Liputan6.com, Shandong - Tornado dahsyat dilaporkan melanda Shandong, China Timur.
"Tornado yang melanda sebuah kota di China timur pada tanggal 5 Juli 2024 menewaskan satu orang dan melukai 79 orang," kata pihak berwenang setempat seperti dikutip dari The Straits Times, Sabtu (6/7/2024).
Baca Juga
Gambar yang diposting di jaringan media sosial menunjukkan kerusakan parah setelah tornado melanda sore hari di daerah Dongming, 530 km selatan Beijing di Provinsi Shandong, kata biro manajemen darurat setempat dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
"Bencana tersebut menyebabkan satu orang meninggal dunia. Sebanyak 79 orang juga menderita luka dengan tingkat yang berbeda-beda," imbuh biro tersebut.
Operasi penyelamatan, pertolongan dan pembersihan sedang dilakukan.
Sementara itu, media Tiongkok menunjukkan gambar-gambar tornado abu-abu besar yang bergerak dengan kecepatan tinggi dan membawa puing-puing ke langit.
Video yang diposting di jaringan media sosial Tiongkok, Weibo, menunjukkan jalan-jalan dipenuhi potongan kayu dan batu, papan nama toko terlepas, mobil-mobil dengan jendela pecah dan pohon-pohon tumbang.
China telah mengalami kondisi cuaca ekstrem dalam beberapa bulan terakhir, mulai dari hujan lebat hingga gelombang panas yang menyengat.
Hujan Badai di China Picu 242.000 Orang Dievakuasi, Ketinggian Air Sungai Yangtze Kian Mengkhawatirkan
Sebelumnya, hampir seperempat juta orang dievakuasi di China timur ketika hujan badai melanda sebagian besar wilayah negara itu, dan menyebabkan Yangtze dan sungai-sungai lainnya meluap, media pemerintah melaporkan pada hari Rabu (3/7/2024).
China telah mengalami kondisi cuaca ekstrem dalam beberapa bulan terakhir, mulai dari hujan lebat hingga gelombang panas yang menyengat. Negara ini adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, yang menurut para ilmuwan mendorong perubahan iklim dan membuat kejadian cuaca ekstrem menjadi lebih sering dan intens.
Kantor berita negara Xinhua mengatakan badai tersebut telah berdampak pada 991.000 penduduk di Provinsi Anhui dan memaksa 242.000 orang dievakuasi pada Selasa (2/7) sore.
“Hingga pukul 4 sore hari Selasa (2/7), hujan badai telah menimbulkan malapetaka di 36 county dan distrik di tujuh kota setingkat prefektur di Anhui," lapor Xinhua, mengutip departemen manajemen darurat provinsi.
Seperti juga dilaporkan AFP, Sungai Yangtze, sungai terpanjang di China, mengalami ketinggian air di bagian Anhui melebihi tanda peringatan dan terus meningkat.
Hujan lebat juga telah menyebabkan air di 20 sungai dan enam danau lainnya di provinsi tersebut melebihi tingkat siaganya.
Rekaman di stasiun televisi pemerintah CCTV pada hari Rabu (3/7) menunjukkan bagian Sungai Yangtze naik cukup tinggi hingga hampir menutupi sebuah patung di Kota Wuhu yang biasanya berdiri sekitar 12 meter di atas permukaan air.
Gambar menunjukkan relawan yang membawa payung dan berjaket merah berpatroli di tepi sungai dan menimbun jaket pelampung dan pelampung berwarna merah cerah di tepi sungai.
Curah hujan lebih dari 100 milimeter tercatat di ratusan stasiun cuaca di seluruh Anhui antara pukul 17.00 pada hari Senin dan waktu yang sama pada hari Selasa, menurut Xinhua.
Di daerah Hexi, dekat ibu kota provinsi Hefei, tercatat sekitar 266 milimeter.
Puluhan ribu petugas telah dikerahkan untuk memantau bendungan dan tanggul di sepanjang Sungai Yangtze di Anhui, lapor Xinhua.
Kantor cuaca provinsi memperkirakan akan terjadi lebih banyak hujan di wilayah Anhui dari Rabu (3/7) hingga Jumat (5/7) dan mengeluarkan peringatan akan adanya "bencana geologi" di wilayah selatan.
Curah hujan yang tinggi telah memicu bencana mematikan di Tiongkok selatan dalam beberapa bulan terakhir.
Adapun banjir dari gunung di pusat Hunan merenggut lima nyawa bulan lalu, menurut laporan media pemerintah, sementara tanah longsor di provinsi yang sama menewaskan delapan orang.
Hujan lebat dan banjir juga menyebabkan 38 orang tewas di Provinsi Guangdong selatan pada bulan Juni.
Â
Advertisement
Badai Hantam China Bagian Selatan, 11 Orang Hilang 45.000 Lainnya Dievakuasi
Sebelumnya, sekitar 11 orang dilaporkan hilang akibat badai yang melanda Tiongkok bagian selatan, kata media pemerintah pada Senin (22/4/2024), dan puluhan ribu orang dievakuasi akibat hujan lebat.
Hujan lebat mengguyur Provinsi Guangdong di wilayah selatan dalam beberapa hari terakhir, dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (22/4).
Insiden ini membuat sungai meluap dan meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya banjir besar yang menurut media pemerintah hanya terjadi sekali dalam satu abad.Â
"Sebanyak 11 orang hilang setelah hujan lebat terus menerus melanda banyak wilayah (Guangdong) dalam beberapa hari terakhir," kata kantor berita pemerintah Xinhua, mengutip departemen manajemen darurat setempat.
Lebih dari 53.000 orang telah direlokasi ke seluruh Provinsi, tambahnya.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 45.000 orang dievakuasi dari kota Qingyuan di Guangdong utara, yang terletak di tepi Sungai Bei, anak sungai di Delta Sungai Pearl yang lebih luas, media pemerintah melaporkan pada Minggu (21/4).
Hujan lebat diperkirakan akan terus berlanjut pada Senin (22/4), dan otoritas meteorologi memperkirakan akan terjadi badai petir dan angin kencang di perairan pesisir Guangdong.
Provinsi-provinsi tetangga, termasuk sebagian Fujian, Guizhou dan Guangxi, China juga akan terkena dampak hujan deras dalam jangka pendek, kata Pusat Meteorologi Nasional.
Periode dampak utama konveksi kuat diperkirakan akan berlangsung dari siang hingga malam hari, tambahnya.
Â
HomeGlobalInternasional Hujan Badai di China Picu 242.000 Orang Dievakuasi, Ketinggian Air Sungai Yangtze Kian Mengkhawatirkan Hujan lebat juga telah menyebabkan air di 20 sungai dan enam danau lainnya di Provinsi Anhui, China melebihi tingkat siaganya. Tanti YulianingsihTanti Yulianingsih Diperbarui 03 Jul 2024, 11:11 WIB Copy Link 12 Ilustrasi Bendera China (AFP/STR) Perbesar Ilustrasi hujan badai di China. (AFP/STR) Liputan6.com, Anhui - Hampir seperempat juta orang dievakuasi di China timur ketika hujan badai melanda sebagian besar wilayah negara itu, dan menyebabkan Yangtze dan sungai-sungai lainnya meluap, media pemerintah melaporkan pada hari Rabu (3/7/2024). China telah mengalami kondisi cuaca ekstrem dalam beberapa bulan terakhir, mulai dari hujan lebat hingga gelombang panas yang menyengat. Negara ini adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, yang menurut para ilmuwan mendorong perubahan iklim dan membuat kejadian cuaca ekstrem menjadi lebih sering dan intens. BACA JUGA: Tak Cuma China, Indonesia Juga Bakal Tarik Bea Masuk 200% ke Negara Lain Kantor berita negara Xinhua mengatakan badai tersebut telah berdampak pada 991.000 penduduk di Provinsi Anhui dan memaksa 242.000 orang dievakuasi pada Selasa (2/7) sore. Advertisement “Hingga pukul 4 sore hari Selasa (2/7), hujan badai telah menimbulkan malapetaka di 36 county dan distrik di tujuh kota setingkat prefektur di Anhui,
Sementara itu, media pemerintah pada Rabu (30/8/2023). melaporkan empat orang tewas dan puluhan lainnya dilaporkan hilang setelah hujan badai melanda China pekan sebelumnya.Â
Dilansir CNA, Rabu (30/8/2023), hujan deras melanda Jinyang, sebuah daerah pegunungan di Provinsi Sichuan, China, pada 21 Agustus 2023. Tingkat kerusakan pasca bencana belum dilaporkan.
Lebih dari sepekan setelah hujan turun, stasiun televisi negara CCTV mengatakan bahwa badai tersebut memicu banjir di lokasi pemrosesan baja, tempat lebih dari 200 orang bekerja.
"Saat ini, banjir telah menyebabkan empat kematian dan menyebabkan 48 orang hilang, dan upaya penyelamatan sedang berlangsung," lapor CCTV, menambahkan bahwa lima orang telah ditahan karena dicurigai "gagal melaporkan atau salah melaporkan insiden keselamatan".
Presiden Xi Jinping memerintahkan para pejabat untuk "melakukan segala hal untuk mencari orang-orang yang hilang...dan menghibur keluarga mereka", kata CCTV.
"Insiden tersebut harus diselidiki sepenuhnya dan pihak-pihak yang bertanggung jawab akan ditangani sesuai dengan hukum", kata Xi.
China telah mengalami serangkaian bencana akibat cuaca ekstrem dalam beberapa bulan terakhir.
Setidaknya 78 orang tewas ketika Topan Doksuri membawa hujan yang memecahkan rekor di seluruh China utara bulan lalu, kata pihak berwenang.
Para ilmuwan mengatakan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia memperburuk kejadian cuaca ekstrem, menjadikannya terjadi lebih sering dan lebih mematikan.Â
 Â
Advertisement