Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan kembali kesediaannya untuk memulihkan hubungan dengan Suriah. Pada hari Minggu (7/7/2024), Erdogan menyampaikan undangan untuk mengembalikan hubungan seperti dulu.
Lebih dari 12 tahun yang lalu, hubungan diplomatik antara kedua negara terputus ketika protes berubah menjadi perang saudara di Suriah, di mana Turki mendukung kelompok oposisi bersenjata yang bertujuan menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kekuasaan.
Baca Juga
Sebelumnya, Erdogan dan Assad memiliki hubungan dekat, bahkan berlibur bersama keluarga mereka di Turki selatan pada tahun 2008.
Advertisement
Pekan lalu, keduanya mengindikasikan kesiapan untuk mengakhiri ketegangan dan menormalisasi hubungan diplomatik.
"Kemarin, kami tidak bermusuhan dengan Suriah. Kami bertemu Assad sebagai sebuah keluarga," kata Erdogan kepada wartawan pada hari Minggu dalam penerbangan dari Berlin, di mana dia menyaksikan Turki bermain melawan Belanda di perempat final turnamen sepak bola Kejuaraan Eropa.
"Kami bicara soal mediasi di mana-mana, jadi mengapa tidak dengan mediasi yang ada di perbatasan kami?" Erdogan menambahkan seperti dilansir kantor berita Anadolu.
Hal ini terjadi ketika pemerintah Turki menghadapi tekanan yang semakin besar untuk memulangkan jutaan pengungsi Suriah di tengah krisis ekonomi yang parah dan meningkatnya sentimen anti-pengungsi.
Dampak dari Tanda Perdamaian
Seminggu yang lalu kerusuhan anti-Suriah pecah di Kayseri, Turki tengah, menyusul laporan bahwa seorang pengungsi Suriah diduga melakukan pelecehan seksual terhadap seorang anak perempuan Suriah berusia 7 tahun. Warga Melikgazi membalikkan mobil dan membakar toko-toko, menyerukan warga Suriah untuk meninggalkan negara tersebut.
Tahun lalu, para menteri luar negeri Turki dan Suriah bertemu di Moskow bersama rekan-rekan mereka dari Rusia dan Iran, menandai kontak tingkat tertinggi antara Ankara dan Damaskus sejak dimulainya perang Suriah. Namun pembicaraan tersebut dan pertemuan sebelumnya yang melibatkan menteri pertahanan kedua negara tidak membuahkan hasil.
Tanda-tanda perdamaian antara Erdogan dan Assad, termasuk rencana untuk membuka persimpangan antara wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah dan wilayah yang dikuasai kelompok oposisi di provinsi Aleppo, telah menyebabkan meningkatnya ketegangan di kota-kota yang dikuasai oleh oposisi yang didukung Turki.
Hayat Tahrir al-Sham yang berbasis di Idlib – sebuah kelompok pemberontak yang sebelumnya terkait dengan al-Qaeda dan menguasai wilayah di barat laut Suriah – mengeluarkan pernyataan pada tanggal 1 Juli yang menyerukan Turki memikul tanggung jawab hukum dan moralnya untuk melindungi pengungsi Suriah.
Advertisement