Sukses

Indonesia Kecam Serangan Udara Tentara Israel ke Sekolah Palestina

Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 16 orang dan melukai puluhan lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia secara tegas mengecam serangan udara yang dilakukan Israel terhadap sekolah al-Jaouni di kamp pengungsi Nuseirat, yang menewaskan sedikitnya 16 orang dan melukai puluhan orang lainnya. 

Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, bangunan itu menampung ribuan pengungsi di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.

"Indonesia kutuk keras serangan biadab Israel terhadap sekolah al-Jaouni di kamp pengungsi Nuseirat yang dioperasikan UNRWA di Gaza Tengah (6/7/2024)," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri RI lewat X resmi @kemlu_ri. 

"Kekejaman serta pelanggaran hukum internasional terus dilakukan oleh Israel, dan korban jiwa sipil terus berjatuhan," lanjut pernyataan tersebut. 

Dalam pernyataannya, Indonesia turut mempertanyakan tindakan tegas dari Dewan Keamanan PBB (DK PBB) dan negara sekutu Israel.

"Apakah seluruh kekejian seperti ini masih belum cukup juga bagi DK PBB dan negara-negara pendukung Israel untuk mengambil tindakan tegas terhadap Israel?" sambung pernyataan itu. 

2 dari 4 halaman

Serangan Tanpa Peringatan

Saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa serangan itu menargetkan lantai atas sekolah, yang terletak di dekat pasar yang ramai. Sementara sekitar tujuh ribu orang yang menggunakan bangunan tersebut sebagai tempat berlindung.

Seorang wanita mengatakan kepada kantor berita AFP bagaimana beberapa anak terbunuh ketika mereka sedang membaca Al-Quran ketika gedung itu diserang.

"Ini keempat kalinya mereka menargetkan sekolah tanpa peringatan," katanya.

Salah satu sumber menyebut bahwa serangan tersebut menyasar sebuah ruangan yang diduga digunakan polisi Hamas. Namun, hal ini belum terkonfirmasi.

3 dari 4 halaman

Kritik Terhadap Netanyahu

Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu mendapat kritikan keras di tengah serangan yang digencarkannya terhadap Hamas. 

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letkol Peter Lerner mengatakan bahwa ketika berbicara dengan media dunia atas nama militer, dia menyadari hilangnya kepercayaan internasional terhadap Israel dan kegagalan pemerintah untuk mempertahankan dukungan luas terhadap perang melawan Hamas dari waktu ke waktu. Lerner bertugas di IDF selama lebih dari 25 tahun – terakhir sebagai juru bicara selama perang, sebelum akhirnya dia mengundurkan diri bulan lalu.

"Netanyahu menjanjikan kemenangan penuh atas Hamas," kata dia dalam wawancaranya dengan surat kabar Israel, Haaretz.

4 dari 4 halaman

Penderitaan Warga Gaza Tak Terhindarkan

Lerner menuturkan pula kepada Haaretz bahwa pada hari-hari awal konflik, setelah serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, "Ada pemahaman yang jelas bahwa Hamas adalah organisasi yang jahat dan berbahaya dan bahwa Israel harus mengambil tindakan melawannya."

Niat baik tersebut dengan cepat terkikis, kata Lerner, sebagian karena penderitaan warga sipil Palestina yang tak terhindarkan ketika IDF memulai invasi darat ke Jalur Gaza. Namun, dia turut menyalahkan pemerintah, dengan mengatakan, "Tidak ada strategi politik untuk perang ini, bahkan setelah sembilan bulan kita berperang di dua front."

Ketika dia semakin banyak ditanya tentang tujuan operasi militer Israel di Jalur Gaza, Lerner mengatakan, "Saya segera menyadari bahwa saya tidak mempunyai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, bukan karena pertanyaan-pertanyaan tersebut belum diputuskan, tetapi karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan diputuskan."

Lerner mengaku dia merasa seperti seorang tentara yang bertugas jaga tanpa peluru.

Video Terkini