Sukses

Diundang Ukraina Hadiri Pertemuan Puncak, Rusia Justru Berhati-hati

Juru bicara Moskow mengklaim bahwa pihaknya perlu menganalisa maksud di balik undangan dari Kyiv.

Liputan6.com, Moskow - Ukraina menyatakan Rusia "harus" hadir dalam pertemuan puncak kedua mengenai konflik Ukraina. Pernyataan ini disampaikan setelah Moskow absen dalam pembicaraan tingkat tinggi di Swiss bulan lalu, di mana Rusia memberikan kritik tajam terhadap pertemuan tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan hal tersebut pada Senin (15/7).

Rusia pun merespons dengan hati-hati pada Selasa (16/7) terhadap undangan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menghadiri pertemuan puncak perdamaian. Moskow menyatakan perlu memahami maksud Kyiv terlebih dahulu sebelum hadir dalam pembicaraan itu.

"KTT perdamaian pertama bukanlah pertemuan puncak perdamaian sama sekali. Jadi mungkin pertama-tama kami perlu memahami apa yang dimaksudnya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada saluran televisi Zvezda, menanggapi komentar Zelenskyy, seperti dikutip VOA Indonesia, Rabu (17/7/2024). 

Adapun sambutan Zelenskyy terhadap Rusia dalam perundingan itu menunjukkan perubahan sikap dibandingkan dengan konferensi di Swiss, di mana sebelumnya pemimpin Ukraina tersebut secara tegas menolak mengundang Moskow.

Komentar mengejutkan dari Kyiv ini muncul saat pasukan Ukraina terdesak di garis depan dan saat Amerika Serikat bersiap menghadapi pemilihan presiden yang bisa mengubah dinamika konflik secara signifikan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

China dan Rusia Jelas Tak Hadir

Sebelumnya, para pemimpin dan pejabat tinggi dari lebih dari 90 negara berkumpul di resor pegunungan Swiss pada 15 Juni untuk mengikuti pertemuan puncak selama dua hari yang bertujuan menyelesaikan konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

China dan Rusia jelas tidak hadir.

Kremlin mengkritik pertemuan tersebut dengan tajam, menyatakan bahwa setiap diskusi untuk mengakhiri konflik tanpa melibatkan Rusia adalah hal yang "tidak masuk akal."

Washington pada Senin menyatakan dukungan terhadap keputusan Ukraina untuk mengundang Rusia ke pertemuan puncak kedua. Namun, AS meragukan apakah Moskow siap untuk melakukan pembicaraan.

“Ketika mereka ingin mengundang Rusia ke pertemuan puncak itu, tentu saja kami mendukungnya,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan.

“Kami selalu mendukung diplomasi saat Ukraina siap, tetapi tidak pernah jelas apakah Kremlin benar-benar siap untuk melakukan diplomasi,” ujarnya.

3 dari 3 halaman

Putin: Terbuka untuk Diskusi

Di sisi lain, menjelang pertemuan puncak bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa dia terbuka untuk melakukan pembicaraan. Ia berjanji akan mengumumkan gencatan senjata jika Kyiv secara efektif menyerahkan wilayah yang diklaim oleh Moskow sebagai miliknya.

Zelensky menyebut tuntutan Putin itu sebagai “ultimatum” terkait wilayah yang mengingatkan pada tuntutan yang diajukan oleh Adolf Hitler, sementara para pendukung Ukraina di Barat, termasuk AS, merespons usulan Putin itu dengan sindiran.

Namun, Kyiv mengkhawatirkan kemungkinan kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS pada November yang diperkirakan dapat berdampak pada kelanjutan bantuan AS kepada Ukraina.

Kandidat dari Partai Republik itu mengklaim bisa mengakhiri konflik dengan cepat jika terpilih kembali sebagai presiden, sebuah pernyataan yang membuat Kyiv khawatir akan memaksanya bernegosiasi dengan Moskow dalam posisi yang tidak menguntungkan.

Zelensky mengatakan pada Senin bahwa dia “tidak khawatir” tentang kemungkinan Trump menang. Ia mengatakan tetap mengandalkan dukungan Washington yang merupakan penyokong keuangan dan militer utama bagi Ukraina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.