Liputan6.com, Doha - Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla (JK), menyerukan persatuan antara kelompok militan Hamas dan Fatah, serta gencatan senjata dengan Israel dalam pertemuannya dengan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Doha, Jumat (12/7). JK menekankan bahwa "tanpa kesatuan aspirasi dan institusi, hanya akan menambah pelik penyelesaian masalah Gaza."
Dalam pertemuan selama dua jam itu, JK menyampaikan keprihatinannya atas kondisi di Gaza dan menyerukan bantuan kemanusiaan bagi warga yang terdampak langsung perang Israel-Hamas. Namun, ia juga menekankan bahwa distribusi bantuan terhambat oleh blokade Israel dan kekerasan yang dilakukan Hamas.
Baca Juga
"Kita semua harus membuat rencana kemanusiaan untuk Gaza, misalnya, menyusun program berdasarkan skala prioritas, seperti mengobati korban luka dan sakit, menyelamatkan perempuan, orang tua dan anak-anak, sehingga tidak menambah jatuhnya korban perang," kata JK seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (13/7/2024).
Advertisement
JK menegaskan bahwa rencana kemanusiaan hanya bisa efektif jika kekerasan dihentikan terlebih dahulu. Jika kekerasan dapat dihentikan, maka rekonstruksi dan rehabilitasi Gaza secara otomatis dapat dilaksanakan, imbuhnya.
Ia juga mengajak pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh untuk mengupayakan semua ikhtiar dari perspektif kemanusiaan, bukan soal politik dan pandangan ideologis.
Keterangan tertulis dari tim JK seusai pertemuan menyatakan bahwa “Ismail Haniyeh sangat memuji posisi dan peran diplomatik Republik Indonesia, pemberian bantuan kemanusiaan kepada rakyat di Gaza, kontribusi dalam merawat korban luka, gerakan kerakyatan dalam demonstrasi, dan solidaritas luas terhadap rakyat Palestina.” Namun, keterangan tersebut tidak menyebut perincian tanggapan Haniyeh terhadap seruan JK untuk menunjukkan persatuan dengan Fatah.
Bagian dari Perjalanan Misi Perdamaian JK
Pertemuan JK dengan Haniyeh merupakan bagian dari perjalanan misi perdamaiannya yang sebelumnya telah membawa JK ke Patani, Thailand dan Kabul, Afghanistan. Di Kabul, JK mendorong pemberdayaan kaum perempuan dan persamaan hak untuk mendapat pendidikan.
JK menegaskan bahwa ia ingin menjadi mediator yang dapat mengkomunikasikan kepentingan pihak-pihak yang bertikai, yaitu Hamas, Fatah dan bahkan Israel. Menurutnya, pembicaraan hanya dapat dilakukan jika ada hubungan dengan semua pihak.
Pertemuan Jusuf Kalla dengan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Doha ini hanya berselang tiga bulan dari pertemuannya dengan salah seorang petinggi lain kelompok militan itu, Dr. Bassem Naim di pinggiran Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam pertemuan 5 Mei lalu Dr. Bassem Naim – yang disebut-sebut sebagai Menteri Kesehatan Palestina di Jalur Gaza – meminta bantuan JK untuk menjembatani perundingan damai antara Hamas dan Israel.
Advertisement
Tak Takut Dituduh Radikal
JK menegaskan kepada VOA bahwa ia ingin menjadi mediator yang dapat mengkomunikasikan kepentingan pihak-pihak yang bertikai, yaitu Hamas, Fatah dan bahkan dengan Israel sekalipun. Menurutnya, pembicaraan hanya dapat dilakukan jika ada hubungan dengan semua pihak.
“Dan tidak masalah itu saya berkali-kali dituduh radikal. Orang mengatakan mengapa Bapak bertemu dengan teroris? Saya tanya balik, teroris yang bagaimana? Mereka (Taliban-red) ingin membebaskan negerinya dari pendudukan Amerika. Ini sama saja dengan pejuang-pejuang kemerdekaan kita di tahun 1945 yang dijuluki ekstremis. Ini sebutan-sebutan di era kolonial,” kata JK menegaskan.
Ia menambahkan bahwa “Hamas berjuang untuk mempertahankan hak-hak warga Palestina."
Para perunding internasional optimis perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas dapat segera terwujud dalam waktu dekat, seiring langkah Hamas pekan lalu yang mencabut tuntutan utama mereka yaitu komitmen Israel untuk mengakhiri perang. Meskipun demikian Hamas tetap meminta jaminan dari mediator bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan terus merundingkan perjanjian gencatan senjata permanen.
Netanyahu sebelumnya mengatakan ia siap menangguhkan perang sebagai bagian dari perjanjian pembebasan sandera, tetapi baru akan melakukan hal itu jika Israel telah mencapai tujuannya, yaitu menghancurkan militer Hamas dan membawa pulang seluruh sisa sandera.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence