Sukses

Tanah Longsor Usai Hujan Lebat di Jepang, 3 Orang Dilaporkan Tewas

Jepang saat ini sedang memasuki musim hujan tahunan, yang sering kali mengakibatkan hujan lebat, terkadang mengakibatkan banjir dan tanah longsor serta menimbulkan korban jiwa.

Liputan6.com, Matsuyama - Bencana tanah longsor melanda Jepang, sejumlah orang dilaporkan meninggal dunia.

"Tiga orang ditemukan tewas di lokasi tanah longsor di Jepang barat setelah hujan lebat melanda wilayah tersebut," kata seorang pejabat setempat, Sabtu (137/2024) seperti dikutip dari AFP.

Petugas penyelamat telah mencari tiga orang -- seorang pria berusia 90-an, seorang wanita berusia 80-an, dan seorang pria berusia 40-an -- yang tinggal di sebuah rumah kayu yang ambruk setelah tanah longsor di Matsuyama, Prefektur Ehime.

Longsor Jepang ini terjadi pada Jumat (12/7) pagi ketika badan cuaca memperingatkan akan adanya hujan lebat di Jepang bagian barat, dan para pejabat menyerukan masyarakat untuk waspada terhadap tanah longsor serta banjir di daerah dataran rendah.

Dua pria dan seorang wanita dipastikan tewas setelah pencarian yang berlanjut sepanjang malam, kata seorang pejabat Ehime kepada AFP.

"Kami masih belum tahu apakah ketiga orang yang ditemukan itu adalah mereka yang belum ditemukan," katanya, seraya menyebutkan bahwa para pejabat sedang berusaha memverifikasi identitas mereka.

Jepang saat ini sedang memasuki musim hujan tahunan, yang sering kali mengakibatkan hujan lebat, terkadang mengakibatkan banjir dan tanah longsor serta menimbulkan korban jiwa.

Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim meningkatkan risiko hujan lebat di Jepang dan negara lain, karena atmosfer yang lebih hangat menampung lebih banyak air.

Tanah longsor terjadi di kaki bukit tempat Kastil Matsuyama yang megah berada.

Hingga Jumat (12/7) dini hari, Matsuyama telah mencatat curah hujan sebesar 213 milimeter (8,4 inci) sejak Rabu, jumlah yang hampir sama dengan rata-rata curah hujan sepanjang bulan Juli, menurut laporan lembaga penyiaran publik NHK.

Setelah tanah longsor, pemerintah kota mengeluarkan peringatan evakuasi tingkat tertinggi bagi sekitar 22.000 orang di lebih dari 13.000 rumah tangga.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tanah Longsor Hantam 2 Bus Hingga Masuk Sungai di Nepal, 63 Orang Dilaporkan Hilang

Sebelumnya, Nepal dilanda tanah longsor yang menghantam bus dan menghilangkan para penumpangnya.

"Sedikitnya 63 orang hilang di Nepal pada hari Jumat setelah tanah longsor yang dipicu oleh hujan lebat menyapu dua bus keluar dari jalan raya dan masuk ke sungai," kata pihak berwenang seperti dikutip dari AFP, Jumat (12/7/2024).

Lusinan personel pencarian dan penyelamatan sedang menyisir lokasi untuk mencari korban selamat dari kecelakaan di distrik pusat Chitwan, kata pejabat distrik Khimananda Bhusal kepada AFP.

Bhusal mengatakan bus-bus tersebut membawa sedikitnya 66 orang, namun tiga penumpang berhasil melarikan diri sebelum mereka jatuh ke Sungai Trishuli dan kini dirawat di rumah sakit.

“Kami belum bisa memastikan jumlah totalnya karena bisa saja bus tersebut menjemput bus lain di jalan," kata Bhusal.

"Sungai meluap dan belum ada orang lain yang ditemukan."

Kecelakaan itu terjadi di sepanjang jalan raya Narayanghat-Mugling, sekitar 100 kilometer (60 mil) sebelah barat ibu kota Kathmandu Jumat (12/7) pagi pukul 03.30 waktu setempat (Kamis 21.45 GMT).

Satu bus dari ibu kota Kathmandu ke Gaur di Distrik Rautahat di Nepal selatan dan bus lainnya sedang dalam perjalanan ke Kathmandu dari Birgunj selatan.

Seorang pengemudi tewas dalam kecelakaan terpisah di jalan yang sama setelah sebuah batu besar menghantam busnya. Ia meninggal saat dirawat di rumah sakit.

Perdana Menteri (PM) Pushpa Kamal Dahal mengungkapkan kesedihannya atas kecelakaan tersebut dalam sebuah postingan di platform media sosial X.

"Saya mengarahkan semua lembaga pemerintah, termasuk administrasi dalam negeri, untuk mencari dan menyelamatkan penumpang secara efektif," kata PM Pushpa Kamal Dahal.

 

3 dari 4 halaman

Hujan Deras Picu Longsor dan Banjir di Nepal, 11 Orang Tewas

Sebelumnya lagi, hujan deras memicu tanah longsor dan banjir bandang yang menewaskan sedikitnya 11 orang dalam 36 jam terakhir di Nepal.

Akibatnya, memblokir jalan raya dan jalan utama, kata para pejabat pada Minggu (7/7/2024).

Delapan orang hilang, tersapu banjir atau terkubur tanah longsor, sementara 12 lainnya terluka dan dirawat di rumah sakit, kata juru bicara polisi Dan Bahadur Karki.

"Petugas penyelamat berusaha membersihkan tanah longsor dan membuka jalan," kata Karki kepada Reuters, seraya menambahkan peralatan berat digunakan untuk membersihkan puing-puing, dikutip dari Japan Today, Senin (8/7).

Di Nepal tenggara, Sungai Koshi, yang menyebabkan banjir mematikan di negara bagian Bihar di India timur hampir setiap tahun, mengalir di atas tingkat bahaya, kata seorang pejabat distrik.

"Aliran Koshi meningkat dan kami telah meminta warga untuk tetap waspada terhadap kemungkinan banjir," kata Bed Raj Phuyal, seorang pejabat senior distrik Sunsari tempat sungai itu mengalir, kepada Reuters.

Ia mengatakan pada pukul 09.00 waktu setempat aliran air di Sungai Koshi mencapai 369.000 cusec per detik, lebih dari dua kali lipat aliran normalnya yang mencapai 150.000 cusec.

Cusec adalah ukuran aliran air dan satu cusec sama dengan satu kaki kubik per detik.

Pihak berwenang mengatakan, semua 56 pintu air Bendungan Koshi telah dibuka untuk mengalirkan air, dibandingkan dengan sekitar 10-12 pintu air dalam situasi normal.

Pihak berwenang mengatakan bahwa aliran sungai Narayani, Rapti, dan Mahakali di wilayah barat juga meningkat.

Di Kathmandu yang dikelilingi perbukitan, beberapa sungai meluap, membanjiri jalan, dan menggenangi banyak rumah.

Media lokal menunjukkan orang-orang berjalan di air setinggi pinggang atau penduduk menggunakan ember untuk mengosongkan rumah mereka.

Setidaknya 50 orang di seluruh Nepal tewas akibat tanah longsor, banjir, dan sambaran petir sejak pertengahan Juni ketika hujan monsun tahunan dimulai.

Ratusan orang meninggal setiap tahun akibat tanah longsor dan banjir bandang yang umum terjadi di sebagian besar wilayah pegunungan Nepal selama musim hujan yang biasanya dimulai pada pertengahan Juni dan berlanjut hingga pertengahan September.

  

4 dari 4 halaman

Pejabat Papua Nugini Perkirakan Lebih dari 2.000 Orang Tewas Tertimbun Longsor di Desa Yambali

Sebelumnya, seorang pejabat pemerintah Papua Nugini mengatakan kepada PBB bahwa lebih dari 2.000 orang diyakini terkubur hidup-hidup akibat tanah longsor pada.

Pejabat tersebut juga menyampaikan bahwa negaranya telah secara resmi meminta bantuan internasional, dikutip dari laman AP, Senin (27/5/2024).

Angka yang dikeluarkan pemerintah kira-kira tiga kali lipat dari perkiraan PBB yang menyebutkan 670 orang tewas akibat tanah longsor di wilayah pegunungan tersebut.

Sejauh ini hanya enam orang yang berhasil ditemukan.

Dalam surat yang dilihat oleh The Associated Press kepada koordinator PBB tertanggal Minggu, penjabat direktur Pusat Bencana Nasional Papua Nugini Luseta Laso Mana mengatakan, tanah longsor mengubur lebih dari 2000 orang dan menyebabkan kehancuran besar di Desa Yambali di provinsi Enga.

Perkiraan jumlah korban sangat bervariasi sejak bencana terjadi, dan tidak jelas bagaimana para pejabat dapat mengetahui jumlah orang yang terkena dampak.

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), yang bekerja sama dengan pemerintah, belum mengubah perkiraan jumlah korban tewas sebanyak 670 orang, sambil menunggu bukti baru.

“Kami tidak dapat membantah apa yang disarankan pemerintah namun kami tidak dapat mengomentarinya,” kata Serhan Aktoprak, kepala misi badan migran PBB di Papua Nugini.

“Seiring berjalannya waktu dalam upaya besar-besaran ini, jumlahnya akan tetap berubah,” tambah Aktoprak.

Korban tewas sebanyak 670 orang berdasarkan perhitungan pejabat desa Yambali dan Provinsi Enga bahwa lebih dari 150 rumah telah tertimbun tanah longsor. Perkiraan sebelumnya adalah 60 rumah.

Selengkapnya klik di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini