Liputan6.com, Beirut - Pemimpin Hizbullah Lebanon dikabarkan bertemu dengan delegasi Hamas untuk membahas perundingan gencatan senjata di Gaza.
"Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah dan pejabat tinggi Hamas Khalil Al-Hayya membahas perkembangan terkini di Jalur Gaza dan negosiasi yang bertujuan untuk mencapai gencatan senjata di sana dalam pertemuan," kata Hizbullah pada hari Jumat (5/7/2024) seperti dikutip dari Al Arabiya.
Baca Juga
Nasrallah menerima wakil ketua Hamas Hayya untuk pertemuan tersebut, yang membahas “perkembangan keamanan dan politik terkini” di Jalur Gaza, kata Hizbullah yang didukung Iran dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
"Mereka juga membahas perkembangan terkini dalam perundingan yang sedang berlangsung hari ini, suasananya, dan proposal yang diajukan untuk mengakhiri agresi berbahaya terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza,” kata pernyataan itu.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan pada hari Kamis (4/7) bahwa Hamas telah membuat penyesuaian yang cukup signifikan dalam posisinya mengenai kemungkinan kesepakatan pembebasan sandera dengan Israel, dan menyatakan harapan bahwa hal itu akan mengarah pada perjanjian yang akan menjadi langkah menuju gencatan senjata permanen.
Hizbullah dan Israel telah saling baku tembak sejak Oktober 2023 di perbatasan Lebanon-Israel dalam konflik yang terjadi bersamaan dengan perang Gaza, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan konflik yang lebih besar antara kedua musuh yang bersenjata lengkap.
Hizbullah: Kami Akan Berhenti Menyerang Israel Bila Gencatan Senjata Tercapai di Gaza
Sebelumnya, wakil pemimpin kelompok Hizbullah mengatakan pada hari Selasa (2/7/2024) bahwa satu-satunya jalan pasti menuju gencatan senjata di perbatasan Lebanon-Israel adalah gencatan senjata penuh di Jalur Gaza.
"Jika ada gencatan senjata di Gaza, kami akan berhenti tanpa diskusi apa pun," kata wakil pemimpin Hizbullah Sheikh Naim Kassem kepada kantor berita AP dari pinggiran selatan Beirut, Lebanon, seperti dilansir Rabu (3/7).
Partisipasi Hizbullah dalam perang Israel-Hamas adalah sebagai front dukungan bagi Hamas, kata Kassem, dan jika perang berhenti maka dukungan militer dari pihaknya tidak akan ada lagi.
Namun, Kassem menegaskan, jika Israel mengurangi operasi militernya tanpa perjanjian gencatan senjata resmi dan penarikan penuh dari Jalur Gaza maka dampaknya terhadap konflik perbatasan Lebanon-Israel menjadi kurang jelas.
"Jika yang terjadi di Gaza adalah campuran antara gencatan senjata dan tidak ada gencatan senjata, perang dan tidak ada perang, kita tidak bisa menjawab (bagaimana reaksi kita) sekarang, karena kita tidak tahu bentuknya, dampaknya, hasilnya," kata Kassem.
Perang di Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 setelah kelompok militan pimpinan Hamas menyerbu Israel selatan, yang disebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.
Pada hari yang sama, Israel membalasnya dengan serangan udara dan darat yang menyebabkan kehancuran luas. Menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, serangan Israel hingga hari ini menewaskan lebih dari 37.900 orang.
Advertisement
14 Negara Keluarkan Imbauan, Minta Warga Hindari Lebanon Imbas Tensi Tinggi Konflik Israel-Hizbullah
Sebelumnya, lima negara telah meminta warganya untuk meninggalkan Lebanon, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan perang besar-besaran antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon. Mengikuti jejak imbauan dua negara lainnya yakni AS dan Inggris.
Update terkini, ada tujuh negara lagi mengeluarkan peringatan terkait tensi di Lebanon. Jadi, total saat ini sudah ada 14 negara yang meminta warga negaranya untuk menghindari Lebanon.
Situs almayadeen.net yang dikutip Selasa (2/7/2024) menyebut Duta Besar Rusia untuk Lebanon Alexander Rudakov meminta warga Rusia untuk menunggu situasi mereda dan menekankan bahwa "tidak ada alasan untuk menimbulkan kepanikan yang serius," seraya menekankan bahwa misi diplomatik beroperasi secara normal dan memastikan bahwa mereka menerapkan keamanan yang diperlukan tindakan untuk stafnya.
Situs pna.gov.ph menyebut Kedutaan Besar Rusia di Beirut juga merekomendasikan warganya di Lebanon untuk menahan diri bepergian ke negara Arab tersebut.
Sementara itu, Australia "sangat menyarankan" warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke wilayah tersebut, dan mendorong warga yang sudah berada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut ketika pesawat komersial masih beroperasi.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri Irlandia meminta warga negaranya di Lebanon untuk berhati-hati dan menghindari wilayah tertentu di wilayah tersebut.
Departemen Luar Negeri Irlandia mengatakan bahwa warga negaranya harus menghindari perjalanan ke Lebanon dan mereka yang saat ini berada di negara tersebut harus meninggalkan negara itu selagi opsi komersial tersedia, mengutip “meningkatnya bentrokan di sepanjang perbatasan selatan dalam beberapa minggu terakhir” dalam sebuah pernyataan yang diperbarui pada hari Jumat (28/6).
Sementara itu, Yordania mendesak warga negaranya pada hari Jumat (28/7) untuk menghindari perjalanan ke Lebanon.
Situs Al Monitor menyebut, Kementerian Luar Negeri Yordania dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat meminta warga Yordania untuk "menghindari perjalanan ke republik saudara Lebanon saat ini," dengan alasan “perkembangan" yang tidak menentu di wilayah tersebut dan "keselamatan" warga negara di luar negeri.
Kementerian Luar Negeri Yordania menegaskan kembali bahwa mereka mengeluarkan peringatan perjalanan ke Lebanon pada akhir Oktober, tak lama setelah dimulainya perang Gaza.
Balas Kematian Komandan Top, 200 Roket dan 1 Skuadron Drone Peledak Hizbullah Serang Israel
Sementara itu baru-baru ini, Hizbullah Lebanon mengatakan pihaknya meluncurkan lebih dari 200 roket dan drone peledak ke posisi militer Israel pada hari Kamis (4/7/2024), ketika ketegangan meningkat di tengah perang yang berlangsung hampir sembilan bulan di Gaza.
Kelompok militan yang didukung Iran mengatakan serangan terbarunya, setelah peluncuran lebih dari 100 roket pada hari sebelumnya, terjadi sebagai tanggapan atas pembunuhan Israel terhadap seorang komandan top atau senior Hizbullah di Lebanon selatan.
Israel tidak melaporkan adanya kematian di wilayah perbatasan utaranya, tempat sebagian besar masyarakat telah dievakuasi, namun dengan cepat mengatakan bahwa pihaknya telah merespons dengan serangan terhadap sasaran di Lebanon selatan.
Israel dan Hizbullah, sekutu kelompok militan Palestina Hamas, hampir setiap hari saling baku tembak di perbatasan sejak perang Gaza meletus pada 7 Oktober 2023, sehingga memicu kekhawatiran bentrokan tersebut dapat meningkat menjadi perang habis-habisan.
Sekjen PBB Antonio Guterres "sangat khawatir dengan meningkatnya baku tembak”, kata juru bicaranya Stephane Dujarric pada hari Rabu (3/7), memperingatkan risiko terhadap Timur Tengah yang lebih luas "jika kita berada dalam konflik yang berkepanjangan”.
Hizbullah dan Hamas adalah bagian dari "Poros Perlawanan" yang dipimpin Iran melawan Israel dan Amerika Serikat, sebuah aliansi regional yang juga mencakup pemberontak Houthi Yaman dan kelompok militan di Irak dan Suriah.
Militer Israel mengatakan pada hari Kamis (4/7) bahwa pasukannya “menyerang pos peluncuran di Lebanon selatan” setelah “banyak proyektil dan sasaran udara yang mencurigakan melintasi dari Lebanon ke wilayah Israel”.
Dikatakan bahwa sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara tetapi “kebakaran terjadi di sejumlah wilayah di Israel utara” setelah serangan tersebut.
Adapun Israel pada hari Rabu (3/7) membunuh seorang komandan senior Hizbullah, Mohammed Naameh Nasser, di dekat kota pesisir Tirus, Lebanon.
Sebuah sumber yang dekat dengan kelompok tersebut menggambarkannya sebagai "komandan Hizbullah yang bertanggung jawab atas salah satu dari tiga sektor di Lebanon selatan". Kepala sektor perbatasan lainnya tewas dalam serangan Israel bulan lalu.
Hizbullah mengatakan bahwa "sebagai bagian dari respons terhadap… pembunuhan yang dilakukan oleh musuh"" mereka telah menembakkan "lebih dari 200 roket" dan "satu skuadron drone peledak" ke pangkalan-pangkalan Israel.
Sirene serangan udara terdengar di seluruh Israel utara pada pagi hari, dan seorang koresponden AFP menyaksikan roket melintasi perbatasan yang berhasil dicegat.
Advertisement