Liputan6.com, Lima - Setelah 22 tahun, jasad hilang seorang pendaki gunung asal Amerika Serikat yang berupaya mencapai puncak gunung bersalju di Peru akhirnya ditemukan. Hal itu terjadi karena es yang melingkupi jenazahnya mencair, ungkap pihak kepolisian pada Senin (8/7/2024).
Dilansir VOA Indonesia, Jumat (12/7), adalah William Stampfl yang pertama kali dilaporkan hilang pada 2002 saat longsoran salju menimbun rombongan pendaki di Gunung Huascaran. Stampfl saat itu berusia 59 tahun ketika petaka terjadi di ketinggian lebih dari 6.700 meter.
Baca Juga
Upaya pencarian kala itu tak berjalan mulus, nihil, tidak membuahkan hasil.
Advertisement
Setelah 22 tahun, pihak kepolisian Peru mengatakan jenazahnya ditemukan setelah es di wilayah pegunungan Andes, tepatnya di Cordillera Blanca, mencair.
Menurut foto-foto yang disebar oleh polisi, kondisi jasad Stampfl masih sempurna. Pakaian yang dikenakan serta perlengkapan pendakian dan sepatu boots miliknya masih dalam keadaan utuh.
Paspornya termasuk salah satu yang ditemukan di antara benda yang ia bawa, yang membuat pihak kepolisian dapat mengidentifikasi jasadnya.
Adapun wilayah pengunungan di timur laut Peru merupakan rumah dari kumpulan puncak gunung bersalju seperti Huascaran dan Cashan. Kendati demikian kawasan tersebut merupakan tempat favorit bagi para pendaki dari seluruh dunia.
Sebelumnya pada bulan Mei, jenazah pendaki asal Israel juga ditemukan di wilayah tersebut setelah hampir sebulan dikabarkan hilang. Pada bulan Juni lalu, seorang pendaki berpengalaman asal Italia ditemukan tewas setelah terjatuh ketika berusaha mencapai salah satu puncak di wilayah pegunungan Andes.
Pendaki Korban Erupsi Gunung Marapi
Sementara di dalam negeri, insiden hilangnya pendaki juga kerap terjadi.
Misalnya yang terjadi di Gunung Marapi, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, memuntahkan kolom abu setinggi 3.000 meter pada Minggu sore, 3 Desember 2023. Saat insiden terjadi, gunung yang berstatus Level II atau waspada itu sedang didaki 75 orang.
BNPB menyebutkan 40 orang berhasil turun dan kembali ke rumah masing-masing, sedangkan 12 orang lainnya terluka dan dirawat secara intensif di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Lima korban dinyatakan meninggal dunia dan berhasil diidentifikasi tim Disaster Victim Identification (DVI), sedangkan 18 pendaki hilang.
Advertisement
Pengakuan Korban Selamat
Dari sekian korban selamat, beberapa menggambarkan kepanikan yang dialami pendaki setelah Gunung Marapi erupsi. "Aku berlari zig-zag, turun sekitar 30 meter sampai 40 meter ke pos pendakian," kata Ridho yang dirawat di rumah sakit terdekat kepada AFP.
"Letusannya terdengar keras, saya melihat ke belakang lalu segera lari seperti yang dilakukan semua orang. Beberapa melompat dan jatuh. Aku berlindung di balik bebatuan, tidak ada pohon di sana," sambungnya.
Sementara, Kapolda Sumbar menyebutkan dua anggota polisi berada di antara 75 pendaki saat erupsi terjadi. Seorang di antaranya selamat, tetapi ia khawatir seorang lainnya meninggal dunia.
"Mereka berdua hanya ingin melihat gunung tersebut, sedang tidak bertugas," ujarnya.
"Satu orang selamat dan patah lengannya, sedang dirawat dokter. Satu orang lagi kita duga meninggal dunia. Kita tunggu konfirmasinya."