medis dilakukan menjelang ulang tahun presiden yang ke-79.

Harris menjalankan tugasnya, termasuk sebagai Plt Presiden AS selama 85 menit, dari kantornya di Sayap Barat  Gedung Putih, kata para pejabat seperti dikutip dari BBC, Sabtu (20/11/2021).

Dia adalah wanita pertama - dan orang kulit hitam dan Asia Selatan Amerika pertama - yang terpilih sebagai wakil presiden AS.

Sekretaris Pers  Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pengalihan kekuasaan sementara dalam keadaan seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya, dan bahwa itu adalah bagian dari proses yang ditetapkan dalam konstitusi AS.

"Seperti yang terjadi ketika Presiden George W Bush memiliki prosedur yang sama pada tahun 2002 dan 2007," katanya dalam sebuah pernyataan.

 

4 dari 4 halaman

Slovakia Punya Presiden Perempuan Pertama

Sementara itu, Slovakia punya kepala negara perempuan pertama dalam sejarah negara itu. Zuzana Caputova terpilih sebagai presiden setelah berhasil memenangkan Pilpres 2019.

Caputova, yang hampir tidak memiliki pengalaman politik, mengalahkan diplomat terkenal Maros Sefcovic dari partai yang memerintah lewat pemilihan putaran kedua, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (31/3/2019).

Dengan hampir semua suara dihitung, Caputova telah memenangkan sekitar 58 persen, sementara Maros Sefcovic mendulang 42 persen pada putaran kedua.

Untuk diketahui, dalam pemungutan suara putaran pertama, Caputova memenangkan 40 persen suara, dengan Sefcovic meraih kurang dari 19 persen.

Sang presiden, membingkai pemilihan itu sebagai perjuangan antara "yang baik dan yang jahat."

Caputova juga mereferensi kasus pembunuhan jurnalis investigasi tahun lalu sebagai alasannya maju sebagai kandidat capres.

Jan Kuciak diduga tewas ketika tengah meliput dugaan hubungan antara politisi dan kejahatan terorganisir di Slovakia ketika dia ditembak bersama tunangannya, Martina Kusnirova, pada Februari 2018 --atau beberapa bulan jelang pemungutan suara berlangsung.

Pembunuhan tersebut memicu gelombang protes jalanan terbesar di Slovakia sejak demonstrasi anti-Komunis tahun 1989 dan menyebabkan pengunduran diri kepala pemerintahan kala itu, Perdana Menteri Robert Fico.

Caputova mengawali karierya sebagai pengacara ternama ketika dia memimpin sebuah kasus melawan tempat pembuangan limbah ilegal yang berlangsung selama 14 tahun.

Berusia 45 tahun, seorang janda cerai dan ibu dua anak itu adalah anggota partai Progressive Slovakia berhaluan liberal, yang tidak memiliki kursi di parlemen.

Di negara di mana pernikahan sesama jenis dan adopsi belum sah, pandangan liberalnya mempromosikan hak komunitas LGBTQ+.

Lawan yang dikalahkannya, Maros Sefcovic, adalah diplomat ternama Slovakia yang juga menjabat sebagai wakil presiden Komisi Eropa.

Sefcovic dicalonkan oleh partai Smer-SD yang saat ini memimpin pemerintahan, yang dipimpin oleh Robert Fico. Namun, partai itu tengah tercoreng noktah hitam usai PM Fico terpaksa mengundurkan diri guna menjawab protes massa, menyusul mengemukanya kasus pembunuhan jurnalis Jan Kuciak.

Sebagian besar massa menuduh pemerintahan Fico dan partai Smer-nya secara tidak langsung bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Penyelidikan selanjutnya menemukan hubungan antara pria yang sekarang dituduh memerintahkan pembunuhan, Marian Kočner, dan politisi serta pejabat terkemuka.

Selengkapnya di sini...