Sukses

Antisipasi Konflik di Laut China Selatan, Filipina Modernisasi Sistem Pertahanan

Filipina melakukan pembelian jet tempur, rudal supersonik, dan kapal selam.

Liputan6.com, Manila - Filipina telah memutuskan untuk memodernisasi sistem pertahanannya untuk mengatasi tekanan dari pasukan China jika bentrokan berlangsung dan berubah menjadi kekerasan.

Hal ini melibatkan pembelian jet tempur, rudal supersonik, dan kapal selam, dikutip dari laman mizzima, Rabu (12/7/2024).

Agresi dan hegemoni Tiongkok di Laut China Selatan telah memaksa pemerintah Filipina untuk bersiap menghadapi konflik besar.

Beberapa kapal Filipina diblokir dan dirusak oleh pasukan angkatan laut China di wilayah yang telah dinyatakan sebagai wilayah maritim Filipina oleh Pengadilan Den Haag.

Beberapa hari yang lalu, baik Tiongkok maupun Filipina sepakat untuk mengadakan diskusi guna meredakan ketegangan bilateral.

Namun, China terus menggunakan meriam air, tabrakan, dan taktik serudukan terhadap kapal-kapal Filipina. Tiongkok disalahkan karena membatasi kapal-kapal yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan, pasokan, dan patroli di wilayah Filipina.

Sementara China berusaha mempertahankan dialog dan konsultasi untuk menyelesaikan perbedaan, Tiongkok tetap agresif dalam melarang Filipina dan negara-negara ASEAN lainnya untuk menggunakan lebih dari 90 persen Laut China Selatan.

Beijing bahkan mengirim kapal ke Second Thomas Shoal yang disebut Manila sebagai zona ekonomi eksklusif (ZEE). Tiongkok memimpin upaya bilateral baru-baru ini untuk "mengembalikan kepercayaan" dan "membangun kembali keyakinan."

Hal ini menyebabkan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengungkapkan kurangnya keyakinan terhadap visi untuk "perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran" di Laut China Selatan.

"Sayangnya, visi ini untuk saat ini masih merupakan kenyataan yang jauh. Tindakan ilegal, koersif, agresif, dan menipu terus melanggar kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi kami," katanya.

 

2 dari 3 halaman

Filipina Minta China Tak Lewati Batas

Di tengah meningkatnya provokasi dan agresi militer dari pihak China, Filipina telah meminta Beijing untuk tidak melewati garis batas.

Mengambil sikap tegas, Marcos Jr mengatakan bahwa akan menjadi "tindakan perang" jika bahkan satu warga negara Filipina terbunuh dalam agresi Tiongkok.

Manila telah mengirimkan sinyal yang jelas kepada Beijing bahwa sekarang mereka tidak akan tunduk pada dominasi Tiongkok tetapi malah akan menghadapinya.

Selain itu, Filipina telah menuntut China untuk membayar US$1 juta atas kerusakan yang terjadi pada peralatan dan personelnya selama agresi Tiongkok di Laut China Selatan.

Bentrokan tersebut dapat berkobar menjadi konflik bersenjata karena tindakan Tiongkok, kata Collin Koh, seorang peneliti senior di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam yang berbasis di Singapura.

"Tiongkok dapat mempertaruhkan langkah berisiko tinggi dengan mendorong batas pemaksaan, meningkatkan kemungkinan salah perhitungan ketika emosi memuncak," katanya.

Pengendalian diri oleh Filipina sejauh ini telah mencegah eskalasi, imbuh Koh.

Setelah ketegangan meningkat, Filipina telah menyetujui pembelian jet tempur multiperan baru, seperti F-16 AS dan JAS-39 Swedia, untuk meningkatkan kemampuan pertahanan eksternalnya.

Keputusan untuk melakukan pembelian mahal untuk pertahanan meskipun mengalami kesulitan keuangan menandakan niat Filipina untuk memeriksa operasi udara dan maritim Tiongkok di Laut China Selatan.

 

3 dari 3 halaman

Beli Rudal Jelajah dari India

Filipina juga membeli rudal jelajah supersonik bernama BrahMos dari India.

Rudal ini berbasis di pantai dan memiliki sistem antikapal dengan jangkauan 290 kilometer.

Pangkalan rudal antikapal BrahMos pertama menghadap ke Laut China Selatan. Rudal ini akan memperkuat sistem pertahanan pesisir Filipina, yang memungkinkannya untuk melindungi hak kedaulatannya terhadap ambisi ekspansionis Tiongkok, kata analis geopolitik yang berbasis di Manila, Don McLain Gill.

“Ini menambah lapisan pencegahan yang penting dan praktis bagi Filipina di tengah keterbatasan sumber daya militernya terhadap Tiongkok,” katanya.

Selain itu, pemerintah Filipina telah menyetujui pembelian kapal selam. Ini dapat mencegah kapal-kapal besar Tiongkok untuk sering memasuki perairan Filipina.

“Kami mungkin bukan angkatan laut yang besar … tetapi kami akan memiliki angkatan laut yang akan menjaga hak-hak teritorial dan kedaulatan kami,” kata Roy Trinidad, juru bicara angkatan laut Filipina.

Filipina akan menanggapi pelecehan Tiongkok dengan tepat, kata Jenderal Romeo Brawner Jr, kepala angkatan bersenjata negara itu.