Liputan6.com, Washington D.C - Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mungkin akan menghadapi pertanyaan sulit dalam KTT NATO yang berlangsung pada minggu ini di Washington D.C mengenai kegagalan negaranya memenuhi target anggaran pertahanan yang disepakati sebesar 2% dari PDB.
Sebagai salah satu dari 12 anggota pendiri aliansi tersebut, Kanada telah menjadi salah satu anggota dengan anggaran terendah, bahkan ketika beberapa negara lain meningkatkan pengeluarannya dalam menghadapi tekanan AS dan meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia di Eropa.
Baca Juga
Meskipun pada tahun 2014 ikut berjanji untuk meningkatkan anggaran sektor pertahanannya hingga target 2%, Kanada saat ini hanya menganggarkan 1,34%, lebih baik dibandingkan dengan lima anggota aliansi lainnya.
Advertisement
Pada April 2024, pemerintah Kanada mengumumkan rencana untuk meningkatkan angka tersebut menjadi 1,76% pada tahun anggaran 2029-2030, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (11/7/2024).
Harian The Washington Post pada akhir April melaporkan bahwa Kanada telah memberikan bantuan militer lebih dari $1 miliar kepada Ukraina sejak invasi besar-besaran Rusia terjadi pada Februari 2022 dan Kanada telah melatih lebih dari 36.000 personel militer dan keamanan Ukraina sejak tahun 2015.
Namun, menurut harian tersebut, dengan mengutip dokumen yang bocor, Trudeau sudah menyampaikan kepada rekan-rekannya di NATO bahwa Kanada tidak akan pernah mencapai target pengeluaran sebesar 2%.
"Kanada telah menghindari komitmennya terhadap NATO selama satu dekade," tulis Paul McLeary di harian Politico pada minggu ini. "Kanada mungkin tidak bisa menghindar lebih lama lagi."
"Aliansi ini secara keseluruhan mungkin berjalan lamban untuk mencapai tujuan tersebut, namun tahun ini, 23 dari 32 anggota NATO akan mencapai tujuan tersebut seiring dengan meningkatnya kekhawatiran di sepanjang front timur aliansi tersebut terkait rencana [Presiden Rusia Vladimir] Putin."
Rencana Kanada
Mengantisipasi kecaman tajam pada pertemuan puncak tersebut, Kanada mengatakan pihaknya segera berencana untuk berbagi rencana yang "kredibel dan dapat diverifikasi" untuk memenuhi komitmen anggarannya.
Hal ini menyusul surat bipartisan dari Senat AS pada bulan Mei di mana Kanada didesak untuk menghadiri KTT dengan membawa rencana semacam itu.
Rob Huebert, pakar pertahanan terkemuka Kanada dan saat ini mengajar di Universitas Calgary, mengemukakan pandangannya terkait situasi tersebut.
"Fakta bahwa Partai Republik dan Demokrat menyampaikan surat peringatan bipartisan kepada Kanada, tidak bisa dianggap remeh," kata Huebert kepada VOA dalam wawancara telepon.
"Kapan terakhir kali Anda mendengar Senat memiliki suatu kesepakatan bipartisan?"
"Kita berada dalam masa yang sangat berbahaya," kata Huebert. "Kita perlu memastikan bahwa Amerika Utara aman. Kita melakukannya dengan memastikan bahwa aliansi NATO aman. Tidak ada yang bisa menutup-nutupi peningkatan risiko perang di masa yang akan datang, dan mudah-mudahan kepemimpinan politik kita akan memahami hal ini di Kanada."
Â
Advertisement
Masalah Kesenjangan
Phil Gurski, mantan perwira intelijen Kanada, mengatakan kepada VOA, "Ada kesenjangan besar antara apa yang [pejabat pemerintah Trudeau] katakan akan mereka lakukan dan apa yang sebenarnya mereka lakukan."
"Mereka membuat pengumuman besar, dan tidak ada yang memantaunya, tidak ada yang peduli, dan pada akhirnya tidak terjadi apa-apa," kata Gurski dalam wawancara telepon.
Para komentator AS sepakat bahwa Kanada perlu berbuat lebih banyak.
"Kanada telah lama menjadi salah satu sekutu Amerika yang paling dapat diandalkan dan pendukung norma-norma demokrasi secara global," kata Bishop Garrison, peneliti senior dan profesor di Institut Keamanan Nasional di Fakultas Hukum Universitas George Mason di dekat Washington.
"Namun, dukungan ekonomi terhadap NATO sangat penting," katanya dalam sebuah wawancara. "Mengingat berlanjutnya ancaman agresi Rusia di kawasan, penting bagi seluruh anggota NATO untuk tetap bersatu dalam memenuhi kewajiban mereka. Kanada bisa dan harus memanfaatkan momen ini dan melanjutkan tradisi mereka sebagai pemimpin komunitas internasional."