Sukses

Ilmuwan Temukan Perubahan Iklim Buat Jamur Lebih Beracun untuk Manusia

Mereka menemukan peningkatan kasus infeksi jamur yang tidak biasa, termasuk beberapa spesies yang sebelumnya tidak pernah diketahui dapat menginfeksi manusia.

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim tak hanya membawa dampak pada temperatur global, pola cuaca, dan permukaan laut, tetapi juga berimbas pada dunia mikroorganisme, termasuk jamur. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Microbiology menemukan bahwa perubahan iklim dapat membuat jamur lebih beracun dan berbahaya bagi manusia.

Tim peneliti tersebut menjelaskan penelitian mereka tentang jamur yang telah berevolusi untuk menginfeksi manusia. Melansir aman Live Science pada Jumat (05/07/2024), penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Tiongkok, Singapura, dan Kanada ini menganalisis data dari 96 rumah sakit di Tiongkok selama periode 2009 hingga 2019.

Mereka menemukan peningkatan kasus infeksi jamur yang tidak biasa, termasuk beberapa spesies yang sebelumnya tidak pernah diketahui dapat menginfeksi manusia. Lebih mengkhawatirkan lagi, beberapa jamur ini menunjukkan resistensi terhadap obat antijamur yang umum digunakan.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi munculnya superfungi, jamur yang resisten terhadap semua obat yang tersedia. Dalam sebagian besar sejarah modern, infeksi jamur pada manusia tidak dianggap sebagai ancaman dan juga jarang terjadi.

Hal ini sedikit berubah dalam beberapa tahun terakhir karena adanya laporan peningkatan jenis infeksi jamur langka. Penelitian sebelumnya menunjukkan alasan mengapa jamur belum menjadi ancaman manusia hingga saat ini adalah karena mereka lebih menyukai suhu yang lebih dingin dibandingkan berada di dalam tubuh mamalia.

Para ilmuwan menduga bahwa peningkatan suhu akibat perubahan iklim adalah salah satu faktor utama yang mendorong evolusi jamur yang lebih beracun dan resisten. Mereka berpendapat bahwa ketika lingkungan tempat jamur hidup menjadi lebih hangat, jamur akan beradaptasi dan pada akhirnya mencapai titik di mana mereka akan menganggap tubuh manusia sebagai tempat yang layak bagi mereka untuk hidup.

Dalam studi ini, peneliti kemudian menyuntikkan darah yang terinfeksi jenis jamur yang sama yang dikumpulkan dari lingkungan alami ke tikus laboratorium dengan sistem kekebalan lemah dan menemukan dua hal.

Pertama, jamur berkembang dan yang kedua adalah jamur bermutasi menjadi bentuk yang lebih agresif. Mereka kemudian memaparkan patogen jamur tersebut pada suhu setinggi 37 derajat celsius (suhu tubuh manusia) di dalam cawan laboratorium, dan menemukan bahwa hal tersebut mengakibatkan patogen mengembangkan resistensi terhadap berbagai agen antijamur.

Suhu yang lebih hangat memungkinkan jamur untuk berkembang biak dan bermutasi lebih cepat, sehingga meningkatkan kemungkinan mereka mengembangkan sifat baru yang berbahaya. Temuan ini menjadi peringatan bagi kita bahwa perubahan iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan manusia.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini