, Washington D.C - Kandidat presiden Amerika Serikat Donald Trump mempertanyakan ulang komitmen militer AS terhadap Taiwan.
Pada Rabu (17/7/2024), ia menuntut Taipei "harus membayar kami untuk perlindungan” terhadap China.
Baca Juga
Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Businessweek, Trump mengklaim dirinya sudah mengenal masyarakat Taiwan dengan sangat baik dan sangat menghormati mereka.
Advertisement
Namun, ia juga menyebutkan Taiwan menguasai sekitar 100 persen industri chip AS dan oleh karena itu harus membayar AS untuk pertahanan.
Dia mengatakan, dalam konteks meningkatnya ketegangan di Asia Pasifik, AS tidak ubahnya sebuah perusahaan asuransi buat Taiwan, dikutip dari laman DW Indonesia, Jumat (19/7).
Trump menanggapi pertanyaan apakah Amerika Serikat akan membantu membela Taiwan jika terjadi invasi China.
Taiwan memisahkan diri dari China daratan setelah kemenangan Partai Komunis dalam Perang Saudara Tiongkok pada tahun 1949, yang membidani kelahiran Republik Rakyat China.
Namun Beijing menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya dan berjanji akan mendorong reunifikasi, bahkan dengan kekerasan jika diperlukan.
Meskipun tidak secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Taipei dan secara resmi hanya mengakui kedaulatan China, Washington terikat kesepakatan lama untuk menjamin keamanan Taiwan.
Bantuan Paket Militer AS ke Taiwan
Baru-baru ini, AS mengirimkan paket bantuan militer bernilai miliaran dolar demi memperkuat pertahanan di pulau tersebut.
Taiwan 'emban tanggung jawab lebih besar'Soal komentar Trump, Perdana Menteri Taiwan Cho Jung-tai menyatakan, Taipei telah meningkatkan anggaran pertahanannya dalam beberapa tahun terakhir.
"Kami bersedia memikul lebih banyak tanggung jawab; kami membela diri dan memastikan keamanan kami,” katanya kepada wartawan.
"Kami juga memahami dengan jelas bahwa hubungan Taiwan-AS sangat kuat dalam beberapa tahun terakhir. Menjaga perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan dan kawasan Indo-Pasifik adalah tanggung jawab dan tujuan kita bersama.”
Sekretaris Jenderal Partai Progresif Demokratik Taiwan Lin Yu-chang menambahkan: "China adalah ancaman terbesar bagi Amerika Serikat; ini adalah konsensus partai Demokrat dan Republik. Sekarang adalah era terbaik dalam hubungan Taiwan-AS."
Taiwan meningkatkan anggaran belanja militer menjadi 2,5 persen PDB, dari sebelumnya dua persen, menurut laporan Kongres AS. Untuk tahun 2024, Taipei mengumumkan anggaran pertahanan sekitar USD19,1 miliar.
Advertisement
Bukan Bentuk Amal
Anggota Kongres dari Partai Demokrat AS Raja Krishnamoorthi, menilai komentar Donald Trump menuntut bayaran dari Taiwan sebagai sebuah "pengkhianatan."
"Ketidakmauan menjamin pertahanan Taiwan bukan satu-satunya hal yang berpotensi ilegal berdasarkan Undang-Undang Hubungan Taiwan, tetapi juga sebuah pengkhianatan terhadap nilai-nilai Amerika dan institusi demokrasi kita,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Komentar Trump sebabnya dianggap menyseatkan, karena Taiwan membeli senjata AS, bukan mendapat hibah, seperti dalam kasus Ukraina.
"Kalau melihat dukungan yang kami berikan, kerja sama keamanan selama beberapa dekade telah menjadi kesempatan bagi Taiwan membeli peralatan militer Amerika Serikat," juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller kepada wartawan, Rabu (17/7).
"Dukungan militer ini sama sekali bukan bentuk amal dari Amerika Serikat."